Prabu Kerta yang lama mendambakan putra dan kini memiliki 2 pangeran sekaligus tentu saja tahu, ada persaingan panas antara sang permaisuri dengan selirnya. Itulah kenapa diam-diam sejak kecil Pangeran Dipa dia latih dengan cara mendatangkan ahli-ahli kanuragan hebat ke Istana, agar Pangeran Dipa kelak menjadi seorang yang kuat dan tangguh.
Selir Selasih yang mengetahui ini tentu saja marah dalam hati, tapi dia tak berani terang-terangan menunjukan kemarahannya di depan suaminya yang juga Raja Hilir Sungai ini.
Diam-diam dia juga mendatangkan pelatih kanuragan untuk Pangeran Kurna. Namun, Pangeran Kurna tak begitu berbakat dan sehebat Pangeran Dipa. Dia sangat lambat mengalami kemajuan dalam hal ilmu kanuragan.
Putri Selasih bahkan sampai marah-marah mengetahui betapa tak berbakatnya putranya ini berlatih ilmu kanuragan. Namun dia akhirnya bisa tersenyum, Pangeran Kurna ternyata mempunyai bakat lain yang tak kalah mengagumkan.
Pangeran Kurna punya kelebihan dalam hal diplomasi dan politik, dia mampu berbicara dengan fasih dan lugas kalau sudah menyangkut ilmu-ilmu pemerintahan. Inilah kelebihan Pangeran Kurna.
Kini, setelah Prabu Dipa resmi jadi raja, dia kemudian sengaja menaruh saudaranya ini sebagai Menteri sesuai dengan keahliannya, agar tidak mengganggu jalannya kekuasaannya.
Walaupun sebelumnya Pangeran Kurna secara terangan-terangan meminta agar dijadikan Perdana Menteri, namun Prabu Dipa yang cerdik ini menyadari, kalau di jadikan Perdana Menteri, sama saja dengan ada ‘matahari kembar’ di kerajaannya.
Prabu Dipa secara cerdik mengangkat adik ayahnya, yakni Pangeran Haja sebagai Perdana Menteri, menggantikan Perdana Menteri sebelumnya yang mangkat karena usia tua, tak lama setelah Prabu Kerta wafat. pengangkatan Pangeran Haja secara otomatis memadamkan rasa penasaran Pangeran Kurna, karena Pangeran Haja sangat di hormati dan disegani siapapun, karena posisi Pangeran Haja sebelumnya adalah adik kandung dan satu ibu dengan Prabu Kerta, usia Pangeran Haja juga belum terlalu tua, yakni baru 50 tahunan.
Andaikata dulu itu Prabu Kerta tak memiliki keturunan anak laki-laki, maka secara otomatis Pangeran Haja lah Raja berikutnya. Namun Pangeran Haja orangnya tenang dan tidak mempunyai ambisi yang tinggi, sejak dulu dia merupakan penasehat yang sangat di dengar Prabu Kerta.
Pembawaan Pangeran Haja kalem dan setiap kali dia bicara, semua keluarga Istana akan diam mendengarkan nasehatnya. Prabu Dipa pun juga sangat menghormati paman sekaligus Perdana Menterinya ini.
Selain PM Pangeran Haja, adalah satu orang yang sangat di segani Prabu Dipa, dia adalah Panglima Perang Kerajaan, yakni Jenderal Ki Parong, atau Pangeran Parong. Ki Parong merupakan adik kandung mendiang Prabu Kerta dari selir.
Sejak dulu Panglima Ki Parong ini menjadi orang yang sangat di percaya Prabu Kerta dan kini lanjut Prabu Dipa, ia tetap mempertahankan pamannya ini sebagai Panglima Perang Kerajaan Hilir Sungai.
Dengan wilayah kerajaan yang sangat luas dan memiliki 135 Kadipaten, Kerajaan Hilir Sungai ini atas saran PM Pangeran Haja, menjalin komunikasi dengan kerajaan-kerajaan tetangga dan menghentikan perang yang sejak dulu selalu berkecamuk, hingga membuat rakyat sengsara.
