Candaka dihinggapi rasa galau yang luar biasa. Dalam hati dia ingin menjadi pendekar sakti agar bisa melindungi teman-temannya terutama Gayatri dari serangan Iblis Naga Hitam kelak. Tapi di sisi lain dia tidak yakin dengan kemampuannya untuk mengalahkan naga raksasa ini. Jika dia kalah dan t**as maka semua jerih payahnya selama ini akan sia-sia saja.
“Jangan takut cu..Kamu pasti bisa mengalahkan Naga Putih ini..Ikuti saja kemauan naga ini niscaya kamu akan bisa mengalahkannya”, terdengar suara seperti suara Ki Wicaksono terngiang-ngiang di telinganya dari belakang badannya.“Kakek..Sejak kapan kakek ada di sini?”, teriak Candaka penuh kegirangan sambil membalikkan badannya. Tapi tidak terlihat siapapun. “Suara siapa ya tadi? Kok kedengarannya jelas sekali? Mungkin halusinasiku saja karena kan sebenarnya aku masih di padang gurun kalau di dunia manusia”, pikirnya lagiCandaka menghabiskan waktunya dengan berlatih memantapkan jurus-juCandaka yang berusaha mencari Kitab Naga pertamanya menemui ujian yang sangat berat dalam hidupnya. Keberaniannya untuk berhadapan dengan Naga Putih Raksasa membuatnya bertemu dengan naga yang sangat ditakutinya. Alih-alih dia merasa terba**r oleh semburan api naga ini, dia melihat sosok yang mirip kakeknya Ki Wicaksono. Perlu waktu agak lama baginya untuk menyesuaikan matanya. Setelah jelas dia melihat sosok yang tadi dilihatnya. Ternyata sosok yang dilihatnya sudah sangat tua dengan janggut putihnya yang memanjang hampir sama panjangnya dengan rambut putihnya. Tapi wajah kakek ini tampak tidak berkeriput sama sekali layaknya kakek-kakek pada umumnya. Kakek ini agak kurus dibandingkan Ki Wicaksono, tapi kakek ini tersenyum padanya sambil menyodorkan tangan untuk menariknya bangun dari panasnya padang pasir.Candaka menyambut tangan kakek ini yang menariknya berdiri di hadapannya. “Sepertinya memang aku sudah m**i, dan kakek ini adalah dewa yang akan membawaku per
Candaka terbangun saat terik matahari mulai menyinari tubuhnya. “Sudah siang rupanya. Apa aku ketiduran sampai selama ini?”, dia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Terlihat olehnya Kitab yang diberikan kakek naga saat dia berada di padang gurun, berarti dia tidak bermimpi dan semua kejadian yang dialaminya benar adanya.“Ada baiknya aku di sini dahulu beberapa hari mempelajari kitab ini, karena perjalanan pulang sangat penuh mara bahaya jika ilmu silatku pas-pasan”, katanya dalam hati.Gua tempat Candaka bernaung berada jauh di atas hutan yang sebelumnya dia lewati. Pandangannya ke arah perkampungan misterius yang ditakuti Ki Wicaksono terhalang oleh tebing karang sehingga dia tidak bisa melihat apapun ke sana, demikian juga dari arah perkampungan tidak bisa melihat posisi Candaka karena terhalang tebing yang terjal juga. Jadi untuk sementara pemuda ini aman tinggal di dalam gua. Selain perbekalannya yang masih cukup banyak, di dekat gua juga ada mata air yang
Tak terasa oleh Candaka kalau dia sudah sebulan lamanya berada di dalam gua dan melatih ilmu silatnya. Selama itu tidak ada gangguan berarti yang dialaminya. Kekhawatiran diserang makhluk penghuni Kampung Misterius juga tidak terjadi. Rasa rindu kepada teman-temannya membuatnya siap untuk meninggalkan gua yang sudah dianggapnya sebagai rumah sendiri. Dia mulai mempersiapkan bekal yang akan dibawanya beserta minuman dari mata air agar cukup untuk perjalanannya.“Nanti aku mampir lagi ya guaku tersayang, saat aku menjenguk nenek nanti”, katanya sebelum turun dari gua menuju perjalanan pulang. Candaka sudah merasa gua ini yang selalu menemaninya selama ini, sehingga dia agak berat meninggalkannya.Pagi yang sangat cerah membuat langkah kaki Candaka terasa ringan. Tidak terlihat lagi pemuda dekil dan serampangan seperti sebelumnya, hanya terlihat pemuda tegap dengan penampilan yang bersih dan rapi menuruni lereng gua menuju ke arah hutan. Dengan lincah pemuda ini m
