Beranda / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 3 - Ada Harapan dalam Nama Baru

Share

3 - Ada Harapan dalam Nama Baru

Penulis: Gauche Diablo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-15 09:59:07

‘Bi—Bisa tumbuh kembali? Lidah dan … pusaka masa depanku?’ Mata Wu Zaochen masih membelalak ketika merenungkan itu di hatinya. ‘Dan kuncinya adalah … aku harus menaikkan tingkat kultivasi?’

Apa yang disampaikan Ouyang Hetian tiba-tiba saja menggugah semangat Wu Zaochen.

‘Aku sudah dipaksa menerima nasib sebagai Wu Zaochen. Percuma juga andaikan aku ingin mengakhiri hidup karena tak tahu apa yang akan kujalani di kehidupan mendatang. Aku tak mau mempertaruhkan sesuatu yang belum pasti. Bagaimana kalau ternyata diberi takdir berikutnya menjadi babi? Ugh, tak mau!’ Wu Zaochen memikirkannya dengan cermat.

Oleh karena itu, dia memperbarui tekadnya, tak perlu lagi menyesali yang dia terima saat ini.

‘Yang harus kulakukan sekarang hanyalah menjalani semaksimal mungkin hidupku dan kalau perlu … balaskan dendam orang tua pemilik tubuh ini dan juga … Di Yuxian! Kau harus merasakan apa yang aku rasakan!’ tekadnya membara di dada.

Melihat perubahan tatapan mata yang sekarang lebih bersinar dan tajam, Ouyang Hetian terkekeh.

“Kenapa? Kau mulai bersemangat lagi karena nantinya tak akan menjadi manusia cacat selamanya, bukan?” Ouyang Hetian bisa dengan mudah menebak pemikiran Wu Zaochen.

Karena harapan yang ada saat ini adalah melalui pria besar ini, maka Wu Zaochen menganggukkan kepala secara tegas. Dia akan mencoba memercayai Ouyang Hetian.

“Baguslah kalau sudah memiliki semangat juang untuk kehidupanmu selanjutnya. Saat ini, patuhi arahan dariku jika kau ingin menggapai dirimu yang baru dan lebih kuat.” Ouyang Hetian menepuk bahu Wu Zaochen.

‘Aku harus bisa bangkit dari keterpurukan! Wu Zaochen, aku akan membantumu membalas dendam! Entah kenapa, aku memiliki firasat, bahwa aku bisa kembali ke zamanku kalau aku berhasil menuntaskan balas dendam pemilik tubuh ini.’ Wu Zaochen semakin yakin dengan apa yang sudah dia tekadkan di hatinya.

“Nah, bagaimana bila kau mengganti nama? Rumor di dusun bawah sana tersebar bahwa Wu Zaochen sudah mati tenggelam.” Ouyang Hetian menyampaikan informasi.

Wu Zaochen diam merenungkan saran Ouyang Hetian dan merasa itu bukan saran buruk karena dia tak boleh tertangkap lagi oleh Di Yuxian. Maka, dia mengangguk setuju.

“Baiklah.” Ouyang Hetian akan mencarikan nama untuk Wu Zaochen. “Nama aslimu Wu Zaochen … Zaochen berarti pagi. Hm, bagaimana dengan … Xi Wang yang artinya harapan?”

Wu Zaochen menimbang sejenak lalu menggeleng. Dia merasa itu terdengar kurang keren.

“Bagaimana dengan … Jie Chu yang bermakna cemerlang? Tentunya kau ingin masa depanmu nantinya cemerlang, ‘kan?” tawar Ouyang Hetian.

Usai memikirkan sejenak, Wu Zaochen tetap menggeleng.

Karena Wu Zaochen terus menolak, maka pria besar itu mencoba memberikan nama yang sedikit bermakna keras dan mengerikan.

“Bagaimana dengan Mo Gui yang berarti iblis? Tapi, itu sepertinya terlalu mencekam, bukan?” Sekarang justru Ouyang Hetian yang menggelengkan kepala.

Namun, di luar dugaan, mata Wu Zaochen malah berkilat penuh antusias.

“Kau menyukai nama kelam begitu?” Ouyang Hetian terkekeh.

Pria besar itu tidak heran apabila anak muda ingin memiliki julukan yang terdengar mengerikan atau terkesan ganas.

“Baiklah. Kalau begitu … Yao Mo? Gui Yu? Itu semua berkorelasi dengan makna iblis.” Ouyang Hetian memberi saran.

