kembali pada perjalanan Kinan bersama seorang pemuda bernama Bixi. ditengah kerusuhan di kedai makan, dimana para pendekar menyerangnya. Bixi dengan sigap mengapai Kinan. menangkap pingggan gadis itu, melingkarkannya dan mengepit tubuh gadis itu dalam dekapannya sebelum melompat menerobos atap kedai yang terbuat dari rumbia.
Para pendekar putih yang sudah mengepung mereka langsung mengejar keluar kedai. pintu dihantam oleh pedang mereka hingga terburai hancur. setelah berasil berada diluar, para pendekar melompat dengan ilmu meringankan tubuh mereka dan naik ke atap. Bixi yang melihat dirinya dikepung dari segala penjuru malah seolah senang, lalu dengan lagak pamer pamuda misterius itu segera melompat lebih tinggi dari para pengejar dan berlari. melihat Bixi berlari, pendekar pendekar putih tersebut segera mengejar. salah satunya berteriak memberi aba-aba.
"Kejar orang sesat itu!!!" teriak salah satunya yang diikuti dengan gerakan cepat mengejar Bixi.
Tapi usaha
Kinan keluar dari pintu, melihat Bixi yang berdiri menyenderkan tubuh di sisi daun pintu. Segera gadis itu mengambilkan tudung dan menutupkan tubuh Bixi dengannya.“Kau ini lucu, tadi kau suruh aku menyamar, sekarang kau yang terlihat mencolok. Kau tahu kita sedang dikejar oleh para pendekar aliran putih itu bukan?” omel Kinan.“AKu tidak tahu.” Ucap Bixi yang membiarkan Kinan memakaikan jubah dan penutup kepala sehingga tubuhnya terlihat sedikit samar dan tidak mencolok.sekarang Kinan menatap lelaki dihadapannya itu, kedua bola manik mata mereka bertemu. ada kejujuran di dalam mata Bixi yang membuat Kinan heran."Aku tidak suka becanda. kita baru saja lolos dari para pengejar karena kau membuat masalah dengan mereka. sekarang lagi-lagi kau berpura-pura tidak ingat." gerutu KInan."Kenapa aku harus begitu. kenapa aku harus pura-pura tidak ingat?" Bixi memandang kinan dengan mata super serius.“Aku tidak habis p
“Salam—tidak disangka aku bertemu dengan salah satu dewa perguruan langit.” Ucap sesepuh Cie dengan hormat. lelaki tua itu menggerakkan satu tangannya ke depan, dengan sisi tangan lainnya berhimpitan.“Siapa kamu?!” tanya Bixi kesal, tangannya masih terasa kebas. di gerak-gerakkan tangannya untuk menghilangkan mati rasa ditangannya.“Perkenalkan, namaku Cie Ki Han. Ketua perguruan matahari. Anda telah melukai murid-muridku dan bahkan membunuh mereka!”Kinan mendelik, aha—sekarang Kinan ingat. Sulaman yang dipakai Carik dan para penyerangnya di hutan. Itu adalah sulaman matahari. Mereka berasal dari perguruan matahari. Satu dari delapan perguruan putih di Ranah Sembilan.“Mereka yang cari perkara duluan!” ucap Bixi, merasa tidak suka dengan kehadiran sesepuh Cie.“Seandainya mereka salah, bukan berarti anda bisa membunuh mereka!” ucap sesepuh Cie. sepertinya lelaki yang te
Kinan terbangun, ingatan itu muncul begitu saja dalam mimpi. Hari-hari di mana ketika dia dan Limey sibuk berdiskusi tentang bermacam hal. Tubuh Kinan berkeringat. Kinan menghapus leleran keringat tersebut, mendesah…sudah hampir satu tahun waktu berlalu sejak dia berpisah dengan Limey. Dan sudah hampir 4 bulan dia berpisah dari Amon. Di manakah gerangan dua orang yang dirindukannya tersebut. Kinan meringis dan rasanya jadi ingin menangis.“Mey…di mana sih kamu?” gumamnya. Kinan merasa dadanya terasa perih. Kinan merasa kini dia benar-benar sendirian. Tanpa Limey, tanpa Amon. Kinan merasa di dunia itu, dia benar-benar sendirian.Mendadak pintu kamar penginapannya di gedor dari luar. Kinan segera bangkit dan membuka pintu, dia melihat Bixi berdiri di depa kamarnya, tangannya disodorkan. Kinan teringat sesuatu, dan segera masuk ke dalam, mengambil boneka dan memberikannya pada Bixi, Bixi tersenyum, lalu memeluk bonekanya.“Kakak baik
“Ada apa?!”“Markas kita di ujung lembah sunyi di serang! Kepala desa, Don Rabut tewas, dan beberapa terluka!”Gillian kaget, “Siapa yang menyerang!?”“Pendekar yang memakai pedang buntung!”“Brengsek!!” Gillian mengepalkan tinjunya di udara dengan amarah.pedang buntung! Deg, jantung Limey seperti mau copot. Pikirannya sesaat berkelebat pada Amon. Itu senjata yang tidak biasa, dan tidak sembarangan orang bisa memiliki pedang seperti itu.“Kerahkan orang-orang kita, cari cecunguk berengsek itu. Dia sudah berani mengobrak-abrik sarang macan!” perintah Gilian dengan aroma wajah penuh kemurkaan.sesaat Gillian lupa tentang para wanita yang hendak dijualnya. Dia segera memerintahkan seseorang untuk membawa jubahnya. Mendadak seseorang masuk, memapah seorang laki-laki yang hampir pingsan dan kepayahan. Gillian kaget, karena orang tersebut dikenalnya.“Adik
