Pada siang hari ini, Zero sengaja berjalan menyusuri pinggir pantai untuk mencari tahu tentang bajak laut yang tengah ia cari. Dan sesuai dugaannya, akhirnya Zero melihat ada sebuah kapal yang berlabuh di pantai. Akan tetapi, Zero tidak menemukan keberadaan satu orang pun yang tinggal di kapal itu. Nampaknya para bajak laut ini sedang tidak berada di kapal itu.Zero kemudian segera mencoba mencari lagi jejak ke mana perginya para bajak laut ini. Zero terpaksa masuk ke dalam hutan kecil yang ada di pinggir pantai karena ia memiliki dugaan bahwa para bajak laut ini bisa saja saat ini sedang beristirahat di sana. Dan ternyata dugaan Zero itu benar adanya. 'Jadi benar, mereka ternyata sedang beristirahat di sini. Em..., apa yang harus aku lakukan, ya? Apakah langsung aku serang saja?' gumam Zero."Siapa kau?! Apa yang kau lakukan di sini?!" Namun dari arah belakang, tiba-tiba ada suara seseorang yang bertanya kepada Zero seraya menodongkan tombaknya."Cih! Sepertinya aku emang harus berta
Kapten Flame langsung mundur ketika ia merasakan ada satu tebasan pedang lagi yang menuju ke arahnya. Ternyata Zero mampu menebaskan dua tebasan pedang sekaligus. Hal seperti ini tidaklah pernah terduga oleh Kapten Flame.Kapten Flame kemudian kembali memikirkan cara untuk mengalahkan Zero. Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Zero menyadari apa yang dilakukan oleh Kapten Flame. Ternyata Kapten Flame berencana untuk melarikan diri dengan cara melemparkan serbuk racun mata. Racun mata ini bisa membuat penglihatan orang terganggu. Bahkan jika mata seseorang terkena racun mata secara berlebih, maka bisa saja mengakibatkan kebutaan.Dan tepat sebelum Kapten Flame sempat menyebarkan racun itu ke arah Zero, dengan cepat Zero langsung menebas kantung racun itu sehingga racun mata itu mengenai mata Kapten Flame sendiri."Argh...! Sial!" Kapten Flame berteriak saat merasakan kedua matanya sangatlah perih.Karena penglihatannya terganggu, Kapten Flame akhirnya berhasil dikalahka
Keesokkan harinya, ternyata Istana tengah gempar karena adanya kabar bahwa Raja tiba-tiba sakit dan kini hanya bisa berbaring lemas di dalam kamarnya. Mendengar hal itu, Vivi dan Zero tentu saja langsung bergegas menuju kamar Raja."Ayah...!" Vivi langsung memeluk tubuh Raja yang tak lain Ayah kandungnya itu dengan meneteskan air mata."Vivi..., uhuk, uhuk..., ternyata kau sudah dewasa, Nak. Uhuk, uhuk...!" Nampaknya kondisi Raja benar-benar parah."Ayah, tidak!" Vivi semakin menangis saat melihat Ayahnya yang berbicara terbata-bata seperti ini."Ma-maafkan Aku, Nak. Aku, uhuk..., uhuk..., aku tidak bisa menjadi Ayah yang baik untukmu." Suasana langsung menjadi hening sesaat ketika tangan Raja yang membelai lembut wajah Vivi baru saja terkulai."A-ayah...! Ayah...! Tidak...!" Keheningan pun pecah karena suara Vivi yang menangis histeris.Ternyata, Raja telah meninggal dunia. Hal yang sangat tidak diduga oleh Vivi dan Zero adalah kematian Raja. Padahal, kepulangan Vivi ke Istana ini ka
Hari ini, adalah hari di mana rapat penting akan dilakukan. Vivi dan Zero sudah menyiapkan diri mereka untuk ikut serta dalam rapat penting. Dan ternyata, bukan hanya Zero saja yang Vivi ajak untuk ikut dalam rapat. Vivi juga mengajak Chong Lian dan juga Nana. Vivi sudah memiliki suatu tujuan tertentu yang ia susun bersama Zero.Tok, tok, tok!Ada suara palu yang menandakan bahwa rapat penting telah dimulai."Baiklah, aku, sebagai Penasihat kerajaan akan mengumumkan terlebih dahulu wasiat Raja sebelum ia wafat," teriak Wei Kong seraya membuka sebuah gulungan kertas.Keadaan yang tadinya hening, langsung terdengar banyak suara bisikan-bisikan setelah penasihat kerajaan yang dipercaya oleh Raja membacakan wasiat Raja. Wasiat itu tentu saja berisikan bahwa Vivi adalah pewaris sah selanjutnya."Aku keberatan dengan Wasiat Raja!" Tiba-tiba Linlin mengangkat tangannya dan menyatakan penolakan terhadap wasiat Raja."Benar, aku juga!""Iya, aku juga sama."Dan ada beberapa orang lagi yang sep