Untuk memeriahkan bebasnya Desa Kabut Hitam dari Kabut Hitam yang selalu mengganggu aktifitas penduduk desa, Bagaskara sebagai pimpinan Perguruan Tapak Naga mengadakan Turnamen Pendekar yang bisa diikuti pendekar-pendekar dari seantero negeri tidak terkecuali Pendekar Naga dari wilayah lain maupun benua lain.Turnamen diadakan selama sebulan lamanya dengan melibatkan pertandingan-pertandingan pendekar kelas tinggi. Para peserta diberi kesempatan untuk tinggal daan menunggu selama sebulan terlebih dahulu di Desa Kabut Hitam sebelum turnamen ini dimulai untuk menyesuaikan diri.Tampak kesibukaan di Perguruan Tapak Naga untuk menyiapkan event yang cukup besar ini. Halaman perguruan yang sangat luas dijadikan arena pertandingan untuk pendekar-pendekar ternama yang mengikuti turnamen ini. Bangku-bangku untuk penonton sudah disusun rapi mengelilingi arena.Umbul-umbul dan panji-panji dari pendekar yang mewakili perguruannya juga sedang dipasang di tempat ini. Sementar
Candaka yang ketiduran setelah sampai di penginapan mengalami mimpi yang aneh baginya. Kali ini dia melihat Isyana yang menatapnya kosong kemudian meninggalkan dirinya walaupun dia sudah berteriak-teriak memanggil namanya tapi gadis ini tidak mempedulikannya dan pergi begitu saja meninggalkannya.Belum hilang rasa kagetnya, tahu-tahu dia sudah berada di dalam ruangan bawah tanah yang asing baginya. Tampak olehnya beberapa orang yang sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Candaka berusaha mendengarkan pembicaraan mereka.“Kamu yakin Tuan mengadakan acara besar ini sekarang?”, tanya pria yang wajahnya tirus dan dalam keremang-remangan terlihat menyeramkan. Sementara pria yang dipanggil Tuan tampak lebih terpelajar yang membelakanginya. Candaka merasa kenal dengan pria yang disebut Tuan ini tapi dia tidak tahu dimana dia melihat pria ini.“Aku sudah merencanakan ini matang-matang. Sementara calon Pendekar Naga yang bernama Candaka itu pergi, kita harus
HuaammmmCandaka menguap sejadi-jadinya saat terbangun di tempat tidur yang empuk. Matanya melihat ke arah bawah. Dilihatnya gadis cantik yang menawari kamarnya untuknya beristirahat sementara gadis ini rela tidur di lantai.Candaka menjadi bimbang dengan mimpinya. Apa memang benar Mala yang menjadi mata-matanya selama ini yang selalu menguntit kemana dirinya pergi? Kalau begitu kenapa dia tetap terlelap tidur sementara aku sudah bangun? Harusnya kan dia mengawasiku terus menerus jika dia adalah anak buah si wajah tirus tadi.Gadis ini perlahan-lahan membuka matanya. “Hei kakak..Sudah bangun kok tidak bangunin Mala?”, tanyanya manja. “Kak Candaka sudah sehat kembali?”Tidak mungkin Mala. Sikapnya tidak seperti dibuat-buat terhadapnya, apa gadis ini mahir berpura-pura di depannya. Biarlah jika memang dia, jika aku di dekatnya aku juga lebih mudah mengawasinya.“Kakak hari ini mau kemana? Biar Mala temenin ya kak..&rdquo
Penduduk desa beramai-ramai menuju ke arah Perguruan Tapak Naga untuk melihat pendekar-pendekar kenamaan bertanding memperebutkan hadiah yang fantastis. Banyak pedagang musiman yang berjualan makanan apa saja di depan gerbang masuk arena pertandingan ini.Candaka dan Kumalasari termasuk dalam kerumunan warga yang antri untuk masuk menyaksikan pertandingan-pertandingan silat yang bermutu. Dengan susah payah mereka berhasil masuk juga ke dalam bangku penonton.Tujuan Candaka dan Kumalasari berbeda untuk event ini. Candaka terus mengawasi sekitar arena pertandingan untuk melihat apakah ada yang tidak beres yang akan membuktikan kebenaran mimpinya. Sedangkan Kumalasari memang berniat untuk menonton pertandingan ini sambil bersenang-senang. Candaka juga masih tidak mempunyai bukti kalau Kumalasari merupakan mata-mata yang mengawasinya, karena gadis ini selalu bersikap baik padanya.Pertandingan di arena tampaknya sudah dimulai. Pertandingan menggunakan sistem gugur.
Candaka masih penasaran dengan ketidak hadiran tokoh-tokoh Naga Hitam saat Turnamen Pendekar berlangsung. Dia juga tidak mengetahui para pendekar yang pingsan atau terluka dibawa kemana untuk berobat. Tadi dia tidak menemukan lokasi tempat pendekar yang kalah ini dirawat. Bisa jadi energi mereka sudah diserap orang-orang ini tanpa sepengetahuannnya. “Besok aku harus lebih teliti lagi mengamati setiap gerakan yang mencurigakan”, tekadnya dalam hatiSiapa sebenarnya si Wajah Tirus yang aku lihat bersama orangtua Isyana ini? Terlihat dia tidak begitu mempedulikan Tuan Bagaskara, berarti sosok ini mempunyai jabatan yang cukup tinggi di organisasi mereka. Tapi apa benar sosok Pendekar Naga ini menjadi jahat dan berpaling ke dunia hitam, sepertinya hal yang mustahil dilakukannya. Andai saja aku bisa mendapatkan mimpi-mimpi ini lagi, mungkin aku tahu jawabannya.“Kak Candaka sudah tidur?”, tanya Kumalasari yang sekarang tidur di atas tempat tidur semen