Sejak dulu Kerajaan Hilir Sungai dan sebuah kerajaan yang dianggap bar-bar dan berada di ujung Barat, yakni Kerajaan Surata yang kadang di sokong sebuah kerajaan besar di Serawak, dua kerajaan selalu terlibat perang sengit memperebutkan wilayah-wilayah tertentu, dengan tujuan memperluas kekuasaan masing-masing kerajaan.
Namun sejak Prabu Dipa berkuasa dan Pangeran Haja jadi PM, kedua kerajaan kini menjalin gencatan senjata. Dan Prabu Dipa pun mengalihkan masa perdamaian ini untuk mulai menata kerajaan dan membangun semua lini. Hingga Kerajaan Hilir Sungai dalam waktu 5 tahun menjelma jadi Kerajaan yang maju, damai dan sangat modern pada jaman itu, dia juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajan lain di Bumi Borneo, hingga sampai ke Bangsa Serawak dan Pulau Jawa termasuk Sumatera.
Akibat damai inilah, pejuang-pejuang yang sakti-sakti dan dulu ikut berperang membela Kerajaan Hilir Sungai, kemudian banyak yang kembali ke desa-desa dan membangun pandepokan-pandepokan silat dengan murid ratusan hingga ribuan orang.
Saat ini ada 3 padepokan yang sangat besar dan kuat, walaupun padepokan-padepokan kecil juga jumlahnya tak sedikit, bahkan lebih dari 300 an pedepokan kecil, namun 3 padepokan besar yakni Padepokan Bangkui Hirang yang dipimpin Ki Talang, lalu Padepokan Warik Putih yang dipimpin Ki Balongin dan Padepokan Kuyuk Hitam yang dipimpin Ki Turangga, merupakan induk dari semua padepokan tersebut, artinya padepokan-padepokan kecil termasuk milik Ki Jarong berafiliasi dengan ketiga padepokan besar itu.
Ki Jarong sendiri lebih dekat dengan Padepokan Bangkui Hirang, namun dengan 2 padepokan lain, Ki Jarong juga menjalin hubungan baik, sebagai padepokan kecil dia tak mau bentrok dengan padepokan yang kuat dan besar serta memiliki cabang-cabang plus murid-murid hingga ribuan orang di seluruh penjuru Kerajaan Hilir Sungai ini.
Ketiga Padepokan ini terkenal memiliki wilayah kekuasaan yang kuat dan di segani dan masing-masing memiliki murid-murid ribuan orang.
Kadang ada gesekan untuk memperebutkan pengaruh, namun, begitu pasukan kerajaan turun tangan, mereka langsung damai, walaupun diam-diam gesekan terus terjadi di strata bawah alias antar para murid.
Tapi sesekali Raja Dipa memanggil ketiga tokoh ini ke Istana untuk berunding, maka gesekan itupun bisa di tanggulangi. Karena ketiganya segan dengan sang raja yang ternyata justru murid mereka sendiri, ya baik Ki Talang, Ki Balongin dan Ki Turangga adalah guru-guru silat bagi sang Raja ini, saat sang Raja masih berstatus Pangeran atau Putra Mahkota.
Raja Dipa yang cerdik ini memang diam-diam sengaja membagi wilayah ‘kekuasaan’ tiga padepokan kuat dan besar ini. Selain menjaga wilayah kerajaaan agar aman, juga meredam aksi-aksi kejahatan lainnya.
Dengan kata lain 3 padepokan adalah pasukan cadangan Kerajaan yang berbaju sipil dan semuanya di bawah komando Raja Dipa.
Raja Dipa khawatir karena dari mata-matanya dia dapat info, Pangeran Kurna dan Pangeran Biju dikabarkan diam-diam sering menjalin komunikasi dengan pihak Kerajaan Surata di Barat.