Pintu yang rusak karena ditendang dengan kuat itu sontak menarik perhatian semua orang yang hadir dalam ruang rapat penting. Namun, tidak ada satu orang pun yang berani memarahi perbuatan pria itu.Vivi menatap lekat-lekat pria itu. Lalu kedua mata Vivi berkaca-kaca. Zero tentu saja memperhatikan setiap gerak-gerik Vivi. Tapi kali ini Zero merasa lega, sebab Zero memiliki firasat bahwa pria yang datang ini adalah orang yang akan membela Vivi."Kalian tidak tahu malu! Berani-beraninya kalian menentang wasiat Raja kami!" Dengan tatapan garangnya, Jendral Tertinggi yang bernama Limdong mencabut pedangnya dan menodongkan ke arah kerumunan.Saat pedang itu ditarik keluar dari sarungnya, aura yang terpancar sangatlah kuat. Untuk mereka yang memang tidak disukai oleh Jendral Limdong, nafas mereka langsung terasa sesak. Ini adalah suatu jurus yang bernama Hushaku. Teknik Hushaku adalah suatu jurus yang dapat menyerang mental lawannya. Bagi siapa yang tak mampu menahannya, maka akan langsung t
Pada malam hari ini, Vivi terlihat sangat senang ketika menceritakan tentang awal mula ia bertemu dengan Zero sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Namun, ada sedikit perubahan pada ekspresi wajah Limdong yang berbeda saat ia mendengar nama keluarga Zero. Dan karena Zero merasakan ekspresi itu mengganggunya, Zero pun dengan jujur menanyakannya pada Limdong."Jendral, tidak, Kakak Limdong, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" Dan wajah Zero pun nampak berubah menjadi serius."Eh, iya? Silahkan, apa yang ingin kau tanyakan, maka tanyakan saja, Zero. Aku akan menjawab pertanyaanmu semampuku," jawab Limdong."Em..., itu, sebenarnya aku melihat kalau dirimu sempat merasa terkejut saat mengetahui bahwa aku adalah anak dari Koziki Odin. Apakah Kakak Limdong mengenal Ayahku?" tanya Zero langsung pada intinya.Sebenarnya Limdong sempat merasa ragu untuk menjawabnya. Namun karena adanya desakan dari Zero dan ditambah juga oleh Vivi, akhirnya Limdong bercerita apa yang ia ketahui te
Karena Vivi merasa terusik dengan perbuatan jahat Linlin, akhirnya Vivi pun mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mendapatkan semua bukti-bukti tentang kejahatan yang pernah dilakukan oleh Linlin. Vivi juga ingin menjadikan hal ini sebagai contoh pada para rakyatnya, bahwa keluarga Bangsawan pun akan tetap dihukum jika terbukti melakukan kesalahan.Lalu, karena Vivi baru saja sah menjadi seorang Ratu, hari-harinya masih dipenuhi dengan berbagai macam kesibukan terutama melihat laporan berkas-berkas yang mulai menumpuk. Hal semacam inilah sebenarnya yang sangat membuat Vivi malas menjalani kewajibannya sebagai seorang Ratu. Dan untungnya, ia memiliki seorang suami yang sangat baik. Zero tidak hanya berdiam saja, ia pun membantu Vivi sekuat tenaga dan semampunya. Dan saat Vivi sedang melihat selembar berkas laporan, ia pun langsung menunjukkannya pada Zero. "Sayang, coba lihat ini."Zero lalu membaca selembar berkas laporan itu dan ternyata Zero langsung mengepalkan kedua tangan
"Apa-apaan orang ini?! Kenapa dia ada di desa ini?! Bukankah semua penduduk telah di bereskan semuanya?!""Ya sudah, hajar saja kalau dia memang menghalangi kita!""Benar, ayo! Kalau memang dia menghalangi hajar saja sampai mati!" Sepertinya orang-orang ini tidak akan bisa diajak bicara secara baik-baik.Mendengar pembicaraan sombong dari mereka, justru membuat Zero menyeringai."Oh, jadi kalian pikir aku ini menghalangi pekerjaan kalian ya? Kalau begitu sudah jelas, kalian pasti memiliki niatan yang buruk berada di desa ini. Baiklah, aku sendiri yang akan menghajar kalian dan membuat kalian berbicara!" Sedetik setelah berbicara, kedua pedang Zero langsung menari ke sana kemari dan berhasil menumbangkan sepuluh orang sekaligus."A-apa yang terjadi...? Ba-bagaimana bisa?!" Zero memperhatikan, ternyata ada satu orang memiliki lambang berbeda yang terukir di pakaian yang dikenakan orang itu. Sepertinya orang ini adalah pemimpin di kelompok ini."Ada apa? Tadi kalian yang berkata ingin me