Terbersit sesuatu di kepala Wu Zaochen. Dia memberi isyarat ingin menulis ke Ouyang Hetian. Karenanya, si pria besar segera mencari kertas meski lusuh dan mengambilkan kuas yang sudah diberi tinta.

“Nghh.” Wu Zaochen berusaha mengumpulkan tenaga ke tangannya usai menerima alat tulis.

Sembari duduk tegak di kasur kerasnya, Wu Zaochen berjuang menggoreskan huruf Hanzi walaupun tak pernah mempelajarinya. Semua terasa alami begitu saja.

‘Heh?! Ternyata aku bisa menulis tulisan Mandarin meski tidak pernah belajar sama sekali! Pasti ini karena aku mewarisi kemampuan pemilik tubuh ini,’ batin Wu Zaochen.

Meski tangan itu bergetar ketika menorehkan tinta di kertas lusuh yang diletakkan di kasur keras, Wu Zaochen terus berjuang menuliskan nama yang dia inginkan.

“Yao Chen?” Ouyang Hetian membaca nama yang ditulis Wu Zaochen meski agak kacau goresannya.

Wu Zaochen mengangguk. Dia menepuk-nepukkan kuas ke kertas bertuliskan Yao Chen sebagai pertanda bahwa dia ingin nama itu.

“Hm, memang ada unsur kata ‘chen’ di nama yang kau inginkan, tapi itu bukan huruf 'chen' yang bermakna pagi atau musim semi, melainkan 'chen' yang bermakna kemarahan. Kau yakin ingin nama seperti itu?” tanya Ouyang sambil menatap lekat ke mata Wu Zaochen.

Pemuda itu mengangguk tegas. Dia sendiri juga tak tahu kenapa nama itu yang dia inginkan. Seakan ada dorongan tertentu di hatinya yang menginginkan demikian.

“Baiklah kalau kau sudah menginginkan nama itu. Yao Chen, iblis kemarahan. Ha ha ha, sepertinya kau menyimpan bara dendam. Bagus! Tak masalah! Setiap manusia memang harus memiliki tujuan hidup agar lebih bermakna dalam menjalaninya! Aku akan memanggilmu Yao Chen mulai sekarang!” Ouyang Hetian menepuk tegas bahu Wu Zaochen yang kini berganti nama menjadi Yao Chen.

Yao Chen mengangguk yakin. Dia benar-benar menyukai nama barunya.

‘Di Yuxian! Tunggu saja sampai nanti tiba saatnya kau berlutut mengiba padaku untuk dibunuh ketimbang kusiksa!’ Mata Yao Chen berkilat penuh tekad.

Terkadang, dendam merupakan hal yang membuat seseorang tidak menyerah dalam hidupnya. Dendam bisa menjadi bahan bakar semangat agar manusia tetap bertahan hingga akhir.

“Apakah kau ingin turun dari tempat tidur dan melihat sekeliling? Di sini terpencil dan jarang ada manusia masuk kawasan lembah ini.” Ouyang Hetian menawarkan sembari menyodorkan tangannya untuk dipegang Yao Chen.

Yao Chen mengangguk setuju. Lagipula, dia harus lekas pulih untuk secepatnya menapaki jalan balas dendamnya demi bisa kembali ke eranya sendiri. Tapi dia percaya diri bisa berjalan sendiri tanpa perlu bantuan Ouyang Hetian.

“Hngkh?!” Yao Chen limbung begitu dia mencoba berdiri dan tubuhnya lekas ditangkap Ouyang Hetian yang sigap.

“Jangan terlalu terburu-buru begitu. Kau sudah satu bulan terkapar di tempat tidur, pastinya tubuhmu butuh penyesuaian diri untuk berdiri tegak apalagi berjalan.” Ouyang Hetian sambil terkekeh.

“Tuan Ouyang? Tuan? Apakah Anda di sini?” Terdengar suara di depan pintu gubuk.

‘Gawat! Ada orang! Apakah aku akan ketahuan bersembunyi di sini?’ Yao Chen segera waspada ketika ada suara orang memanggil Ouyang Hetian di depan gubuk.

Ouyang Hetian lekas membaringkan Yao Chen kembali ke atas ranjang keras itu dan berkata, “Tetaplah di sini, aku akan menemui orang di depan sana.”

Yao Chen tidak mengatakan apa pun dan hanya bisa memandang punggung Ouyang Hetian yang menghilang di balik pintu.

