Sion memacu kudanya cepat-cepat, dan Limey mencengkram surai kuda dengan kuat. Kuda bergerak seperti kesetanan. Rambut Limey berkibar, terasa menusuk pipi Sion yang berada di belakangnya. Namun perasaan Sion membuncah. Melihat Limey kembali menjadi satu kebahagiaan baginya. Sudah sepuluh hari lebih dia luar biasa uring-uringan karena kehilangan Limey, dan kini gadis yang mengungkungi hari-harinya sudah berada di sampingnya, duduk di depannya sambil berupaya bertahan duduk dikuda tanpa pelana.
“Kau menjemputku!!” ucap Limey di tengah kuda yang terengah karena berlari.
“Ya!!” seru Sion. “Aku pasti akan datang mencarimu!”
“Terimakasih!!” ucap Limey dengan kesungguhan hati.
“Terimakasih juga…” seru Sion
“Untuk apa?” Limey heran.
“Karena tetap bertahan hidup!!”
Limey menunduk, matanya kali ini berkaca-kaca. Limey telah memiliki seorang teman baik dan
“Kenapa?” tanya Sion heran.“Yah…..aku penasaran saja. Kukira senyo gelap itu berhati dingin—karena dia pembunuh berdarah dingin, tapi ternyata…..” Delvi tersenyum, lalu kemudian menunjukkan jempolnya ke belakang, memberi isyarat pada Limey yang sedang tertidur di belakang, “Kau mencintainya ya?”Sion merasa wajahnya memerah, dia tidak mengerti mengapa dia bereaksi seperti itu. Seumur hidupnya belum pernah ada yang menanyakan hal tersebut padanya. Sion jadi salah tingkah.“Ya?” tanya Delvi lagi, sekarang dia memandangi wajah Sion. Gadis itu mencoba mencari jawaban dengan reaksi lelaki dihadapannya. Dan sebenarnya bukan hal sulit membaca perasaan pemuda mantan pembunuh itu.“Aku tidak paham kau ngomong apa!?” ucap Sion berusaha menghindar, tangannya kini sibuk melemparkan ranting. wajahnya pun sengaja dialihkan agar Delvi tidak bisa melihat ke dalam mata Sion.“Kau
Kehebohan di pusat Ranah Sembilan sudah di mulai. Dari delapan penjuru bergerombol orang datang dengan membawa beragam panji yang mereka tegakkan di sepanjang perjalanan. Perguruan Matahari membawa panji berwarna kuning dengan lambing matahari besar. Panji berkibar memberi kesan kuat dan perkasa. Di satu sisi lain, muncul rombongan perguruan yang menggunakan baju seragam berwarna biru. Mereka membawa panji bergambar bulan dengan warna bendera biru yang berkibar-kibar. Seolah kedua perguruan tersebut saling mengintimidasi dengan kekuatan mereka.Pada sisi penjuru lain, sekelompok orang dengan baju dan jubah berwarna biru gelap datang. Tidak banyak, hanya sejumlah dua belas orang saja. Salah seorang membawa panji dengan lambang bintang ditengah panji itu. Perguruan Bintang memang terkenal tidak terlalu suka keramaian dan memberi kesan intimidasi. Mereka hanya menugaskan segelintir anggota, namun ketua perguruan mereka ikut hadir di dalam rombongan tersebut.macan p
Bixi menyelinap di antara keriuhan dan keramaian. Matanya awas mencari sesuatu. Lalu ketika dia melihat dua orang sedang berjalan di jalan setapak yang terpisah dari keramaian Bixi menyeringai.Pemuda itu kemudian mengikuti dua orang yang menggunakan pakaian dari perguruan Bangau Biru. Baju mereka memang mencolok. Bixi sempat mengawasi bahwa perguruan yang satu ini luar biasa meriah membawa banyak anggota perguruannya. Jadi, bila ada dua orang yang menghilang, akan membutuhkan waktu ketika mereka menyadari bahwa dua orang itu sudah berganti rupa.Jadi, Bixi menyerang dua anggota dari Bangau biru dan melucuti keduanya. Pakaian, plakat perguruan dia ambil dan segera di bawanya kepenginapan.Bixi mengeluarkan sebuah plakat perguruan Bagau Biru pada Kinan.“Dapat darimana?” tanya Kinan takjub. Itu adalah plakat yang akan menjadi tiket mereka untuk masuk ke dalam ruang pertemuan.“Aku mencurinya,” ucap Bixi, “aku juga sudah
lalu seluruh hadirin ribut. Tetua Nirwana putih langsung berseru heran, “Itu adalah ilmu kami, ilmu perempuan, bagaimana dia bisa menguasainya?!”sekali lagi semua ribut, mereka saling berbisik tentang dewa Api. Bisik-bisik itu tentu tidak lepas dari perhatian Kinan. Gadis itu langsung melihat kea rah Bixi yang terlihat tertunduk. Gadis itu sempat heran karena nama besar yang disebutkan oleh para murid lainnya. Kinan tidak menyangka bahwa lelaki yang sedang berada di dekatnya itu adalah salah seorang yang disengani didunia persilatan.“Tenang Tetua Nirwana. Aku pun tidak memahami mekanisme hal itu, tapi dengan digunakannya ilmu itu, bisa dipastikan bahwa si Dewa api pernah belajar ilmu bidadari.”Sekali lagi Kinan memandang ke arah Bixi, dan Bixi tampak cuek saja. Kinan menggelengkan kepalanya. bila ucapan ketua tadi bahwa itu adalah ilmu bidadari yang dikhususkan untuk perempuan, sepertinya yang belajar ilmu itu adalah kepribadian Bixi y
