Mau tak mau, Putri Ketujuh yang melihat adegan jatuhnya Yao Chen pun menjerit, “Yao Chen!”Di hati Putri Ketujuh, terselip rasa bersalah karena telah mendorong Yao Chen sehingga menyebabkan perahu terbang pemuda itu menjadi oleng dan kehilangan kecepatannya.Adegan ketika perahu terbang dicaplok dengan gigi-gigi runcing si naga api besar membekas di otak Putri Ketujuh. Ternyata seperti itu kondisinya jika tadi dia tidak lekas diselamatkan Yao Chen.Sedangkan, tubuh Yao Chen terus meluncur ke bawah, ke arah danau magma. Ada banyak letupan magma yang siap menerima tubuh Yao Chen yang terus jatuh tanpa dia bisa melakukan apa-apa karena tak memiliki pijakan yang cukup.“Apa aku akan mati di sini?” Yao Chen bersiap.Dia tentu saja tak ingin mati.“Tasbih Semesta, bisakah kau membuatku tahan pada panasnya api apa pun?” tanyanya pada pusaka miliknya.Tasbih Semesta mendadak saja bergerak memutar dan mulai mendesing di dalam tubuh Yao Chen. Dari setiap maniknya, meluar aura emas pekat.Blupp!
“Anakmu?” Yao Chen sampai ternganga karena kagetnya.Dia tatap naga api besar di depannya. Memang mereka sama-sama memiliki kekuatan api yang tak bisa diremehkan.Tapi … jika menilik dari penampilan Gao Long saat ini dibandingkan naga api besar ….“Pfttt!” Yao Chen mati-matian menahan tawanya ketika membandingkan kedua naga tersebut.Gao Long tentu saja mendengar tawa tertahan Yao Chen. Dia melirik sambil mengerutkan kening dengan wajah cemberut.“Kau tak layak menjadi ayahku!” geram suara naga api besar terdengar, seolah-olah mereka bukan berada di dalam benda cair melainkan ruang udara bebas.Mendengar penyangkalan dari putranya, Gao Long meradang marah.“Lancang! Anak lancang!” pekik Gao Long.Sayang sekali, wujud mungil dan gendutnya saat ini tidak mendukung untuk menghardik si anak yang berpuluh kali lipat darinya.“Kau pikir kenapa ibu sampai memutuskan untuk mengakhiri hidupnya?!” raung si naga api besar.Raungan itu dibarengi semburan energi besar dari moncong yang dibuka leba
Mendadak saja Yao Chen mendapatkan pencerahan dari Tasbih Semesta.Maka, menggunakan cambuknya, dia bergerak menggunakan Teknik Langkah Hantu dan meraih Bunga Api Abadi sambil menghindari terjangan cakar si pterodactylus yang hendak menangkapnya.Sreettt!Cambuk digerakkan secepat kilat ke arah Bunga Api Abadi sembari kakinya bergerak cepat hingga membentuk pusaran udara kecil ketika tanah di bawah kakinya menyebar saat energi Qi-nya terus mengalir."Berhasil!" Yao Chen menyeru tertahan ketika cambuknya sudah membelit di pohon rendah tempat si bunga api tumbuh. Brrrrhhh!Segera, Yao Chen menggunakan bilah pedangnya untuk menghamburkan dan menyebarkan pasir beserta debu di permukaan tanah ke arah Bunga Api Abadi sambil menarik keluar bunga itu dari tempatnya.“Apa maksudmu, Yao Chen?!” pekik Putri Ketujuh saat melihat adegan Yao Chen merenggut Bunga Api Abadi yang dia incar sejak lama.Bunga Api Abadi yang sudah tertutupi tanah dan debu yang ditebarkan padanya oleh Yao Chen, tak bisa
“Kita lihat seberapa mampu Jurus Api Penghancurku menanganimu!” seru Yao Chen.Seketika, langit-langit gua di atas arena pertarungan bergetar. Sementara, magma di bawah sana mulai menggelegak hebat dan cairan panas itu melejit naik seiring tangan Yao Chen terangkat tinggi-tinggi.Si pterodactylus terkejut bukan main akan pergerakan magma yang seakan dikendalikan Yao Chen. Dia mati-matian mengumpulkan seluruh kekuatan anginnya untuk menepis magma yang hendak menyentuh tubuhnya hingga cukup kewalahan menghadapi serangan dahsyat Yao Chen.“Ingin lari ke mana, huh?!” ejek Yao Chen. Dia rela memompa energi Qi hingga ke titik maksimal demi mengalahkan hewan roh itu.Puluhan pilar magma menyembur dari danau, mengejar si pterodactylus yang terbang menghindari. Makhluk itu mengeluarkan raungan frustrasi, sayapnya mulai hangus terkena percikan magma.Si pterodactylus membalas dengan menciptakan angin puyuh yang menyebarkan tetesan magma ke segala arah. Yao Chen berputar, menciptakan perisai api