Samar-samar dia bisa mendengar percakapan di depan gubuk karena kecilnya tempat tersebut.

“Oh, Tuan Meng!” Ouyang Hetian menyapa orang yang datang.

“Tuan Ouyang, apakah Anda memiliki waktu luang? Saya butuh senjata untuk satu bulan mendatang. Saya sudah membawakan bahan materialnya, besi merah, kuharap ini cukup untuk membuat pedang panjang yang bagus.” Orang bermarga Meng menyerahkan kotak kayu cukup besar ke Ouyang Hetian.

Ketika Ouyang Hetian menatap isi di dalam kotak kayu, dia menyahut, “Ini cukup. Tentu saja bisa menjadi pedang yang bagus. Satu bulan lagi, kembalilah ke sini.”

‘Ternyata orang ini adalah ahli penempa senjata!’ Yao Chen menggumamkan dugaannya dalam hati ketika mendengar pembicaraan di depan gubuk. ‘Tak heran dia bertubuh sebesar dan segagah itu.’

Pintu kamar kembali terbuka dan muncul Ouyang Hetian diiringi langkah tegasnya.

“Orang itu sudah pergi. Ayo! Aku akan bawa kamu berkeliling di sekitar gubuk!” Ouyang Hetian dengan santainya mengangkat tubuh Yao Chen dari ranjang keras seakan mengangkat guling saja.

Di hatinya, tekad Yao Chen ingin pulih semakin membara. ‘Aku harus membalas dendam agar bisa kembali ke zamanku!’

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
dearista Dearista Rista
salut dgn penulis untuk mengingat dan mengaplikasikan ke buku,ini benar' menakjubkan
goodnovel comment avatar
Asep Sanjaya
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pendekar Tanpa Wajah   590 - Kenaikan Tingkat 11

    “Kau bisa kembali, Gao Long.” Yao Chen berkata ke naga kunonya.“Hmph! Bocah bau pemaksa! Kau berhutang padaku!” Gao Long mendengus dan masuk kembali ke tubuh Yao Chen.Yao Chen hanya bisa terkekeh canggung.Udara malam masih menyisakan bara dari pertempuran yang barusan usai. Langit gelap dihiasi bintang-bintang kecil yang berkelip samar.“Tian Niao,” panggil Yao Chen pada Garuda Nirwana.“Ya, Tuan.” Binatang roh milik Yao Chen itu menjawab sambil terbang rendah.Sayapnya membentang sepanjang puluhan meter, dan tubuhnya memancarkan aura angin yang lembut.“Kalian semua, naiklah! Kita tak bisa tinggal di tempat ini terlalu lama,” ucap Yao Chen, membantu Sima Honglian yang masih sedikit terhuyung, lalu mengangkat Sheng Meiyu yang masih lemah ke punggung garuda.Mereka terbang melesat menuju arah timur laut, menuju hutan terpencil yang tersembunyi dari penglihatan dunia.

  • Pendekar Tanpa Wajah   589 - Yao Chen Datang

    “Gongsun … Yichen? Kau seharusnya sudah mati!” Zhong Hu membatu.Matanya membelalak saat melihat siluet pria bertopeng emas berdiri gagah di atas reruntuhan.Aura tekanan dari tubuh Yao Chen bagaikan gelombang tsunami, menghantam dada siapa pun yang menyentuhnya.“Aku takkan mati sebelum kau!”Yao Chen melangkah turun perlahan, setiap langkahnya menggetarkan tanah. Pedang Keseimbangan menyala terbalut api murni di punggungnya mengalirkan aura api Tasbih Semesta.Di belakangnya, Gao Long dengan mata merah menyala menyemburkan lidah api yang melilit pilar-pilar hancur.Sima Honglian menatapnya. “Chen .….”Yao Chen mendekat ke istri pertamanya. Dengan suara lembut, dia bertanya, “Kau baik-baik saja?”Sima Honglian mengangguk cepat, menahan air mata bahagia. “Aku baik-baik saja. Dia hendak mencelakai Meiyu .…” Tangannya terarah ke Zhong Hu.Tanp