Esoknya permintaan Limey yang pertama dipenuhi. Seluruh perempuan di hari itu yang ditangkap Gillian dibebaskan. Lalu, sebagaimana persyaratan Limey selanjutnya, Gillian mengumumkan pada seluruh anggotanya untuk menghentikan menculik para gadis dan focus pada usaha mereka untuk mengumpulkan pundi harta dengan cara mencegat para ekspedisi pengantaran.Setelah memberi maklumat perintah pelarangan penculikan, Gillian kemudian mengumumkan bahwa mulai hari itu Limey menjadi bagian dari perampok merah. Pemberitahuan tersebut cukup menghebohkan. Pasalnya, Gilian terkenal tidak tertarik menarik anggota perempuan ke dalam kelompok mereka, dan tiba-tiba sang pemimpin membuat sebuah pengumuman yang berbeda dari sikapnya dahulu.**Sion mendesah, dia sudah mencari jejak Limey selama tiga hari ini, namun jejak wanita teman seperjalanannya itu seolah seperti tenggelam oleh kegelapan. Untuk saat ini dia menghentikan pencarian karena malam sudah mulai pekat.
Setelah itu Limey pergi ke belakang untuk mengambil minuman, saat itu Tabib Gila berkata pada Sion. “Sion…”“Ya tetua.”“Mulai saat ini, sampai nanti akan sangat berat untukmu. Kau tahu, Limey tidak tertarik untuk belajar Imdok. Bisa dibilang, dia memiliki bakat lain selain Imdok. Memang hal itu sangat fatal untuknya, namun dia adalah tabib jenius yang muncul setiap seratus tahun sekali. Aku memohon padamu Nak, tolong jaga Limey.”“Tentu saja tetua. Tanpa tuan minta, aku akan menjaga Limey, saya berhutang mata padanya.” Ucap Sion.“Jangan pernah kamu tinggalkan dia, jangan lepaskan pengawasanmu. Limey itu memang cerdas, tapi dia tetap anak perempuan.”Sion mengangguk. Walau Tabib Gila tidak mengatakan itu, dia tetap akan menjaga Limey. Dia telah berhutang pada Limey. Lebih daripada itu, Sion sudah menaruh hati pada gadis bermata biru itu, namun Sion sendiri memutuskan untuk memendam
Setelah tiga hari mencari jejak Limey dan hasil yang didapat nihil, Sion pun memilih menghentikan pencarian sementara. Untuk melacak jejak Limey, Sion memilih pergi ke desa terdekat. Yang paling utama sekarang adalah mengumpulkan informasi. Dengan menggunakan caping, dan pakaian yang baik, Sion memilih mendatangi sebuah kedai yang ditenggarai merupakan tempat berkumpulnya informasi dari daerah sekitar. Pelayan kedai menyambutnya dengan ramah yang dibuat-buat. Setelah memesan sebuah meja di tempat paling sudut, Sion pun melepaskan caping yang dikenakannya dan memesan makan serta minuman. Hari itu udara teramat panas, kedai hanya diisi beberapa orang. Dengan matanya Sion mengamati sekitar. Dia teringat, dahulu semasa dirinya masih buta, dia tidak mengamati mereka semua dengan matanya, namun dengan indra pendengarannya dan juga indra perasa miliknya. Sion terbiasa membaui para tamu di setiap tempat. Dengan bau saja informasi yang dimilikinya sudah banyak.
Sion terkejut ketika mendapati perempuan yang terluka. Segera dia menghentikan gerakannya dan menghampiri gadis tersebut. Sion segera mengenali Delvi sebagai pemburu yang kemarin dilihatnya di kedai. Sang senyo gelap mendekat. Delvi mengerang, itu sudah merupakan pertanda bahwa Delvi masih hidup.**Delvi membuka matanya. Gadis itu berusaha menemukan kesadarannya ditengah rasa sakit yang mulai menggerogoti tulang-tulangnya. Terheran karena menemukan dirinya diselimuti sebuah kain tipis yang lembut dan mencium bau harum di dekatnya. Warna berkilat kilat terhampar di depan matanya. terlihat api unggun di sisinya yang tengah membakar seekor kelinci.Delvi bergerak, tapi tubuhnya terasa nyeri. Ketika dia melihat di beberapa tempat, luka-lukanya sudah terbalut perban. Siapa? Siapa yang menolongnya? Delvi bergerak untuk mencari, tapi dia tidak menemukan seseorang. Tubuhnya terasa ngilu di beberapa tempat, untuk bergerak saja dia harus sangat hati-hati atau akan terasa