“Yang Mulia wajib waspada…kalau-kalau Pangeran Biju dan Pangeran Kurna berkhianat…tapi sementara ini yang kami tahu, hubungan itu masih hubungan diplomasi biasa saja!” ungkap Maruki, Kepala Keamanan Kerajaan saat memberi laporan pada Prabu Dipa bersama Panglima Perang Jenderal Ki Parong.
Begitulah gambaran Kerajaan Hilir Sungai yang mempunyai wilayah kekuasan hampir seperempat Bumi Borneo ini.
Namun, ada satu hal yang dirahasiakan mendiang Raja Kerta pada anak-anak dan putri-putrinya, saat lahir Pangeran Dipa yang kini jadi Raja, dia sebetulnya lahir kembar. Adat yang sudah jadi mitos dan turun temurun mengharuskan Raja Kerta membunuh salah satu bayi kembar laki-lakinya tersebut.
Karena bila dibiarkan, maka kelangsungan kerajaan akan berbahaya, menurut dukun-dukun Istana, bila ada pangeran kembar, maka kerajaan otomatis kelak akan terbagi dua dan kala sudah begitu, pasti terjadi perang saudara dan kerajaan pun akan ambyar.
Tapi Permaisuri Kirna tak tega dan sambil menangis dia memohon agar Raja Kerta mempertimbangkan niatnya membunuh salah satu putera kembar mereka.
Akhirnya Raja Kerta yang sangat mencintai permaisurinya ini menyetujui keinginan istrinya, disusunlah siasat, salah satu pangeran disingkirkan, sebagai gantinya diculiknya salah satu bayi laki-laki yang agak mirip, lalu si bayi tadi di bunuh dan diperlihatkan pada para dukun. Semua dukun percaya dan bayi malang ini lalu dikuburkan.
Permaisuri menitipkan salah satu bayi kembarnya ini pada inang pengasuh yang membantu kelahirannya dengan berbagai pesan-pesan penting. Inang pengasuh ini mengaku anak yang dia asuh keponakan jauhnya, yang orang tuanya miskin, sehingga dia memelihara, para tetangga percaya dengan keterangan ini, terlebih sebagai Inang pengasuh yang biasa di panggil Bik Selai cukup kaya raya.
Namun, seminggu kemudian, Permaisuri terkaget-kaget bukan main, saat mendengar kabar sang Inang Pengasuh tewas misterius dan bayi yang dia titipkan hilang tak berbekas.
Bik Selai tewas di rampok, begitulah kabar yang beredar, karena semua perhiasan dan simpanan uang si inang pengasuh malang ini habis di kuras perampok.
*****
BERSAMBUNG
Raja Kerta sendiri yang mendengar hal ini tidak mempersoalkan, baginya itu lebih baik, daripada nanti dua anak kembarnya sama-sama dewasa dan berakibat fatal bagi kerajaaanya kelak.Sejak saat itu, hilanglah kisah soal Bik Selai dan bayi yang hilang misterius, tapi bagi Permaisuri Kirna, sampai detik ini dia tetap beranggapan salah satu bayi kembarnya itu masih hidup.Diam-diam dia menemui Panglima Perang Ki Parong yang merupakan kerabat dekat sekaligus orang yang sangat di percayanya, dia minta sang panglima menyelidiki kemana lenyapnya salah satu bayi kembarnya itu.Panglima pun bergerak dengan mengutus dua pengawalnya yang sangat dia percayai, yakni Ki Surai dan Ki Bidu. Tapi bertahun-tahun mencari, bayi itu tetap tak diketahui di mana berada alias hilang misterius.Ki Surai dan Ki Bidu sampai harus berkelana ke kerajaan tetangga, saking penasarannya kenapa satu bayi itu bisa lenyap begitu saja.Namun usaha itu tetap sia-sia, Panglima Ki P