Dikepung sedemikian rupa tidak membuat perempuan cantik nan manja itu terlihat mengkeret, namun dia masih tetap berdiri tegar dengan langkah dan tingkah yang anggun. Sesepuh Cie menyadari bahwa para pendekar sekelas Dewa di Lembah Iblis bukan main-main. mereka adalah pendekar yang mendapat gemblengan langsung dari Kaisar Langit, pendekar maha sakti di kolong langit.bila hitung-hitungan Sesepuh Cie benar, bila mereka berdelapan melawan si gadis merope ini, mungkin mereka bisa mengalahkannya. tapi yang menakutkan dari gadis ini adalah air yang dia cipratkan itu. sepertinya jenis yang dia cipratkan seperti jenis racun berbahaya yang bisa menghancurkan daging.“Itu apa?!” desis Kinan, dia bergidik melihat pemandangan tersebut. dia sendiri merasa jeri melihat para tetua delapan perguruan mengepung satu orang gadis yang terlihat lemah, namun ternyata lebih mengerikan dari iblis.“Air nirwana. Pasti racun air ciptaan Merope yang terbaru!”
Bixi sekarang memandang ke arah Kinan, lalu kemudian tertawa, “hahahaha. Pantas saja rasanya aku mengenal jurus pedangmu. Jurus itu hanya dimiliki si lemah Amon!” Bixi tertawa kembali. “Si lemah Amon?” Kinan mengerutkan keningnya, merasa tidak nyaman ketika Bixi menyebut si lemah Amon. “Ya, dia Adik seperguruanku juga, dia melarikan diri dari Lembah Iblis karena merasa terintimidasi oleh guru kami. Sudah hampir tiga tahun dia menghilang dari Lembah, dan salah satu tujuanku sebenarnya juga untu mencari bocah itu. Guru sudah mengerahkan hulubalang hantu, kurasa dia pasti sudah ditemukan. Aku hanya tidak menyangka bocah pengecut dan lemah itu berani mengambil murid, padahal dalam imdok dia termasuk yang terlemah diantara kami berlima!” Bixi bercerita Panjang lebar, sikapnya penuh cemooh pada sosok Amon, membuat Kinan terbakar emosinya. lalu mendadak Kinan menyorongkan pedangnya di dada Bixi, wajah Kinan tampak marah, “Jangan panggil dia pengecut!” seru Kin
Delvi, Sion dan Limey mau tidak mau ikut memperhatikan keributan yang terjadi tidak jauh dari tempat mereka berdua duduk. tiga orang yang tadi ribut bernama Damar, Ketut dan Soma. mereka bertiga berasal dari sebuah perguruan kecil di sebuah kampung. tujuan ketiga lelaki itu datang kepertemuan adalah agar bisa masuk ke dalam salah satu delapan perguruan, namun perkembangan yang tidak terduga ternyata membuat ketiganya mengubah rencana. sedang, yang tengah menertawakan niat mereka tersebut bernama Rubah Pemalas, seorang lelaki licik yang senang menipu. semua orang mengenal si rubah karena dia berasal dari sepuluh penjahat licik dari Utara.ketiga orang itu berdiri. Damar, ketut dan Soma mengenali ciri-ciri unik dari si RUbah pemalas, mereka mendesiskan nama, "Kalian Sepuluh penjahat utara. kalian sampai jauh-jauh datang ke sini tentunya punya maksud buruk!" seru Damar sambil mengeluarkan golok miliknya dari pinggang.Rubah Malas hanya mengangkat tangan, lal
"Delvi itu memang anak yang lebih banyak mewarisi karakter ayahnya ketimbang ibunya. keras kepala, pintar dan tegas. kami sebagai orang tua sebenarnya ingin yang terbaik untuk anak itu, terutama ibunya. tapi, anak itu dan ibunya malah bersilang pendapat dan berujung karena masalah itu, Delvi kabur dari rumah.aku memang tidak memiliki anak, dan bagiku Delvi sendiri sudah seperti anak kandungku sendiri, aku juga memahami impian anak itu, tapi kalian tahu, kadang ke khawatiran seorang ibu lebih kuat. ibunya hanya ingin anak itu hidup bahagia dan dilindungi lelaki, tapi anaknya sendiri tidak menyukai cara hidup yang seperti itu."Narayana tampak menceritakan masalah itu dengan blak-blakan terhadap Sion dan Limey. dia merasa bahwa kedua orang itu seolah telah menjadi teman baik anaknya.Sion dengan penuh sopan santun memberi hormat pada tetua Narayana, "Kami senang sekali bisa mengenal Delvi tetua.""Kalau kalian tidak keberatan, tolong titip anakku itu