LOGINSetelah Arga menerima Tombak Naga Hitam yang tersegel setelah ratusan tahun. Sebagai salah satu pendekar golongan putih yang bertugas membela kebenaran dan keadilan maka petualangannnya membawa kepada berbagai mara bahaya.Dan dalam perjalanannya dia berusaha mengungkap misteri kematian ayah dan ibunya.
View MoreSatu bayangan melesat diantara pepohonan yang menjulang tinggi. Rambutnya yang sudah memutih pertanda bahwa dia telah lama mengarungi kehidupan. Dipunggungnya terikat satu kotak sepanjang dua hasta. Sedangkan kedua tangannya dia membawa anak kecil sekitar empat tahun yang sedang terluka karena senjata tajam.
Dibelakang orang tua itu sekitar sepuluh tombak tiga orang bertopeng berusaha mengejar. Ketiga orang itu melemparkan senjata rahasia mereka berupa pisau pisau kecil. Pisau pisau itu berseliweran mengarah titik vital dari orang yang dikerjarnya. Dengan pengalamannya dalam dunia persilatan orang tua itu dengan mudah menghindari setiap serangan. "Aku tidak punya banyak waktu, Arga harus cepat ditangani. Racun dari pisau itu akan segera menjalar menuju jantungnya. Bertahanlah cucuku." Batin orang tua itu yang bernama Bahureksa kakek dari anak yang digendongnya. Belum lepas dari dari kejaran ketiga orang bertopeng itu, dari arah depan muncul tiga orang lagi bertopeng dengan membawa pedang ditangan masing masing. Terpaksa Bahureksa mengubah arahnya berbelok kekanan untuk menghindari kejaran dari keenam orang tadi. Dua puluh tombak didepan Bahureksa, duduk didahan pohon yang rindang. Seorang tua dengan membawa bungbung bambu beisikan air nira. "Enam orang, tidak akan lama."Gumam orang itu kemudian melesat kearah Bahureksa. Begitu berpapasan dengan Bahureksa orang itu memberi tanda agar Bahureksa melanjutkan pelariannya sedang dia akan mencoba menahan keenam orang bertopeng itu. "Aku tunggu kau di goa, saudaraku." Bahureksa mengirimkan suara jarak jauh kepada orang itu. "Cukup sampai disini pengejaran kalian, pergi dari sini atau kalian akan kehilangan nyawa. Aku masih berbaik hati membiarkan kalian pergi." Kata orang itu dengan sorot mata yang tajam. "Hahaha. kau mimpi orang tua. Bukan kami yang akan pergi tapi kau akan pergi dengan membawa nyawamu ke neraka. Serang dia!." Ucap salah satu orang bertopeng itu yang merupakan pimpinan dari keenam orang itu. Lima orang langsung menyerang orang tua itu. Tiga orang dengan menggunakan pisau pisau kecil yang dilemparkan dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata manusia biasa. Dua orang lainnya menyerang dengan pedang mengincar kaki dan leher orang tua itu. Orang tua itu mundur dua langkah dan memutar bungbung bambunya dengan bawah bungbung mengarah kepada lawan. Suit!Suit!Suit! Dari bawah bungbung melesat bambu kecil runcing seperti tusuk sate menahan pisau kecil yang dilemparkan oleh lawan. Ting! Ting! Ting! Tiga pisau itu seperti membentur besi dan jatuh ketanah. Namun bambu berbetuk tusuk sate itu terus meluncur mengincar titik vital lawan. Akh! Ketiganya langsung roboh ketika tusuk sate itu menembus dada mereka tepat dijantungnya. Dua orang yang menggunakan pedang terus melancarkan serangan. Orang tua itu berkelit kesamping sambil melepaskan tusuk sate nya dari arah bawah bungbung bambunya. Jleb!Jleb! Dua tusuk sate tepat menusuk kedua leher lawannya. Kemudian mereka ambruk tak berkutik. Orang tua itu kemudian mengalihkan pandanganya ke sisa lawannya yang masih tidak percaya bahwa lima orang rekannya dapat dikalahkan hanya dengan satu serangan. "Siapa..siapa kau sebenarnya orang tua?" tanya satu orang yang tersisa dengan suara bergetar. "Kalaupun aku memberitahukanmu sudah terlambat, karena kau tidak akan kemana. Mati ditempat ini."Ucap orang tua itu kemudian dia maju satu langkah kearah lawan. Lawannya tampak mundur satu langkah. Nyalinya ciut seketika. Wajahnya dibalik topeng tampak putih pucat karena ketakutan yang amat sangat. Didalam ketakutan itu dia berbuat nekad dengan melemparkan beberapa pisau kecilnya ke arah orang tua itu. "Serangan murahan." ucap orang tua itu mengibaskan tangan kirinya yang memegang bungbung bambu. Seketika pisau kecil tertahan diudara karena tenaga yang dikeluarkan dari bungbung bambu. Pada saat pisau pisau itu tertahan, orang yang bertopeng itu melompat ke samping dan melemparkan pisaunya kembali mengincar leher dan kepala orang tua itu. Dengan gerakan sangat cepat kedua pisau itu dijepit diantara jari jari orang tua