  • Pendekar Tanpa Wajah   588 - Murka Sima Honglian

    "Kau ... kau bajingan busuk!" pekik Sheng Meiyu.Wajahnya mulai memucat membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Entah dia akan direnggut kehormatannya dalam kultivasi ganda paksa, atau dia akan diserap sampai kering dan mati.Kini dia mengerti wajah asli Zhong Hu. Rasa sesalnya menjalar saat teringat peringatan yang diberikan Sima Honglian. Tapi sudah terlambat. Dia berada di ruang bawah tanah yang pastinya tidak terjangkau Sima Honglian. Dia berusaha menjerit, tapi suaranya melemah.Zhong Hu menatapnya dingin. "Aku tidak pernah berbohong, Nona. Aku memang membantumu mencari suamimu. Tapi aku berubah pikiran. Kurasa aku tidak berniat membiarkanmu menemukannya. Setelah semua kekuatanmu menjadi milikku, mungkin aku yang akan mendatanginya … sebagai wujud barumu."Tangan Zhong Hu terangkat, siap menyentuh wajah Meiyu yang kini tak mampu bergerak.Namun sebelum dia bisa melakukannya—Dua kilat cahaya merah menyilang di pintu ruangan. Ledakan terjadi, formasi di lantai terguncang.

  • Pendekar Tanpa Wajah   587 - Demi Kultivasi Ganda

    Zhong Hu terkekeh. "Lalu siapa yang akan menenangkan hatinya? Kau? Kau bahkan tak mungkin bisa menahan jika dia menangis di malam hari.""Cukup!" teriak Meiyu tiba-tiba. Aura dingin menyembur dari tubuhnya. Mata air mulai membeku di sekitar mereka. "Aku ... akan ikut dia. Sendiri. Kalau kau tak mau, itu urusanmu!"Sima Honglian terpaku. Hatinya remuk. Dia tak habis pikir kenapa Sheng Meiyu sebodoh itu. Madunya bukan anak kecil, kan? Yang gampang diiming-imingi gulali dan langsung luluh begitu saja?Zhong Hu mengangkat tangan. "Jangan khawatir, Nona Phoenix. Aku akan menjaminnya aman. Tapi kalau kau berubah pikiran, istanaku akan selalu terbuka."Dan dengan satu gerakan, Zhong Hu membuka portal bercahaya ke arah langit barat.Sheng Meiyu memandang Sima Honglian satu kali lagi. Lalu melangkah masuk ke dalam cahaya itu.Sima Honglian menggenggam tinjunya erat, api berkobar di sekelilingnya. Dia ingin melakukan sesuatu, tapi dia paham … S

  • Pendekar Tanpa Wajah   586 - Penguasa Barat: Zhong Hu

    “Kenapa aku masih juga belum merasakan aura Chen?” keluh lirih Sima Honglian.Sheng Meiyu diam dan tertunduk. Batinnya juga mengeluhkan hal sama seperti Sima Honglian.Langit yang semula dipenuhi hawa pertempuran kini terasa tenang, tapi tak benar-benar damai. Aura kehadiran seseorang yang luar biasa kuat mendadak turun dari angkasa, menindas udara dan membuat debu-debu beterbangan ke segala arah.Tap. Tap. Tap.Langkah kaki berat terdengar dari balik reruntuhan. Seorang pria paruh baya dengan jubah panjang berwarna hitam-emas muncul perlahan. Wajahnya tampan namun tajam, penuh wibawa. Di sisi kanan dan kiri kepalanya tumbuh helaian rambut putih mencolok yang disatukan dengan tatanan rapi, menambah kesan agung dan mengintimidasi.Matanya tajam seperti elang, menatap lurus ke arah dua wanita yang baru saja meratakan belasan pria."Aku tidak menduga akan melihat pemandangan seindah ini di tempat seburuk ini." Pria itu tersenyum samar. Suaranya dalam dan bergema, membuat beberapa burung

  • Pendekar Tanpa Wajah   585 - Kami Dewi Kematianmu!

    "Nona, kau terlalu kejam!" Seorang pria menyeru ke Sima Honglian.Namun, ucapan itu hanya mendapat tanggapan tawa mengejek dari Sima Honglian.Sedangkan pria lainnya menyahut dengan bentakan, "Jalang sialan! Apa yang kau tertawakan?"Sikap Sima Honglian masih tenang menanggapi hardikan tersebut."Aku menertawakan kalian yang tak tau apa-apa dan salah." Sima Honglian menyeringai."Kesalahan macam apa sehingga kau sekejam itu memotong tangan kawanku?" Teman dari pria yang dimutilasi Sima Honglian mendelik tak terima."Kesalahan pertama, kalian menghadang aku dan adikku." Sima Honglian melirik Sheng Meiyu. "Kesalahan kedua, kami bukan lagi nona, karena kami sudah memiliki suami! Jadi bersikaplah yang benar!"Usai mengatakan itu, Sima Honglian mengumpulkan energinya pada telapak tangan.Semua pria yang mengganggu mereka segera siaga. Ada juga yang mulai menyalurkan energi Qi mereka di kepalan tinju.Dhaarrr!Sima Honglian meledakkan energi apinya sehingga ada beberapa pria pengepungnya ya

