LOGINSesampainya didalam goa yang dimaksud Bahureksa membaringkan anak itu diatas ranjang yang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan daun daun kering.
Bahureksa memeriksa luka anak itu. "Lukanya cukup parah." batin Bahureksa. Kemudian dia mengeluarkan satu butir obat dari kantong pinggangnya. Memecahkannya dengan jarinya hingga berbentuk serbuk dan menaburkan diatas luka anak itu setelah dibersihkan. Kemudian dari mulut goa muncul orang tua dengan membawa bungbung bambu. "Bagaimana keadaannya, Kakang Reksa?" tanya orang tua itu yang bernama Candraka. "Aku butuh bantuanmu Candraka. Bubuk obat yang aku gunakan untuk Arga hanya bisa menahan racun agar tidak menyebar dengan cepat." Ucap Bahureksa "Jadi nama anak ini Arga. Arga Sena?" Tanya Candraka dibalas dengan anggukan Bahureksa. Kemudian dia duduk dipinggir ranjang dan memeriksa nadinya. "Kau bisa membuat duduk Kakang dan membuka mulutnya. Aku perlu meminumkan air nira ajaib ini."ucap Candraka. Bahureksa membantu Arga Sena duduk dan membuka mulutnya. Air nira ajaib masuk kedalam tubuhnya secara perlahan. Setelah dirasa cukup kemudian Arga dibaringkan kembali. "Racun nya tidak terlalu berbahaya bagi orang yang mempunyai tenaga dalam tapi akan sangat berbahaya bagi orang biasa. Kita biarkan dia beristirahat, perkiraanku racunnya akan hilang besok pagi.Kemudian kedua orang tua itu duduk di mulut goa.
"Sebetulnya apa yang telah terjadi kang hingga kau dan Arga dalam kejaran orang orang itu?"tanya Candraka.
"Kau mungkin sudah terlalu lama berada diluar hingga kabar dari keluarga Sena tidak sampai kepadamu. Empat tahun yang lalu tepat dengan Arga Sena lahir terdapat fenomena alam disekitar tempat tinggal keluarga Sena. Dan senjata pusaka yang sudah kita jaga sampai beberapa generasi pun ikut bereaksi.
Kala itu diatap rumah Braja Sena dan Nilam yang sedang dalam proses melahirkan Arga Sena berkumpul awan putih bergulung gulung seperti cincin raksasa dipenuhi dengan kilat. Dan sesekali bayangan naga hitam ikut mengitari awan itu. Tepat pada saat Arga Sena lahir dan menangis pertama kalinya awan dan naga hitam itu seperti tersedot kedalam lewat atap rumah." Jelas Bahureksa.
Candraka mengdengarkan dengan sungguh sungguh.
"Para sesepuh keluarga Sena pun berpendapat bahwa peawaris Tombak Naga Hitam sudah lahir. Akhirnya mereka bersepakat akan merahasiakan kejadian ini dari dunia luar. Namun setahun setelah kelahiran Arga Sena kejadian yang mengancam keselamatan keluarga Braja Sena mulai tampak.
Dan puncaknya di malam tadi Chandraka. Keluarga Braja Sena diserang oleh orang orang bertopeng dari segala penjuru dan berusaha merebut Tombak Naga Hitam dan Arga Sena." Lanjut Bahureksa.
"Aku pun tadi malam bermimpi kakang. Bahkan sampai tiga kali aku bermimpin dengan kejadian yang sama. Kau membawa anak kecil itu dengan luka luka seperti yang kau alami dan Arga Sena. Dan yang paling aneh ada naga hitam yang terbang tepat diatas kepalamu mengarah ke goa ini. Dari mimpi aku mendapat pandangan bahwa kau sedang mendapatkan bahaya." Ucap Candraka.
"Braja Sena dan Nilam memaksaku untuk menyelamatkan Tombak Naga Hitam dan Arga Sena dari incaran orang orang itu. Entah bagaimana caranya mereka tahu persis dimana tempat rahasia tombak itu berada padahal hanya beberapa orang mengetahuinya." Ucap Bahureksa.
"Apa kau mengira ada orang dari keluaga Sena yang berkhianat kakang?"Tanya Candraka.
"Aku pun beranggapan seperti itu. Namun sampai saat ini aku belum menemukan titik terang dan pasti kita jangan sampai gegabah. Aku takut malah kita nanti yang akan dijadikan kambing hitam atas kejadian ini Candraka."Ucap Bahureksa.
"Besok pagi aku akan kembali kediaman Braja Sena anakku. Aku ingin menemukan rangkain semua kejadian ini. Bagaimanapun aku mengkhawatirkan anak dan menantuku. Aku titip Arga Sena padamu Candraka." Ucap Bahureksa.
"Jangan khawatir kakang aku akan menjaga Arga Sena dengan baik."Jawab Candraka.
Keesokan paginya sebelum matahari terbit Bahureksa meninggalkan goa itu. Tujuannya yang pertama adalah kediaman anaknya Braja Sena ayah dari Arga Sena. Bahureksa dengan ilmu meringankan tubuh yang sudah sempurna melesat dengan kecepatan yang tidak dapat diikuti oleh mata manusia biasa
Setelah Arga menyelesaikan latihannya selama enam bulan di Gunung Suci dia kembali kediaman Wicaksana dan kedua kakeknya dengan ilmu Angin Es. Dengan tenaga dalam dan kekuatan yang dia miliki sekarang tentunya sangat berbeda dengan ilmu Angin Es sebelumnya.Ilmu Angin Es sekarang terasa lebih sempurna bahkan aura dingin yang keluar setiap menggunakan ilmu ini bisa ditekan sedemikian rupa sehingga orang lain tidak dapat merasakan kehadiran Arga.Hal itu tentu saja membuat Wicaksana,Bahureksa dan Candraka merasa lebih yakin pada kemampuan cucunya itu.Namun walaupun mereka yakin dengan kemampuan Arga tetap saja ketiga orang tua sakti itu tetap berat hati melepas Arga Sena untuk mengembara dan menyelediki pembantaian keluarga Sena. Pagi itu setelah Arga meninggalkan kediaman Wicakasana. Dengan saran dari Bahureksa agar Arga kembali kekediaman keluarga Sena untuk melihat keadaan rumahnya sekarang.Walaupun sudah belasan tahun terjadi namun samar samar Arga masih mengingat kejadian waktu i
Arga berjalan perlahan kearah orang itu. Orang itu pun berdiri dan melihat ke arah Arga dengan tangan kanan membawa senjata berupa tombak sepanjang lengan orang dewasa."Selamat datang di alam awan merah Arga."Ucap orang itu penuh hormat."Suatu kehormatan aku dapat berada disini Tuan." Balas Arga."Tentunya Huraga sudah menceritakan mengenai keadaan alam ini bukan?"Ucap Orang itu."Ya tentu saja. Menceritakan keadaan alam ini dalam penerbangan yang cukup menyenangkan." Ucap Arga dengan tersenyum."Dan siapakah tuan ini?" Tanya Arga."Aku? Aku adalah esensi kekuatan Haruga. Naga Hitam yang tadi bersamamu adalah bentuk fisik sedangkan aku adalah esensi atau inti sari dari kekutan naga hitam. Kami saling ketergantungan dan hanya bisa disatukan oleh pewaris senjata ini." Ucap orang itu sambil menjunjukan tombak di tangan kanannya."Alam awan merah ini mengurung kami berdua agar tidak sembarang orang menggunakan kekuatan kami. Perlu kamu ketahui gumpalan awan ini bukanlah kumpulan awan bi
Wicaksana dan Arga memasuki goa itu dengan langkah perlahan. Aura kekuatan yang cukup besar sangat terasa mengintimasi seolah olah sedang mengenali orang asing yang memasuki goa itu.Dinding goa yang awalnya gelap mulai terlihat serabut sinar kekuningan mengikuti kedua orang itu.Setelah berjalan cukup lama tibalah mereka di tengah goa yang cukup luas. Sinar kekuningan seolah merayap pada setiap celah dinding goa. Dihadapan mereka ada dua pintu yang berbetuk setengah lingkaran namun cukup untuk dimasuki dua orang sekaligus.Satu pintu di kiri mengeluarkan cahaya biru kehitaman sedangkan pintu di kanan mengeluarkan cahaya merah kehitaman."Aku hanya sampai disini Arga, selanjutnya jalan takdirmu yang akan membimbingmu. Aku akan kembali ketempat kakekmu Bahureksa dan Candraka." Ucap Wicaksana kemudian masuk kedalam lingkaran cahaya yang dingin karena reaksi Ilmu Angin Es.Arga Sena berdiri diantara dua lubang pintu itu. Berpikir pintu mana yang akan dia masuki terlebih dahulu. Dia menari
Arga Sena terbangun di tempat yang tidak dia kenali. Perlahan anak kecil itu turun dari ranjang bambu yang sederhana beralaskan jerami kering dan lembut agar nyaman digunakan untuk tidur. Terdengar samar suara orang yang sedang bercakap cakap di halaman rumah kayu itu. Kemudian anak kecil mendekati suara itu yang tidak lain adalah Bahureksa, Candraka dan guru mereka berdua Wicaksana. Setelah itu Arga Sena yang masih berumur 4 tahun itu duduk dipangkuan Bahureksa dan tertidur kembali. Bahureksa dengan kasih sayang penuh mengusap kepala Arga Sena."Suratan takdir akan mengubah jalan hidupmu cucuku."Batin Bahureksa.Begitulah. Hari demi hari, minggu berganti bulan hingga berganti tahun. 12 tahun sudah Arga berlatih dibawah bimbingan tiga orang sakti. Genap usianya yang 16 tahun Arga Sena setelah cukup mempunyai tenaga dalam yang cukup tinggi dia mulai mempelajari Kitab Tombak Naga Hitam. Dari umur 10 tahun Arga sudah mempelajari jurus jurus yang mengkhususkan untuk tombak. Kadang karena
Setelah Bahureksa menghabisi Gopar dan anak buahnya. Bahureksa kembali ke goa dimana Candraka dan Arga Sena berada. Setelah bertemu dengan Candraka kemudian Bahureksa menceritakan kabar yang dia dapat sepanjang perjalanan ketempat itu."Candraka, kita tidak mungkin akan terus menerus bersembunyi ditempat ini. Lambat laun orang orang yang ingin mendapatkan Tombak Naga Hitam dan Arga Sena akan menemukan tempat ini."Ucap Bahureksa."Aku setuju denganmu Kakang. Apalagi tokoh tokoh sakti mulai bermunculan. Arga Sena masih terlalu kecil untuk mengetahui dan memahami kejadian ini."Balas Candraka.Selesai mereka berbicara tiba tiba udara dalam goa itu berubah drastis. Hawa dingin menyelimuti goa itu. Bahureksa dan Candraka dengan sigap mengeluarkan tenaga dalamnya untuk menahan hawa dingin itu dan berjaga jaga apabila terjadi sesuatu yang membahayakan mereka dan Arga Sena yang saat itu sedang terbaring tidur. Namun anehnya hawa dingin itu tidak berpengaruh kepada Arga Sena. Malah anak itu masi
Seharian penuh Bahureksa memeriksa hutan sebelah timur namun tidak menemukan anak dan menantunya. Banyak titik bekas pertarungan yang meninggalkan kerusakan parah. Bahureksa dapat mengukur bahwa sebelumnya terjadi pertarungan hebat. Menjelang senja Bahureksa belum juga meninggalkan hutan itu. Dia memutuskan untuk meneruskan pencarian nya esok hari. Dipohon paling tinggi dihutan itu Bahureksa duduk bersila disalah satu dahan. Panca indera yang tajam ikut merasakan keadaan sekitarnya. ---Beberapa waktu sebelumnya. Tombak Naga Hitam memang dikenal dengan senjata pusaka yang sudah menjadi incaran para pendekar. Sudah beberapa generasi senjata pusaka ini dijaga oleh salah satu keluarga yang rata rata mempunyai ilmu kanurangan tinggi. Tombak Naga Hitam dibuat sekitar 300 tahun yang lalu oleh mpu yang sangat sakti hingga dia harus melakukan perjanjian dengan salah satu makhluk legendaris yaitu Naga Hitam untuk menyempurnakan senjata ini. Pada awal tujuannya senjata ini dibuat un







