Amarah dan dendam kesumat menyiksa perasaan Long Wan. Gurunya yang bijaksana terpaksa harus bunuh diri demi menyembunyikan rahasia peta harta karun yang menjadi incaran seluruh dunia persilatan. Peta harta karun itu bekas peninggalan kerajaan Hua yang sudah tumbang karena gerakan para pemberontak. Selain harta, yang menjadi rebutan seluruh kalangan dunia persilatan adalah sebuah kitab kuno yang berisi ilmu tenaga dalam yang sudah lenyap selama ratusan tahun. Long Wan ingin menuntut balas akan kematian gurunya, namun apa daya lawan-lawannya sangat tangguh dan bukan tandingannya. Akan tetapi pemuda itu bertekad, apapun resikonya dia harus dapat membalaskan dendam gurunya. Bertahun-tahun ia berlatih untuk mematangkan ilmu silat yang pernah dipelajarinya, namun semuanya tidak cukup sebab lawan-lawannya sangat tangguh. Hampir saja Long Wan putus asa, namun secara tidak sengaja ia menemukan catatan rahasia gurunya yang menunjukan peta harta karun yang selama ini menjadi incaran seluruh dunia persilatan. Dapatkah Long Wan menemukan rahasia pusaka tersebut? simak kisah perjalanan Long Wan untuk menjadi yang terkuat dalam cerita Rahasia Pusaka gurun Gobi.
View More“Yang harus kalian perhatikan, jadilah pendekar yang senantiasa menjunjung tinggi kebenaran, memberantas keangkara murkaan dan senantiasa menolong kaum lemah yang membutuhkan pertolongan!” kata Pendeta To. “Baik, suhu!” semua murid Kuil Rajawali menganggukan kepala.
Seperti biasa, saat memberikan wejangan Pendeta To duduk dengan gagah di atas batu besar yang diletakan di tengah-tengah kuil, sedangkan ke sepuluh muridnya duduk di atas lantai dan sigap mencatat apa yang disampaikan oleh guru mereka.
Pendeta To mengamati murid-muridnya dengan perasaan sayang, kemudian matanya tertuju kepada dua murid utama yang sudah lama belajar di kuil tersebut. “Long Wan, dan kamu Kwe Lin” ucap Pendeta To. Dua murid yang disebutkan namanya tadi menganggukan kepala.
Long Wan adalah murid pertama di kuil ini. Usianya sekitar delapan belas tahun, wajahnya tidak terlalu tampan akan tetapi bersih, hidungnya mancung, rahangnya kokoh, dan yang paling menawan ia memiliki sorot mata yang sangat tajam laksana tatapan seekor singa. Badan pemuda itu tidak terlalu berotot namun sangat terlatih, penampilan dan gerak-geriknya sangat cocok menjadi seorang pendekar pilih tanding.
Seedangkan Kwe Lin atau yang lebih akrab disapa Lin Lin, adalah gadis jelita berusa tujuh belas tahunan. Wajahnya sangat cantik, hidung mancung kedua pipinya merah merona dan yang paling menawan senyuman gadis itu sangat manis dan bisa menyihir siapapun yang memandangnya.
“Sudah lebih dari tiga tahun kalian menimba ilmu di kuil ini, akan tetapi ..” sejenak Pendeta To menarik napas panjang, dan hal itu tentu membuat murid-muridnya merasa sangat penasaran.
“Selama ini kalian hanya mempelajari dasar-dasar ilmu silat saja, pinto (saya) tahu tampaknya kalian kecewa sebab pinto lebih mengutamakan kebatinan dibandingkan ilmu silat!” Mendnegar ucapan gurunya, Long Wan dan Lin Lin saling pandang, jujur dalam benak mereka selalu bertanya-tanya mengapa gurunya yang tersohor sangat sakti sangat jarang memberikan pelajaran silat, keseharian semua murid di kuil ini hanya mendalami ilmu agama atau kebatinan saja.
Jangankan murid yang baru belajar, Long Wan yang sudah tahunan saja masih berkutat dengan jurus dasar. Sekalipun Pendeta To tidak pernah mengajarkan ilmu silat tingkat tinggi. “Maaf suhu!” Long Wan menganggukan kepala dan meminta izin untuk berbicara.
“Sejujurnya tentu kami semua bertanya-tanya, akan tetapi kamipun yakin bahwa suhu lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kami semua selaku murid-murid Kuil Rajawali ini!” ucap Long Wan.
Mendengar ucapan muridnya, Pendeta To tersenyum lembut. Ia sangat puas bahwa muridnya berani untuk berterus terang dan jujur akan isi hatinya. “Bagaimana denganmu, Lin Lin?” Pendeta To melirik ke arah Lin Lin, gadis cantik itu tersenyum kemudian menganggukan kepalanya “Sayapun sependapat dengan suheng” Jawab Lin Lin singkat.
“Bagus-bagus!” Pendeta To tertawa “Perlu kalian ketahui, dulu pinto memiliki seorang murid bernama Zi Rui. Dia sangat berbakat, hanya dalam waktu tiga tahun saja dapat menyerap semua ilmu silat yang pinto ajarkan. Bahkan ilmu silat Menghalau Badai dapat ia kuasai dengan cukup sempurna, Akan tetapi sayang,” Pendeta To menarik napas panjang, kedua mata lelaki bijaksana itu sedikit berkaca-kaca “Dahulu pinto lebih mengutamakan ilmu silat dibandingkan agama ataupun kebatinan, dan akibatnya Zi Rui tumbuh menjadi pemuda sakti mandraguna namun memiliki watak yang angkuh dan culas!”