“Errghh ….” Suara Yao Chen mulai terdengar meski lirih.Tak hanya itu saja. Kelopak mata Yao Chen juga bergetar perlahan sebelum akhirnya terbuka. Pandangannya yang kabur perlahan memfokus, menangkap sosok Putri Ketujuh yang duduk tak jauh darinya. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, namun rasa nyeri langsung menyerangnya."Jangan banyak bergerak," ujar Putri Ketujuh dengan nada datar. "Lukamu belum sepenuhnya sembuh."Saat menatap sekeliling, Yao Chen memastikan mereka berada di dalam gua yang dia buka sebelum ini.Yao Chen menoleh ke empunya suara. "Tuan … Putri?" ucapnya lemah.Putri Ketujuh hanya mengangguk singkat. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun matanya menyiratkan kelegaan yang tak terucap."Berapa lama aku pingsan?" tanya Yao Chen."Dua hari," jawab Putri Ketujuh singkat. Dia bangkit dan mengambil sebuah mangkuk berisi cairan hijau pekat. "Minum ini. Akan membantu mempercepat penyembuhan luka dalammu."Yao Chen mencoba duduk, namun tubuhnya masih terlalu lemah. Tanpa bicar
Keesokan paginya, Yao Chen bangun dengan tubuh yang jauh lebih segar. Semua lukanya sudah pulih, menutup sempurna.“Hm? Luka-lukamu sudah sembuh? Secepat itu?” Putri Ketujuh mengernyitkan dahinya saat melihat kondisi Yao Chen. “Tidak kusangka obat-obatan mahalku sangat berkhasiat. Yao Chen, kau harus membayar itu dengan nyawamu.”Meringis canggung, Yao Chen menjawab, “Tuan Putri. Lebih baik aku buatkan sesuatu untuk Anda agar tidak perlu ada hutang budi di antara kita.”Baginya, berhutang budi pada sosok dengan status setinggi Putri Ketujuh hanya akan merepotkan, dan bisa-bisa menjadi bumerang untuknya.Mata Putri Ketujuh menyiratkan emosi. “Kau pikir kau siapa hingga bisa mengatur aku?”Ah, sikap tinggi dirinya kembali. Yao Chen harus membiasakan diri dengan itu.“Ini. Bagaimana dengan ini?” Yao Chen sembari mengeluarkan bunga api dari penyimpanannya di ruang dimensi jiwa. "Aku sudah mendapatkannya dengan susah payah mempertaruhkan nyawaku."Mata Putri Ketujuh melebar seketika saat m
“Aku … aku tak boleh ketahuan!” Bukannya pergi, Yao Chen justru ingin tetap di sana. Dia segera menggunakan teknik untuk menghilangkan auranya.Saat ini, Putri Ketujuh benar-benar tidak sadar ada Yao Chen di dekatnya. Air sungai berkilau memantulkan cahaya hangat mentai di pagi itu, menciptakan pemandangan yang memukau ketika pantulan sinar itu menimbulkan efek kemilau bagaikan sungai dipenuhi oleh berlian.Putri Ketujuh, dengan gerakan anggun, mulai mengusap tubuhnya menggunakan air sungai yang sangat jernih. Rambutnya yang hitam panjang tergerai, berkilau basah terkena air. Kulitnya putih bersih bagaikan pualam terindah tampak bersinar lembut di bawah cahaya pagi.Wajahnya yang biasanya dingin kini tampak tenang dan damai. Matanya yang tajam sesekali akan terpejam sembari tersenyum saat dia menikmati kesegaran air sungai. Fitur wajahnya yang sempurna—hidung kecil mancung, bibir merah alami, dan tulang pipi yang tinggi—membuatnya terlihat bagai lukisan hidup.‘Ya ampun, apakah yang