  • Pendekar Tanpa Wajah   584 - Seperti Anjing Kalah

    “Ja…ngan harap!” Dengan suara lemah, Yao Chen berkata sebelum dia berteriak, “Api Murni!”Swooosshh!Langsung saja keluar semburan api murni dari tubuhnya yang berlari cepat menyambar Raja Iblis Mo.“Tidak! Jangan!” Raja Iblis Mo terkesiap bukan kepalang.Dia sama sekali tidak mengira akan ada api jenis lain muncul menyergapnya. Jika tadi api Gao Long masih bisa ditangani, kali ini dia tak bisa meremehkan.“Arghhhh!” Raja Iblis Mo menjerit keras ketika tangan kanannya mulai dijilat api murni.Dia sudah secepat mungkin menghindari terjangan api murni yang mengejutkan, tapi rupanya masih belum cukup dan ujung tangan kanannya terjilat.Di tengah kepanikannya, Raja Iblis Mo memotong tangan kanannya sambil hatinya berdarah.Namun, Yao Chen masih belum selesai.Swoosshhh!Ketika Raja Iblis Mo sedang memotong tangan kanannya, Yao Chen menggunakan kesempatan sekian detik yang ada untuk menyemburkan api murni lagi.“Aaarrkkkhhhhh!” Jeritan Raja Iblis Mo semakin kencang ketika api murni berikut

  • Pendekar Tanpa Wajah   583 - Keluarnya Sosok Kaisar Manusia

    “Keinginanmu terlalu tinggi!” balas Yao Chen.Dia berdiri dengan napas berat, keringat dan darah bercampur di wajahnya. Tubuhnya sudah terluka dalam akibat pertempuran sebelumnya, dan kini harus menghadapi musuh dari tingkat yang jauh lebih tinggi.“Berani kau menghina Panglima Gu, bocah!” raung Raja Iblis Mo yang masih hidup. Tubuhnya diselimuti pusaran energi kegelapan yang siap diledakkan ke lawan.Raja Iblis cantik berjulukan Panglima Gu mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Raja Iblis Mo diam.“Tentu saja keinginanku tinggi karena aku memiliki kemampuan.”Setelah mengucapkan itu, Panglima Gu menjulurkan kedua tangannya ke depan.Bagaikan ada daya hisap kuat, Yao Chen dan Putri Suci langsung tertarik ke arah tangan Panglima Gu.“Arkkhh!”Yao Chen dan Putri Suci tidak berdaya ketika leher mereka dicengkeram tangan Panglima Gu. Masing-masing jarinya lentik, berkuku panjang warna merah darah yang menindas.Mata Panglima Gu membelalak gila diiringi senyuman lebar. “Lihat, sudah k

  • Pendekar Tanpa Wajah   582 - Raja Iblis Cantik

    Asap darah belum sepenuhnya hilang ketika Mo Gu — Raja Iblis berkepala botak — akhirnya menyadari bahwa kakaknya, Raja Iblis Mo Yang, benar-benar telah dibakar habis oleh api mengerikan milik Yao Chen.“K-Kau ... KAU MEMBUNUH KAKAKKU!!!” raungnya, suara parau, gemetar antara amarah dan ketakutan.Wajahnya pucat, matanya liar menatap jasad hangus yang tak lagi menyerupai makhluk hidup.“Tidak! Ini belum waktunya! Aku harus pergi dari sini! Aku harus membalasnya suatu hari nanti!”Tanpa ragu, Mo Gu menghantam tanah dengan teknik iblis pelarian, membelah udara dan membuka celah dimensi.Namun suara dari belakang membuat darahnya membeku."Kamu pikir bisa seenaknya muncul dan kabur di hadapanku?"Langkah kaki bergema, disusul aura iblis menyelimuti tanah seperti malam menelan siang."Dasar anjing busuk!" bentak Yao Chen.Tubuhnya masih dalam Mode Asura Neraka, namun kini tampak goyah. Asap hitam mengepul dari punggungnya, darah mengalir deras dari hidung dan telinganya.Tubuh Tingkat 8-ny

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status