Baik Lin Lin maupun Long Wan, keduanya terpaku di tempat duduknya. Baru kali ini mereka mendengar cerita tersebut dari gurunya. Yang lebih mengejutkan, saat Pendeta To menyebut-nyebut Ilmu Silat Menghalau Badai. Long Wan pernah mendengar, bahwa jurus tersebutlah yang membuat Pendeta To begitu terkenal dan menakutkan bagi lawan-lawannya.
Saat mereka sedang hanyut dalam lamunan masing-masing, tiba-tiba ada suara teriakan dari luar kuil. “Pendeta busuk, cepat keluar!”
“Siapa orang yang tidak memilki sopan-santun itu?” Semua murid Kuil Rajawali berdiri, mata mereka mencorong tajam ke arah jendela. “Sepertinya di luar banyak tamu, mari kita sambut mereka!” kata Pendeta To sambil melangkahkan kakinya ke arah pintu dengan diikuti oleh murid-muridnya.
“Sicai, rupanya banyak tamu yang berkenan mampir ke kuil sederhana ini!” ucap Pendeta To sambil tersenyum lebar, sedangkan kedua telapak tangannya dikatupkan di depan dadanya. Long Wan yang berdiri di sebelah Pendeta To mengerutkan keningnya, rupanya tempat ini sudah dikepung oleh puluhan tentara. Dan yang paling mengejutkan di antara mereka ada kalangan pendekar, bahkan sahabat gurunya yang berjuluk si Dewa Pedang ikut mengepung kuil ini.Dulu, saking akrabnya Dewa Pedang menjodohkan muridnya dengan Lin Lin.
“Ada apa ini, suheng?” tanya Lin Lin “Entahlah, tapi yang jelas kalian semua harus waspada!” bisik Long Wan kepada adik seperguruannya.
“Pendeta busuk, ternyata selama ini kamu bersekongkol dengan para pemberontak!” kata lelaki paruh baya yang mengenakan pakaian serba hitam. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan, apalagi di punggungnya terselip pedang panjang dengan gagang ukiran tengkorak.
“Puji Thian Yang Agung, Datuk dari utara yang berjuluk Iblis Selaksa Racun berkenan singgah ke tempat pinto yang buruk ini!” kata Pendeta To. Mendengar julukan yang diucapkan gurunya, Long Wan terperanjat. Nama Iblis Selaksa racun atau Mo Ong tentu saja begitu tersohor, konon ia sangat sakti dan kejam.
“Kau?”Long Wan berusaha bangkit, namun pandangan matanya masih samar-samar akibat efek racun dalam tubuhnya. Wanita bercadar yang sejak semalam tadir tidur memeluknya terlihat terkejut, buru-buru melompat bangkit sambil membetulkan kain yang menutupi wajah bagian bawahnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu mendorong batu besar yang menutupi goa.“Byar!”Cahaya matahari pagi menerangi dalam goa dan membuat Long Wan memicingkan matanya yang terasa silau.“Nona, siapa kamu sebenarnya dan apa yang telah kita lakukan di tempat ini?”Long Wan berteriak, namun seruannya diacuhkan oleh gadis tadi.“Tunggu!”Long Wan merangkak bangkit, dengan sempoyongan ia berusaha mengejar wanita bercadar hijau itu namun sesampainya di luar suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain.“Ah apa aku bermimpi?”Long Wan memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat pening, namun ketika meraba dadanya yang terasa sakit dan perih ia terperanjat karena mendapati dadanya
Daya tahan Long Wan memang luar biasa, walaupun dia terombang ambing di lautan lepas dan terkena tusukan pedang beracun para penghuni pulau hantu ia masih hidup, akan tetapi kondisinya sangat memprihatinkan.Tubuh Long Wan panas dingin terserang demam, berkali-kali ia merintih dan pingsan lagi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah. Kalau tidak segera ditolong kemungkinan ia akan tewas. Saat itu suasana di Pulau Hantu mulai gelap karena matahari sudah terbenam di ufuk barat.“Li Mei, Lin Lin”Berkali-kali ia mengigau dan memanggil-manggil orang-orang terdekatnya.“Wur!”Gelombang ombak kembali mengamuk dan membasahi tubuhnya yang sedang terdampar di pesisir pulau. Tentu saja hal itu semakin menyiksa tubuhnya. Di saat yang kritis antara hidup dan mati, ada perahu kecil yang berlabuh di dekatnya. Tidak lama kemudian sesosok bayangan hitam segera menghampirinya.Bayangan hitam tadi rupanya seorang wanita, tubuhnya terlihat sangat ramping dan wajahnya ditutupi kain berwarna hijau. Untuk
“Byur!”Perahu yang ditumpangi Long Wan bergoyang dan hampir terbalik karena dihantam gulungan ombak yang sangat besar. Pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi laju perahu yang sedang diombang-ambing air laut.“Gawat, kalau seperti ini terus aku bisa tenggelam!”Walaupun ia seorang pendekar hebat, namun ketika melihat gelombang air laut yang sangat dahsat bulu kuduknya merinding juga.Sudah setengah hari lamanya ia berlayar, dan daratan dibelakangnya tidak tampak lagi. Kini Long Wan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Yang ada hanya kehampaan dan ketakutan yang sangat mencekam.Seumur hidup baru kali ini ia berlayar seorang diri cukup jauh ke tengah-tengah lautan. Sejak kecil Long Wan hidup di wilayah Selatan dan tidak mengenal laut, kemudian setelah Dewasa mengembara di dataran Gurun Gobi yang tandus dan gersang.Lautan menyimpan banyak misteri, dan entah mengapa semakin lama ia berlayar perasaannya diliputi oleh rasa takut yang sangat mencekam apalagi saat itu ia han
“Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg
“Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja
“Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments