Kita tinggalkan dahulu Tiga Pendekar di Hutan Terlarang yang sedang berusaha menyadarkan kakek yang mereka hormati itu. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di benak Candaka itu baiknya kita mundur dahulu ke belakang untuk menyimak tokoh-tokoh yang tiba-tiba muncul di Hutan Terlarang ini.
Terutama kita menyoroti sosok Asmawati yang dilihat Gayatri berusaha membangkitkan Naga Hitam di Hutan Terlarang. Siapa sebenarnya Asmawati?Kenaapa baru sekian lama setelah menjadi istri Bagaskara, dia baru berusaha melepaskan naga hitam ini?Keseharian Asmawati sama halnya dengan ibu rumah tangga pada umumnya. Dia memasak makanan untuk suaminya juga mengurus anak-anaknya. Tidak ada yang tahu kalau wanita ini ternyata menyimpan misteri yang paling kelam. Bahkan Bagaskara sendiri tidak mengetahui dengan jelas asal-usul istrinya ini.Asmawati sangat menyayangi kedua anaknya, alih-alih awalnya hanya ingin memperalat Bagaskara. Tidak ada rasa cinta Asmawati pada Bagaskara yang saat itu mKeadaan Ki Wicaksono sangat miris dengan pakaiannya yang hancur terkena serangan sosok misterius yang langsung menghilang.Hampir seluruh tulang kakek ini retak dan patah sehingga melihat keadaannya sangat sulit untuk diselamatkan.“Istriku...Kumaladewi..kamu ada dimana sekarang..?”, terdengar suara Ki Wicaksono yang mengigau memanggil-manggil nama istrinyaKi Wicaksono masih memendam cinta yang dalam pada Kumaladewi. Sepeninggal istrinya ini, kehidupan Satria tidak karuan. Matanya yang buta sangat menyulitkan dirinya untuk beradaptasi. Hatinya juga hancur ditinggal pergi begitu saja oleh istri tercintanya, padahal kehidupan mereka baik-baik saja.“Istriku..Jangan pergi lagi,,”, suara Ki wicaksono lirihKesadaran Ki Wicaksono sepertinya sudah hilang akibat hantaman keras yang diterimanya yang membuat seluruh tubuhnya remuk tidak berdaya.Suara Ki Wicaksono yang sedang mengigau sangat menganggu Gayatri, karena setahu d
Kekalahan Ki Wicaksono sangat membekas di hati Candaka. Ternyata Jurus Naga Putih yang dikuasai Ki Wicaksono yang dianggapnya sudah sakti bisa dengan mudah dikalahkan sosok misterius yang belum diketahuinya. Hanya saja dia mengetahui sosok misterius itu seperti yang disebut oleh Ki Wicaksono adalah Kumaladewi yang pernah menjadi istrinya.Saat pertama kali tiba di Desa Kabut Hitam, dia tidak pernah menyadari kalau dia turut andil menjadi pahlawan yang membebaskan desa ini dari teror jahat yang selalu menghantui desa ini.Kejadian yang dialaminya membuat Candaka yang semula pria yang sleboran dan selalu menjalani hidup dengan santai berubah menjadi pria yang mulai bertanggung jawab. Dia sadar kalau darah naga yang ada di tubuhnya bukan hanya warisan semata tapi memiliki arti yang mendalam.Setelah Desa Kabut Hitam aman dari segala bahaya, Candaka memutuskan untuk menunda kepulangan dirinya ke Kota Naga Emas. Dia mulai bersemangat kembali untuk memenuhi takd
“Kamu ada baiknya menginap beberapa hari di sini Nak Candaka. Mungkin kau bisa mendapatkan mimpi-mimpi kamu lagi”, lanjut Ki Nagaswera“Mungkin kakek bisa ajarkan kamu beberapa jurus di luar ilmu naga ini kalau kamu mau”Candaka terdiam sibuk memainkan kuku jarinya. Dia sendiri sebenarnya mulai bimbang lagi dengan keputusan dia sebelumnya untuk lanjut sebagai Pendekar Naga atau pulang saja ke ibukota melanjutkan hidupnya sebagai penduduk biasa seperti sebelumnya.“Nanti aku pikirin dahulu kek..Tapi aku terima tawaran menginapnya”, jawabnya“Baiklah..Nanti kamu tidur di kamar Jayanti”, kata Ki Nagaswera“Apaaa..Maksud kakek?”, tanya Candaka kaget tapi dia bisa membuat dirinya tenang kembali“Terus nanti Yanti tidur dimana kek?”, tanyanya basa-basiKi Nagaswera memandang Candaka heran. “Ya tidur bersama kamu..Memangnya kenapa kalau kalian tidur bersama?” Candaka makin heran dengan kakek naga ini yang membiarkan gadis secantik Jayanti bersama dengannya satu
