LOGINSetibanya diwilayah keluarga Sena. Bahureksa menekan tenaga dalamnya agar kehadirannya tidak dapat dirasakan oleh orang lain. Dari kejauhan tampak asap masih membumbung tinggi menambah hatinya semakin was was. Bahureksa menambah kecepatan nya untuk sampai ke kediaman Braja Sena.
Setibanya disana Bahureksa kemudian mengamati keadaan. Rumah anaknya sudah hancur lebur bahkan rata dengan tanah. Sedangkan bangunan lainnya masih tampak mengeluarkan asap. Hati Bahureksa semakin geram melihat banyak mayat mayat yang bergelimpangan disana yang dia kenali sebagai pelayan dirumah keluarga Sena. "Perbuatan keji siapa ini?"Batin Bahureksa sambil mengepalkan tangannya. Pendengaran yang tajam samar samar mendengar suara erangan dari bangunan yang runtuh. Bahureksa pun berjalan mengarah kesana dengan hati hati. Semakin dekat semakin jelas suara itu. "Tolong..tolong."Suara orang itu terdengar lemah karena tersiksa kakinya tertimpa tiang pancang rumah yang tidak terbakar. "Karwo bertahanlah." Setelah Bahureksa mengenali orang itu sebagai salah satu orang pelayannya yang bekerja pada keluarga Sena. Bahureksa berusaha mengangkat tiang pancang itu dan membawa Karwo kearah pepohonan yang cukup rindang. "Tuan..tuan Bahureksa. Syukurlah. Maafkan kami tuan. Kami tidak dapat melindungi Tuan Braja Sena." ucap Karwo berbicara tersendat. "Sekarang kemana tuanmu?" tanya Bahureksa tetap berusaha untuk menyalurkan hawa murninya kepada Karwo. "Tuan Braja dan Nyonya Nilam bertarung dengan orang orang bertopeng hingga hutan sebelah timur tuan. ' jawab Karwo. Barureksa kemudian terdiam dan fokus kepada pengobatan Karwo. Karena luka nya terlalu parah dan memang Karwo bukan dari kalangan pendekar akhirnya dia menghembuskan napas terakhirnya. Bahureksa menarik napas panjang. Namun tiba tiba dari kejauhan berkelebat sekitar dua puluh orang menuju arahnya. Bahureksa masih berada disamping jasad ketika dua puluh dengan mengenakan topeng mengepungnya. "Menyerahlah Barureksa dan serahkan Tombak Naga Hitam itu kepada kami atau kalau tidak kau akan bernasib sama dengan orang yang berada di sampingmu..hahaha."ucap salah satu orang bertopeng itu. Bahureksa mengeram menahan amarah. "Jangan harap." ucap Bahureksa kemudian mencabut pedangnya dan menyerang kedua puluh orang itu dengan seluruh kemampuannya. "Orang tua tidak tahu diuntung." balas orang itu. "Serang, Jangan beri ampun." Awalnya mereka sangat percaya diri menghadapi Bahureksa, namun keadaan berubah ketika Bahureksa dengan jurus jurus yang disertai tenaga dalam tinggi dan kecepatan luar biasa dapat menghadapi mereka. Bahkan dalam sekali serangan Bahureksa berhasil menewaskan lima orang lawannya. "Tak kusangka orang tua itu masih seperti dulu. Jurus jurus pedangnya begitu mematikan."batin orang bertopeng. yang memimpin kesembilan belas anak buahnya. Bahureksa kembali memainkan jurus pedangnya. setiap gerakan pedang mengincar titik titik vital. Rambut yang sudah memutih berkibar mengikuti gerakan pedangnya. Disatu kesempatan Bahureksa menggunakan jurus Pedang Mengeser Bumi mengincar urat besar kaki lawan. Bugh! Bugh!Bugh! Tiga lawan berjatuhan sekaligus urat besar kedua kaki nya putus hingga tidak dapat lagi menopang tubuhnya. Satu persatu lawan berjatuhan dengan urat tubuhnya yang terputus. "Aku tidak bisa tinggal diam." batin pemimpin orang bertopeng itu. Kemudian dia melesat menyerang Bahureksa. Bahureksa yang merasakan angin serangan dari samping sedikit berkelit menghindari serangan itu. Lawannya geram ketika serangan dapat dihindari.Disaat yang sama Behureksa menyerang balik dengan membabatkan pedangnya kearah perut lawan. Tang! Percikan api terjadi ketika dua pedang itu beradu. Namun lawan sangat terkejut ketika pedang Bahureksa berhasil mendorongnya hingga lima langkah. "Tenaga dalam orang tua ini cukup tinggi." batin orang bertopeng itu. "Jangan bengong, lihat pedang." Ucap Bahureksa. Kemudian dia mengayunkan pedangnya. Anehnya pedang Bahureksa sekarang seperti mempunyai banyak bilah. Ada empat bilah pedang menyerang lawannya. Membuat orang bertopeng itu cukup kaget. Dia harus segera memutuskan akan menangkis bilah pedang yang mana karena semua tampak sama. Ketika dia menangkis bilah pedang yang menyerang dari samping kanannya ternyata itu hanya tipuan. Bret! Bret! Sisi kiri tubuhnya terkena Sambaran ujung pedang Bahureksa. "Kali ini aku masih berbelas kasihan, hanya bajumu yang terkoyak. Cepat katakan siapa yang memerintahkan kalian untuk menyerang dan membunuh keluarga anakku Braja Sena?" tanya Bahureksa dengan nada tegas dan tatapan mata yang tajam. "Cuih..kau pikir jurus pedang mainanmu bisa menggertak kami pak tua.. hahaha. Kami diperintahkan tidak hanya membunuh keluargamu saja tapi semua keluarga Sena." Ucap orang tua itu. "Baiklah kalau begitu. Tidak gunanya untuk berbasa basi." Ucap Bahureksa. Sesaat setelah Itu. Tubuh Bahureksa mengeluarkan asap tipis putih. Pedangnya bergetar, kemudian Bahureksa memegang pedang dengan ujung pedang mengarah ketanah. Melepaskan nya dan pedang itu seperti masuk kedalam tanah. Tanah disekitar Bahureksan mulai bergetar. Lawannya yang masih tersisa terlihat pucat dan mulai mundur beberapa langkah termasuk pemimpin orang bertopeng itu.. "Jurus Seribu Pedang." Ucap Bahureksa lirih. Tiba tiba pedang yang serupa dengan pedang Bahureksa bermunculan dari tanah dan melayang diudara. "Mundur". Teriak salah satu orang bertopeng itu. Namun terlambat Bahureksa hanya menggerakkan tangannya untuk mengatur pedang yang melayang itu. Belasan bahkan puluhan pedang mengincar masing lawannya. Dengan panik lawannya mencoba menangkis pedang pedang itu. Betapapun mereka berusaha namun tetap saja pedang Bahureksa bersarang ditubuh mereka. Tinggal pemimpin yang terakhir berdiri dikepung oleh pedang Bahureksa. "Inikah jurus yang melegenda dari Bahureksa Sena." batin orang itu. "Ini yang terkahir, katakan siapa yang memerintahkan kalian membunuh keluarga anakku.?" Ucap Bahureksa berjalan kearah orang itu dengan perlahan seakan memainkan emosi dari lawan. Lima langkah Bahureksa berhenti didepan orang itu. "Asal kau tau walaupun aku mati. aku tidak akan mengatakan siapa yang menyuruh kami. Kami sudah bersumpah."ucap orang itu dengan tegas. Tanpa berkata kata lagi Bahureksa menjentikan jari dan seluruh pedang itu menyerang pemimpin orang bertopeng itu. Akhh!. Jentikan jari yang kedua membuat pedang pedang yang menancap ditubuh lawannya yang sudah tidak bernyawa menguap ke udara yang tersisa hanya satu pedang Bahureksa yang masih menancap. Bahureksa mengangkat tangan kanannya dan pedang nya melesat kegenggaman tangan kanannya. Bahureksa selanjutnya melesat ke arah hutan timur seperti yang dikatakan Karwo.Setelah Arga menyelesaikan latihannya selama enam bulan di Gunung Suci dia kembali kediaman Wicaksana dan kedua kakeknya dengan ilmu Angin Es. Dengan tenaga dalam dan kekuatan yang dia miliki sekarang tentunya sangat berbeda dengan ilmu Angin Es sebelumnya.Ilmu Angin Es sekarang terasa lebih sempurna bahkan aura dingin yang keluar setiap menggunakan ilmu ini bisa ditekan sedemikian rupa sehingga orang lain tidak dapat merasakan kehadiran Arga.Hal itu tentu saja membuat Wicaksana,Bahureksa dan Candraka merasa lebih yakin pada kemampuan cucunya itu.Namun walaupun mereka yakin dengan kemampuan Arga tetap saja ketiga orang tua sakti itu tetap berat hati melepas Arga Sena untuk mengembara dan menyelediki pembantaian keluarga Sena. Pagi itu setelah Arga meninggalkan kediaman Wicakasana. Dengan saran dari Bahureksa agar Arga kembali kekediaman keluarga Sena untuk melihat keadaan rumahnya sekarang.Walaupun sudah belasan tahun terjadi namun samar samar Arga masih mengingat kejadian waktu i
Arga berjalan perlahan kearah orang itu. Orang itu pun berdiri dan melihat ke arah Arga dengan tangan kanan membawa senjata berupa tombak sepanjang lengan orang dewasa."Selamat datang di alam awan merah Arga."Ucap orang itu penuh hormat."Suatu kehormatan aku dapat berada disini Tuan." Balas Arga."Tentunya Huraga sudah menceritakan mengenai keadaan alam ini bukan?"Ucap Orang itu."Ya tentu saja. Menceritakan keadaan alam ini dalam penerbangan yang cukup menyenangkan." Ucap Arga dengan tersenyum."Dan siapakah tuan ini?" Tanya Arga."Aku? Aku adalah esensi kekuatan Haruga. Naga Hitam yang tadi bersamamu adalah bentuk fisik sedangkan aku adalah esensi atau inti sari dari kekutan naga hitam. Kami saling ketergantungan dan hanya bisa disatukan oleh pewaris senjata ini." Ucap orang itu sambil menjunjukan tombak di tangan kanannya."Alam awan merah ini mengurung kami berdua agar tidak sembarang orang menggunakan kekuatan kami. Perlu kamu ketahui gumpalan awan ini bukanlah kumpulan awan bi
Wicaksana dan Arga memasuki goa itu dengan langkah perlahan. Aura kekuatan yang cukup besar sangat terasa mengintimasi seolah olah sedang mengenali orang asing yang memasuki goa itu.Dinding goa yang awalnya gelap mulai terlihat serabut sinar kekuningan mengikuti kedua orang itu.Setelah berjalan cukup lama tibalah mereka di tengah goa yang cukup luas. Sinar kekuningan seolah merayap pada setiap celah dinding goa. Dihadapan mereka ada dua pintu yang berbetuk setengah lingkaran namun cukup untuk dimasuki dua orang sekaligus.Satu pintu di kiri mengeluarkan cahaya biru kehitaman sedangkan pintu di kanan mengeluarkan cahaya merah kehitaman."Aku hanya sampai disini Arga, selanjutnya jalan takdirmu yang akan membimbingmu. Aku akan kembali ketempat kakekmu Bahureksa dan Candraka." Ucap Wicaksana kemudian masuk kedalam lingkaran cahaya yang dingin karena reaksi Ilmu Angin Es.Arga Sena berdiri diantara dua lubang pintu itu. Berpikir pintu mana yang akan dia masuki terlebih dahulu. Dia menari