itu. "Aku kembalikan." Kata orang tua itu dan melemparkan kembali dua pisau yang dia jepit oleh jarinya kepada lawan. Pisau itu meluncur tak terlihat kearah dada dan leher. Jleb! Jleb! Pisau itu langsung menancap di titik vital lawan. Dia ambruk dan tak berkutik lagi. Kemudian orang tua itu meninggalkan area pertarungan.Melesat kearah goa yang dikatakan Bahureksa.Setelah Arga menyelesaikan latihannya selama enam bulan di Gunung Suci dia kembali kediaman Wicaksana dan kedua kakeknya dengan ilmu Angin Es. Dengan tenaga dalam dan kekuatan yang dia miliki sekarang tentunya sangat berbeda dengan ilmu Angin Es sebelumnya.Ilmu Angin Es sekarang terasa lebih sempurna bahkan aura dingin yang keluar setiap menggunakan ilmu ini bisa ditekan sedemikian rupa sehingga orang lain tidak dapat merasakan kehadiran Arga.Hal itu tentu saja membuat Wicaksana,Bahureksa dan Candraka merasa lebih yakin pada kemampuan cucunya itu.Namun walaupun mereka yakin dengan kemampuan Arga tetap saja ketiga orang tua sakti itu tetap berat hati melepas Arga Sena untuk mengembara dan menyelediki pembantaian keluarga Sena. Pagi itu setelah Arga meninggalkan kediaman Wicakasana. Dengan saran dari Bahureksa agar Arga kembali kekediaman keluarga Sena untuk melihat keadaan rumahnya sekarang.Walaupun sudah belasan tahun terjadi namun samar samar Arga masih mengingat kejadian waktu i
Arga berjalan perlahan kearah orang itu. Orang itu pun berdiri dan melihat ke arah Arga dengan tangan kanan membawa senjata berupa tombak sepanjang lengan orang dewasa."Selamat datang di alam awan merah Arga."Ucap orang itu penuh hormat."Suatu kehormatan aku dapat berada disini Tuan." Balas Arga."Tentunya Huraga sudah menceritakan mengenai keadaan alam ini bukan?"Ucap Orang itu."Ya tentu saja. Menceritakan keadaan alam ini dalam penerbangan yang cukup menyenangkan." Ucap Arga dengan tersenyum."Dan siapakah tuan ini?" Tanya Arga."Aku? Aku adalah esensi kekuatan Haruga. Naga Hitam yang tadi bersamamu adalah bentuk fisik sedangkan aku adalah esensi atau inti sari dari kekutan naga hitam. Kami saling ketergantungan dan hanya bisa disatukan oleh pewaris senjata ini." Ucap orang itu sambil menjunjukan tombak di tangan kanannya."Alam awan merah ini mengurung kami berdua agar tidak sembarang orang menggunakan kekuatan kami. Perlu kamu ketahui gumpalan awan ini bukanlah kumpulan awan bi
Wicaksana dan Arga memasuki goa itu dengan langkah perlahan. Aura kekuatan yang cukup besar sangat terasa mengintimasi seolah olah sedang mengenali orang asing yang memasuki goa itu.Dinding goa yang awalnya gelap mulai terlihat serabut sinar kekuningan mengikuti kedua orang itu.Setelah berjalan cukup lama tibalah mereka di tengah goa yang cukup luas. Sinar kekuningan seolah merayap pada setiap celah dinding goa. Dihadapan mereka ada dua pintu yang berbetuk setengah lingkaran namun cukup untuk dimasuki dua orang sekaligus.Satu pintu di kiri mengeluarkan cahaya biru kehitaman sedangkan pintu di kanan mengeluarkan cahaya merah kehitaman."Aku hanya sampai disini Arga, selanjutnya jalan takdirmu yang akan membimbingmu. Aku akan kembali ketempat kakekmu Bahureksa dan Candraka." Ucap Wicaksana kemudian masuk kedalam lingkaran cahaya yang dingin karena reaksi Ilmu Angin Es.Arga Sena berdiri diantara dua lubang pintu itu. Berpikir pintu mana yang akan dia masuki terlebih dahulu. Dia menari
Arga Sena terbangun di tempat yang tidak dia kenali. Perlahan anak kecil itu turun dari ranjang bambu yang sederhana beralaskan jerami kering dan lembut agar nyaman digunakan untuk tidur. Terdengar samar suara orang yang sedang bercakap cakap di halaman rumah kayu itu. Kemudian anak kecil mendekati suara itu yang tidak lain adalah Bahureksa, Candraka dan guru mereka berdua Wicaksana. Setelah itu Arga Sena yang masih berumur 4 tahun itu duduk dipangkuan Bahureksa dan tertidur kembali. Bahureksa dengan kasih sayang penuh mengusap kepala Arga Sena."Suratan takdir akan mengubah jalan hidupmu cucuku."Batin Bahureksa.Begitulah. Hari demi hari, minggu berganti bulan hingga berganti tahun. 12 tahun sudah Arga berlatih dibawah bimbingan tiga orang sakti. Genap usianya yang 16 tahun Arga Sena setelah cukup mempunyai tenaga dalam yang cukup tinggi dia mulai mempelajari Kitab Tombak Naga Hitam. Dari umur 10 tahun Arga sudah mempelajari jurus jurus yang mengkhususkan untuk tombak. Kadang karena






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.