“Terima kasih Malaki, andai kamu terlambat datang, mungkin umurku tak lebih dari 2 minggu lagi!” Ki Jarong menatap wajah Pendekar Pekok sambil menghirup kopi panas, yang juga otomatis menggugah selera makannya yang selama 2 bulanan terganggu.“Ki Jarong siapa musuh kamu itu?” tanya Pendekar Pekok, sambil memakan ubi yang di rebus dan baru saja di hidangkan Nalini, baunya tak kalah harumnya dari kopi tadi.“Namanya Ki Samut, dia merupakan musuh sejak kami sama-sama muda, dia marah karena dulu kalah bersaing denganku merebut seorang hati seorang wanita!” Ki Jarong menghela nafas.Ki Jarong menambahkan, kemarahan Samut saat muda karena dulu kalah di ajang perlombaan jodoh di sebuah kampung.“Saat itu kepala kampung yang sangat terkenal mengadakan lomba mencari jodoh bagi putrinya, aku yang masih muda tentu saja tertarik. Setelah melalui berbagai pertarungan yang semuanya ku menangkan, sampailah aku di pertandingan pu
Samut yang kini tinggal sendirian tak punya kesempatan melarikan diri, dia pun melakukan perlawanan sebisanya. Di saat kritis dan tinggal selangkah lagi nyawa Samut akan melayang, Jarong tiba-tiba terjengkang ke belakang, sebuah pukulan jarak jauh membuat dia tak mampu bertahan.Jarong pun ber salto menghindari serangans susulan, ia tak mau kalah, Jarong membalas serangan yang datang tiba-tiba ini, ia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya menyerang orang yang baru datang itu.Tapi kembali serangannya bak membentur tembok keras, sampai-sampai tubuh Jarong terlempar hingga terguling-guling ke tanah, tapi Jarong yang sudah sangat marah kembali bangkit dan bersiap melancarkan serangan susulan kembali.Saat berbalik dan kembali berdiri, Jarong kaget karena tubuh Samut sudah lenyap dan dari kejauhan dia melihat musuh besarnya ini di gendong seseorang yang tak di kenalnya lalu menghilang cepat dalam hutan.Jarong menahan diri untuk mengejarnya, dia sadar orang yan
Dusman yang menyambut serangan Pendekar Pekok dari atas langsung terguling, dia seakan menerima ribuan pukulan yang susul menyusul menerpa wajah dan tubuhnya. Untungnya Pendekar Pekok membatasi tenaganya, sehingga Dusman tak cedera parah, hanya terkaget-kaget saja, tapi itu saja sudah membuktikan bagaimana hebatnya pendekar muda ini. “Kamu lebih fokus lagi Dusman, jangan sungkan, gunakan tendangan!” kata Pendekar Pekok memberi petunjuk. Dusman yang mulai ngos-ngosan mengikuti saran ini, dia pun fokus pada serangan, kali ini Pendekar Pekok kembali mulai membalas. Begitu Dusman melompat dan menendang dengan gaya memutar, kakinya langsung kena tendang secara kilat oleh Pendekar Pekok, Dusman yang baru mengangkat kaki langsung terjatuh ke tanah. Semua murid yang menyaksikan ini kaget bukan main, sebab jatuhnya Dusman tak terlihat di tendang oleh pendekar sakti ini. “Udah cukup Dusman, kamu segera berdiri!” Dusman langsung bangkit dan menunduk horm
Sambil melayang di udara, pendekar ini langsung mendorong dan dengan kecepatan yang sulit diikuti mata dia menuju ke guru Ki Samut, Ki Samut sendiri sudah menjauh menyelamatkan diri, dia baru sadar musuhnya yang terlihat bak seorang bangsawan terpelajar ini sangat sakti, sekaligus kejam karena langsung membalas dan menyerang dengan pukulan maut. Guru Ki Samut terdorong ke belakang, kakinya mencetak garis di tanah, saking kerasnya dorongan pukulan sambil melayang di udara yang dilancarkan Pendekar Pekok. Padahal pukulan menari di atas awan baru 30% dikeluarkan pendekar ini, belum ia keluarkan hingga 100%. Pendekar Pekok cukup cerdik, ia ingin mengukur dulu sampai di mana kekuatan guru Ki Samut yang tak banyak bicara ini. Kini satu tangan Pendekar Pekok dan guru Ki Samut bertemu, atraksi tenaga dalam pun tersaji, tak cukup hanya satu tangan, guru Ki Samut menambah dua tangan, sedangkan Pendekar Pekok hanya menggunakan tangan kirinya. Dia juga terlihat santai-sa