Arga Sena terbangun di tempat yang tidak dia kenali. Perlahan anak kecil itu turun dari ranjang bambu yang sederhana beralaskan jerami kering dan lembut agar nyaman digunakan untuk tidur. Terdengar samar suara orang yang sedang bercakap cakap di halaman rumah kayu itu. Kemudian anak kecil mendekati suara itu yang tidak lain adalah Bahureksa, Candraka dan guru mereka berdua Wicaksana. Setelah itu Arga Sena yang masih berumur 4 tahun itu duduk dipangkuan Bahureksa dan tertidur kembali. Bahureksa dengan kasih sayang penuh mengusap kepala Arga Sena."Suratan takdir akan mengubah jalan hidupmu cucuku."Batin Bahureksa.Begitulah. Hari demi hari, minggu berganti bulan hingga berganti tahun. 12 tahun sudah Arga berlatih dibawah bimbingan tiga orang sakti. Genap usianya yang 16 tahun Arga Sena setelah cukup mempunyai tenaga dalam yang cukup tinggi dia mulai mempelajari Kitab Tombak Naga Hitam. Dari umur 10 tahun Arga sudah mempelajari jurus jurus yang mengkhususkan untuk tombak. Kadang karena
Setelah Bahureksa menghabisi Gopar dan anak buahnya. Bahureksa kembali ke goa dimana Candraka dan Arga Sena berada. Setelah bertemu dengan Candraka kemudian Bahureksa menceritakan kabar yang dia dapat sepanjang perjalanan ketempat itu."Candraka, kita tidak mungkin akan terus menerus bersembunyi ditempat ini. Lambat laun orang orang yang ingin mendapatkan Tombak Naga Hitam dan Arga Sena akan menemukan tempat ini."Ucap Bahureksa."Aku setuju denganmu Kakang. Apalagi tokoh tokoh sakti mulai bermunculan. Arga Sena masih terlalu kecil untuk mengetahui dan memahami kejadian ini."Balas Candraka.Selesai mereka berbicara tiba tiba udara dalam goa itu berubah drastis. Hawa dingin menyelimuti goa itu. Bahureksa dan Candraka dengan sigap mengeluarkan tenaga dalamnya untuk menahan hawa dingin itu dan berjaga jaga apabila terjadi sesuatu yang membahayakan mereka dan Arga Sena yang saat itu sedang terbaring tidur. Namun anehnya hawa dingin itu tidak berpengaruh kepada Arga Sena. Malah anak itu masi
Seharian penuh Bahureksa memeriksa hutan sebelah timur namun tidak menemukan anak dan menantunya. Banyak titik bekas pertarungan yang meninggalkan kerusakan parah. Bahureksa dapat mengukur bahwa sebelumnya terjadi pertarungan hebat. Menjelang senja Bahureksa belum juga meninggalkan hutan itu. Dia memutuskan untuk meneruskan pencarian nya esok hari. Dipohon paling tinggi dihutan itu Bahureksa duduk bersila disalah satu dahan. Panca indera yang tajam ikut merasakan keadaan sekitarnya. ---Beberapa waktu sebelumnya. Tombak Naga Hitam memang dikenal dengan senjata pusaka yang sudah menjadi incaran para pendekar. Sudah beberapa generasi senjata pusaka ini dijaga oleh salah satu keluarga yang rata rata mempunyai ilmu kanurangan tinggi. Tombak Naga Hitam dibuat sekitar 300 tahun yang lalu oleh mpu yang sangat sakti hingga dia harus melakukan perjanjian dengan salah satu makhluk legendaris yaitu Naga Hitam untuk menyempurnakan senjata ini. Pada awal tujuannya senjata ini dibuat un