“Buaya sialan! Kenapa kau memiliki lidah seperti kadal? Beracun pula!” rutuk Yao Chen sambil menatap geram ke buaya raksasa yang kian mendekat ke arah dia dan Putri Ketujuh.Yao Chen masih bisa bertahan dan tidak pingsan seperti Putri Ketujuh. Berkat kekuatan dari pusaka Tasbih Semesta yang tersimpan di dalam tubuhnya, ia mampu menahan efek racun dari lilitan lidah buaya roh raksasa.Namun, situasinya tetap berbahaya karena ia harus berjuang melawan arus sungai yang tiba-tiba saja menguat sambil berusaha membebaskan diri dan menyelamatkan Putri Ketujuh yang tak sadarkan diri.“Tuan Putri! Tuan Putri!” Yao Chen menampar pelan pipi Putri Ketujuh, tak ada respon.Yao Chen menyadari bahwa waktu semakin menipis. Dia harus segera menemukan cara untuk melepaskan diri dari lilitan lidah buaya dan membawa Putri Ketujuh ke tempat yang aman sebelum terlambat.Yao Chen dengan cepat menilai situasi, memutuskan untuk menggunakan kekuatannya. Dimulai dengan elemen angin, menciptakan pusaran udara di
Asap darah belum sepenuhnya hilang ketika Mo Gu — Raja Iblis berkepala botak — akhirnya menyadari bahwa kakaknya, Raja Iblis Mo Yang, benar-benar telah dibakar habis oleh api mengerikan milik Yao Chen.“K-Kau ... KAU MEMBUNUH KAKAKKU!!!” raungnya, suara parau, gemetar antara amarah dan ketakutan.Wajahnya pucat, matanya liar menatap jasad hangus yang tak lagi menyerupai makhluk hidup.“Tidak! Ini belum waktunya! Aku harus pergi dari sini! Aku harus membalasnya suatu hari nanti!”Tanpa ragu, Mo Gu menghantam tanah dengan teknik iblis pelarian, membelah udara dan membuka celah dimensi.Namun suara dari belakang membuat darahnya membeku."Kamu pikir bisa seenaknya muncul dan kabur di hadapanku?"Langkah kaki bergema, disusul aura iblis menyelimuti tanah seperti malam menelan siang."Dasar anjing busuk!" bentak Yao Chen.Tubuhnya masih dalam Mode Asura Neraka, namun kini tampak goyah. Asap hitam mengepul dari punggungnya, darah mengalir deras dari hidung dan telinganya.Tubuh Tingkat 8-ny
“Bocah cari mati!” teriak salah salah satu Raja Iblis bernama Mo Yang. sambil dia membuat segel tangan dan memunculkan anak buahnya dari ruang hampa yang dia robek.Segera anak buah itu beterbangan ke arah Yao Chen dan Putri Suci.“Biarkan saya yang meladeni mereka, Putra Suci.” teguh Putri Suci sambil memunculkan pedang esnya. “Anda fokus saja pada raja iblisnya.”Maka, Putri Suci mulai membantai belasan demi belasan anak buah Raja Iblis yang menyerbu ke arahnya.Langit mendadak bergetar ketika dua Raja Iblis melesat turun seperti meteor gelap, menghantam tanah dan menciptakan kawah selebar dua puluh zhang. Angin menghantam deras ke segala arah, menyapu pepohonan, meretakkan bebatuan, dan menghentikan napas sejenak.“Humph!” Raja Iblis Mo Yang berjubah ungu kelam, membawa trisula hitam yang tampak seperti ditempa dari tulang naga iblis.Dia turun seperti dewa kematian, menyisakan jejak badai hitam dan awan berdarah.“Lihat bagaimana kami berurusan denganmu, bocah keras kepala!” Satun
“Mu Hailan keparat!” geram Yao Chen.“Ha ha ha! Kenapa, bocah? Aku akan menangkapmu dan akan kuserahkan ke Kaisar Iblis Langit.” Kini terang sudah apa tujuan Mu Hailan menggiring Yao Chen ke tempat itu. “Aku yakin Kaisar Iblis Langit akan memberiku banyak kebaikan. Sedangkan Putri Suci, kita bisa menikmati waktu sebaik mungkin nantinya.”Wajah mesum menjijikkan Mu Hailan tidak ditahan-tahan ketika menatap Putri Suci.Yao Chen melangkah maju, suaranya pelan tapi tajam seperti pedang. “Berani kau menyentuh dia dan aku akan memastikan kau kehilangan semua keinginanmu — termasuk lidah dan nyawa.”Mu Hailan tertawa gila sebelum dia mengangkat tangannya, berseru ke delapan kawannya. “HANCURKAN MEREKA!”Para pembunuh darah langsung menyerang. Serangan udara dan teknik darah meluncur seperti badai merah. Formasi pengepungan mematikan pun menyala di bawah kaki mereka.Tapi Yao Chen tiba-tiba menghilang.SRAK!Dua dari delapan penyerang langsung terpental, tubuh mereka hangus terbakar.BRRZZT!!