Setelah mendapat petunjuk ini dan itu dari Ki Jarong, hari itu juga Pendekar Pekok pamit dan bermaksud akan menuju ke kaki pegunungan meratus bagian barat, yang jaraknya lebih satu bulan perjalanan. “Semoga kita bertemu di sana Malaki, selamat jalan dan terima kasih atas bantuan kamu menumpas musuh besarku. Aku puas, semoga kini arwah istriku dan mertuaku berikut anak buahnya tenang di alam sana, dendam mereka sudah kutuntaskan melalui kamu!” Ki Jarong dan Pendekar Pekok berpelukan, pendekar ini juga bersalaman dengan seluruh murid Ki Jarong, termasuk Dusman dan Nalini. Setelah bersalaman, pendekar ini sekali lagi menoleh dan melambaikan tangan, lalu diapun naik kuda dan menghela kudanya ini, dan kuda hitam ini seakan terbang saking cepatnya meninggalkan padepokan itu. Nalini yang diam-diam jatuh cinta dengan pendekar sakti ini, tiga hari kemudian minta izin untuk ke kaki pegunungan meratus. Tentu saja keinginan Nalini di tentang keras Ki Jarong. “Nal
Sejak saat itu, Malaki benar-benar bak budak di sarang para perampok ini, dia disuruh memasak, mencuci dan juga merawat kuda-kuda di persembunyian para perampok tersebut. Kalau dia salah bekerja, tendangan dan pukulan akan ia terima dari anak buah Jambrong.Akibatnya Malaki makin dendam dengan para perampok ini, tapi dia tak berdaya, sedangkan 5 wanita malang dari desa yang sama mereka dijadikan budak nafsu oleh para perampok.Selain 5 orang wanita itu, terdapat juga 10 wanita lainnya, yang sebelumnya juga dijadikan hal yang sama, tapi lama-lama mereka malah di paksa jadi istri-istri oleh para perampok sadis tersebut, bahkan ada yang telah memiliki anak.Tak ada yang berani kabur, sebab tempat itu berada di sisi jurang dan di sekelilingnya hutan lebat penuh dengan binatang buas atau ular-ular beracun, juga terdapat lembah berlumpur, yang bila masuk ke dalamnya, lumpur itu akan menyedot apapun yang jatuh dan tak bisa keluar lagi.Jambrong sendiri memiliki
Sonto langsung menerjang Malaki, dia melancarkan pukulan lurus ke tubuh Malaki. Malaki dengan mudah menghindar, latihan diam-diam yang dia lakukan kini menemui ujian dari Sonto.Sonto kaget Malaki mampu menghindar dengan mudah, bocah cilik ini langsung emosi dan dia kembali melancarkan serangan-serangan, tapi lagi-lagi semuanya gagal.Sonto makin emosi, terlebih Rani malah bertepuk tangan melihat Malaki mampu menghindari semua serangan Sonto dengan mudah. Rani juga tanpa sungkan memberi semangat pada Malaki, akibanya Sonto makin emosi.Tiba-tiba Sontoh berhasil memeluk tubuh Malaki, keduanya lalu bergumul hingga berguling-guling di tanah. Malaki kali ini tak mau mengalah, dia langsung memukul wajah Sonto, akibatnya bibir Sonto langsung berdarah dan dia menangis kesakitan.Malaki pun berdiri dan menjauh dari tubuh Sonto, Rani tertawa mengolok-olok saudaranya yang suka pongah dan sombong ini, Sonto bangun dan berlari.“Awasss kamu yaa, ku lapor