Candaka tertidur lagi karena hari masih malam, sementara Jayanti tampak keluar dari kamarnya untuk memeriksa keadaan kakeknya. Ki Nagaswera masih tampak berada di luar pondokan mengawasi keadaan sekitar Hutan Eksotik dengan seksama. “Loh, kakek belum tidur?”, sapa Jayanti “Kakek tidak bisa tidur sejak Naga Hitam lolos dari kurungan kabut hitam. Kakek khawatir dia menyerang Hutan Eksotik karena di sini banyak terdapat dokumen yang menceritakan kelemahannya”, jawab Ki Nagaswera “Kek, tadi kanda Candaka bermimpi kalau dia ada di tengah gurun yang banyak mayat hidup. Kakek pernah cerita ke Yanti kalau dahulu kakek tinggal di sana, di Kuil Naga” Ki Nagaswera terkejut mendengar ucapan Jayanti tentang kampung halamannya. “Kamu beneran dengar kalau Nak Candaka berada di Kuil Naga itu?” “Tidak sih kek..Dia tidak sempat masuk ke Kuil Naga itu karena banyak mayat hidup yang menjaga kuil itu mengejarnya” “Baguslah kalau begitu”, jawab kake
Candaka mengisi hari-harinya di hutan Eksotik dengan mempelajari segala sesuatu tentang Naga Hitam. Dia juga mencaritahu tentang Gurun Terkutuk yang diceritakan Jayanti. Namun dia tidak menemukan gurun ini di peta manapun seakan gurun ini tidak pernah ada.Kemana aku harus mencari gurun laknat ini. Dimana-mana tidak ada petunjuk sama sekali. Hanya Ki Nagaswera yang mengetahui letak gurun ini, tapi dengan alasan yang tidak masuk akal alih-alih memberitahunya, beliau menghindari setiap pertanyaannya tentang gurun ini.Jayanti, cucu kakek ini juga tidak mengetahui persis lokasi Gurun Terkutuk ini. Mungkin aku berharap bisa mengalami mimpi yang lebih jelas lagi agar bisa ke wilayah ini. Pikiran-pikiran itu terus menghantuinya.Beruntung bagi dirinya, di tengah kesibukan kakek ini, Ki Nagaswera masih sempat untuk mengajarkan beberapa jurus silat yang bisa digunakannya selain 2 jurus Tapak Naga yang pernah dipelajarinya. Awalnya Candaka tidak menyadari, kalau Ki Nagaswera s
Tiba-tiba Candaka teringat dengan Ki Wicaksono. Bagaimana ya keadaan kakeknya Gayatri ini, apa sudah sembuh? Kemungkinan besar beliau tahu lokasi Gurun Terkutuk ini. Aku saja sudah tidak mengalami mimpi lagi beberapa hari ini, tapi aku yakin kitab ini ada di sana.“Kemana pula gadis ini..Aku butuh dia buat membawaku keluar dari Lembah Naga”, Candaka masih tidak tahu cara masuk ataupun keluar dari lembah Naga karena selalu Jayanti yang membawanya masuk dan keluar.“Kanda Candaka..Bagaimana latihan hari ini dengan kakek?”, terdengar suara teriakan yang tidak asing lagi di telinganya“Sungguh kebetulan yang dicari muncul. Seperti tahu saja kalau lagi dicari, kata Candaka dalam hatinya“Adek Jayanti yang manis..Kanda bisa minta tolong tidak?”, kata Candaka sambil memasang muka manisnyaJayanti merasa curiga melihat sikap manis Candaka. Tidak biasanya pria ini bersikap begitu manis padanya“Kanda bu
Gadis ini membuka topi capingnya membuatnya makin kelihatan cantik. “Iya, ternyata kamu memang Kumalasari..Kamu ke sini sendiri?, kata Candaka dengan muka herannya karena tidak menyangka teman mainnya dari kecil ini ternyata sangat cantik.Apalagi sekarang gadis ini berpakaian laksana pendekar pedang membuatnya tampak sangat menarik dengan lekuk-lekuk tubuhnya yang dibungkus rapat pakaiannya yang ketat membuat mata pria tidak akan berkedip melihatnya.“Aku ke sini sendiri kak..kan aku sudah bisa jaga diri aku sendiri. Jadi kak Candaka tidak perlu lagi selalu menjaga aku seperti waktu kita di ibukota”, jawab Kumalasari sambil tersenyum“Terus kamu kenapa ke desa ini. Tidak ada yang istimewa di desa ini Mala”, lanjut Candaka lagiIihh kak Candaka ini tidak mengerti juga kalau dia ke sini khusus mencarinya, tapi malahan banyak tanya macam-macam tidak jelas. Huffh sangat menyebalkan kak Candaka yang sekarang. Beda dengan kak Candaka yang
“Eiiitttt...Ada apa ini kok ramai sekali berkumpul di sini?”, muncul lagi seorang gadis berpakaian hijau yang langsung menghampiri mereka“Kak Isyana kebetulan sekali tadi kakek lagi tanyain kak Isyana kapan lagi ke Hutan?, lanjut gadis ini lagi ke arah perempuan yang disebut kaak cantik oleh Kumalasari.Kumalasari terperangah mendengar gadis berbaju hijau ini memanggil kaka cantik itu Isyana. “Kakak cantik ini ternyata kak Isyana ya yang jago pedang?”, tanyanya lagi memastikan“Hehehe..Kalau adik cantik ini sebenarnya siapanya Candaka?”, tanya Isyana lagi dengan ramahnya sambil tertawa pelanKumalasari hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pertanyaan Isyana. Dia tidak tahu harus menjawab apa karena dia sendiri masih tidak yakin dengan perasaan Candaka padanya, apalagi setelah lama tidak bertemu alih-alih memeluk atau gembira, malahan kayak orang asing saja. Tidak ada reaksi apapun, malahan marah-marah terus tida