“Aku akan bicara! Aku akan bicara!” Mu Hailan menggigil.Dia sama sekali tidak menyangka seseorang yang masih berada di Tingkat 8 bisa menindasnya, bahkan mengaktifkan tubuh Asura yang mendominasi.Mu Hailan merupakan murid Sekt Istana Dewa yang kurang berkemampuan. Karena kerap mendapatkan penindasan dari teman dan seniornya, maka dia gelap mata dan mempelajari Teknik Kultivasi Sihir Darah yang cukup terlarang dan berbahaya.Itulah kenapa dia diusir dari Tanah Suci setelah ketahuan. Ini yang mengakibatkan kebenciannya terhadap Tanah Suci semakin berkali lipat.Saat dia mengetahui keruntuhan Tanah Suci, dia adalah orang yang tertawa paling awal.“Yang menyerang Tanah Suci ... memang Kaisar Iblis Langit! Tapi dia tidak sendirian!” serunya ketakutan. “Ada ... ada Tiga Raja Iblis lain bersamanya! Mereka mencari sesuatu — sesuatu yang hanya bisa dibuka oleh garis keturunan keluarga Gongsun.”Kini dia tidak bisa meremehkan Yao Chen. Meski kekuatannya telah ditingkatkan sampai di tahap yang
“Di mana dia sekarang?”Yao Chen berdiri, api perlahan menyala di matanya.Bo Qian ragu-ragu. “Desas-desus terakhir ... dia terlihat di reruntuhan Kota Hitam — perbatasan gurun dan rawa kematian.”Yao Chen mengangguk. Langkahnya terasa lebih berat, tapi niatnya lebih kuat dari sebelumnya.“Aku akan ke sana,” ucapnya. “Aku akan menemukan kebenaran. Dan aku akan membuat Kaisar Iblis Langit berlutut ... di bawah pedangku!”Langit kota Oasis Besar mulai berubah jingga. Angin gurun kembali berdesir ... menyambut perjalanan baru yang jauh lebih berbahaya.“Anda yakin hendak ke sana?” tanya Putri Suci.Ada pijar cemas dalam matanya.Yao Chen mengangguk yakin. “Aku harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin.”Malam mulai turun ketika Yao Chen dan Putri Suci tiba di tepi Kota Hitam — sebuah kota mati, penuh reruntuhan dan aura kematian yang begitu kental.Dinding runtuh, menara patah, dan batu-batu hitam berserakan seperti kuburan raksasa.“Berhati-hatilah, Putra Suci,” bisik Putri Suci, mer
“Aku yakin mereka baik-baik saja, Putra Suci.” Suara lembut Putri Suci mengalun. “Mereka wanita kuat dan cerdas, takkan terjadi hal buruk pada mereka. Anda bisa tenang.”Yao Chen tau Putri Suci hanya sedang menghiburnya agar dia tenang. Dia mengangguk dan berharap dua istri lainnya benar-benar dalam situasi yang baik.Mentari gurun menyinari hamparan emas yang tiada berujung. Kafilah bergerak perlahan di tengah suhu yang menyengat, roda-roda kayu berderit, dan langkah unta roh membentuk irama lelah yang konsisten.Di atas sebuah kereta utama, Yao Chen duduk bersila dengan mata terpejam, namun aura yang keluar dari tubuhnya masih belum stabil.Di sampingnya, Putri Suci duduk dalam diam, sesekali melirik Yao Chen dengan rasa prihatin.‘Semenjak mendengar tentang kehancuran Tanah Suci Istana Dewa, Putra Suci berubah. Tatapannya semakin dalam, ucapannya lebih hemat, dan energi spiritual dalam tubuhnya... semakin ganas. Seolah setiap helaan nafasnya menyimpan ledakan kemarahan yang terbung
“Pu-Putra Suci?” Salah satu dari rombongan caravan itu terkesiap. Matanya membelalak, seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Apakah kalian ... berasal dari sekte besar?”Suasana sekitar mendadak sunyi. Hanya desiran angin gurun yang terdengar, membawa debu dan serpihan pertempuran.Sementara itu, sisa-sisa gerombolan perampok gurun yang menyaksikan jatuhnya Jin Ying Shi Yao langsung ketakutan.Tanpa komando, mereka melarikan diri, seperti anjing liar yang baru kehilangan induknya.Yao Chen menarik napas berat. Dia tau, menyembunyikan identitas lebih lama hanya akan menimbulkan lebih banyak kecurigaan.Dengan suara parau namun tegas, dia berkata, “Aku Gongsun YiChen ... Putra Suci dari Tanah Suci Istana Dewa.” Tak lupa dia menangkupkan salam sojanya.“Wuaaahhh!”Seakan badai kecil meledak di antara kerumunan caravan.“Apa?!”“Tidak mungkin! Bukankah Tanah Suci Istana Dewa sudah—”“Tunggu, bukankah seluruh Tanah Suci itu dihancurkan beberapa bulan lalu?!”Bisik-bisik panik ber
“Manusia sombong!” teriak Jin Ying Shi Yao.DUARRR!!Benturan kembali terjadi. Jin Ying Shi Yao menerjang seperti meteor, cakarnya membelah ruang, memancarkan gelombang energi hitam keunguan yang brutal.Yao Chen melompat menghindar, mengerahkan Teknik Langkah Hantu dan hukum ruang seoptimal mungkin, menciptakan jejak ilusi di belakangnya untuk mengecoh lawan.CRASSSHH!!Tanah tempat Yao Chen berdiri sebelumnya meledak, membentuk kawah besar. Batu-batu beterbangan, badai pasir kembali mengamuk liar.Jin Ying Shi Yao tak memberi jeda. Dia mengaum keras, lalu menghantamkan kedua cakarnya bersamaan, menciptakan dua gelombang energi berbentuk singa hitam raksasa yang melesat mengejar Yao Chen dari dua arah."Mengerikan!" gumam Yao Chen. Namun dia tak gentar.Dengan pedang merah di tangan, Yao Chen meluncur maju, tubuhnya dikelilingi api, petir, tanah, angin, dan air sekaligus.Dia berputar di udara, menciptakan pusaran lima elemen untuk menahan serangan itu.BRAKKK!Gelombang energi berta
“Ayo!” seru Yao Chen sambil mempersiapkan serangannya.Suasana berubah mencekam. Jin Ying Shi Yao, si Panglima Gurun, mengepakan sayap elang raksasanya, membuat badai pasir mengamuk di sekitar mereka.Tubuhnya yang kekar, kepala singanya yang ganas, dan mata kuning menyala itu benar-benar memancarkan aura buas.Yao Chen mengencangkan cengkeraman pada pedang merahnya, napasnya berat."Dia ... tingkat 14 awal!" desis Yao Chen dalam hati. "Bahkan lebih kuat dari banyak tetua sekte!"BUUUMM!Jin Ying Shi Yao menerjang, cakarnya mengoyak udara, mengarah ke dada Yao Chen. Kecepatan dan kekuatannya membuat tanah bergetar.CLANG!Yao Chen menangkis, namun terpental mundur sejauh belasan langkah. Tanah di sekitarnya retak, debu berhamburan."Anak kecil! Berani menghalangi Panglima Gurun?!" Jin Ying Shi Yao meraung. Suaranya bergemuruh seperti guruh di tengah badai.Yao Chen mengertakkan gigi. Darah dalam tubuhnya bergolak. Tanpa ragu, dia mengerahkan lima elemen sekaligus — Api, Air, Tanah, An