“Perkenalkan dirimu kepada teman-temanku!”Fisik pria yang ramah dengan Alexa tidak kalah dengan fisik Barnett. Pria di sampingnya tersenyum lebar saat Alexa meminta untuk memperkenalkan diri.“Ehem, baik. Nama saya adalah Frank Halton.”“Frank Halton? Pemilik perusahaan start up pengobatan mata, kan kalau tidak salah Eyedow?” celetuk salah satu teman kantornya.Frank Halton tersenyum lebar lalu menundukkan kepalanya. Alexa terkejut mendengar keberhasilan sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu dan hanya komunikasi melalui pesan dan panggilan telepon.“Jangan begitu. Saya hanya pria biasa dan tidak ada yang beda.”“Orang ganteng mah bebas mau ngomong apa.”“Iya. Bapak ada janji sama Pak Barnett?”“Betul. Saya ada janji dengannya.”“Tunggu sebentar, dia mungkin dalam perjalanan. Aku berangkat dulu tadi,” ucapnya perlahan lalu menepuk pundaknya sekilas.“Baiklah. Semangat kerjanya dan tetap tersenyum.” Frank menarik garisan panjang bibirnya menggunakan dua jari kepada Alexa.Alexa ters
“Kamu ngapain memecat karyawanku? Apa hakmu untuk memecatnya?”“Aku ada hak untuk memecatnya karena aku sudah menjadi istrimu. Jika ada yang buruk di sini maka aku berhak mengeluarkan dia agar tidak menjadi penyakit menular!” Alexa menjawab nada tinggi sambil memerhatikannya yang menggeleng bersama jari telunjuk.“Kamu hanya istriku bukan Nyonya CEO di kantor ini karena di luar kamu bukan siapa-siapaku. Tapi, kalau di rumah, kamu adalah istriku.”Alexa tersenyum getir saat mendengar ucapannya seperti itu. Dia hanya takut kehilangan harta dan status di perusahaannya sehingga berpura-pura hanya di rumah dan di hadapan orang tua.“Oke, kalau kamu begitu. Jadi, aku bebas di luar dan jangan pernah memprotesku untuk dekat dengan siapa pun. Sesuai dengan kesepakatan di awal dan semuanya terbuka satu sama lain. Jika tidak ada yang terbuka satu sama lain, maka lihat saja dampaknya.”Lagi dan lagi, Alexa memperingatkan perjanjian di awal yang selalu terbuka atas hal apa pun. Ia berdiri lalu mel
Alexa terdiam selama satu menit untuk memikirkan jawaban yang tepat. Ia tidak mungkin memberitahu situasi dan keadaan rumah tangganya kepada Frank karena dia adalah orang luar, meskipun sudah menjadi sahabat.“Dia sangat menyayangiku dan baik kepadaku,” jawab Alexa sambil tersenyum pahit lalu mengalihkan pandangan ke arah jalanan.Frank memperhatikannya sambil menghela napas panjang ketika Alexa memperhatikan jalanan yang macet dan panas. Mobil melajut dengan kecepatan standar dan tidak lama, ia tiba di depan sebuah café kekinian dan terdapat es krim.“Kamu mengajakku ke tempat ini?”“Iya. Menurutku tempat yang cocok untuk makan siang kali ini.”Alexa memasuki café dengan posisi duduk di meja paling ujung. Ia memesan es krim rasa cokelat, sup merah, minuman air mineral. Jemari sibuk di handphone meskipun sedang istirahat.“Bisa masukkan handphonemu dulu?”“Oke, aku masukkan.”Ia memasukkan handphone ke dalam tasnya lalu menghadap dan menatap Frank yang memperhatikannya.“Kamu tahu yan
Barnett menghampiri Alexa yang memerhatikannya dengan tatapan heran lalu melewatinya tanpa melirik dan mengucapkan satu kata pun kepadanya. Barnett hendak memasuki ruangannya, ia memberitahu bahwa tetap memberhentikan Yasmin bekerja di departemennya.“Aku tetap memecat Yasmin,” kata Alexa sambil menatap gagang pintu.Barnett tidak merespons ucapannya dan memilih untuk memasuki ruangannya. Alexa pun kembali bekerja dan terdapat penampakan teman Yasmin dan dua orang lainnya memerhatikannya dengan tatapan aneh dan benci.“Kenapa kalian begitu? Ada yang salah dari saya?” tanya Alexa sembari melirik Yasmin terisak.“Kenapa ibu tega sekali memecat Bu Yasmin?” tanya salah satu rekan kerjanya.“Saya memecatnya karena dia memiliki racun yang berbahaya dan bisa membuat lingkungan kantor yang bisa kapanpun panas. Saya sebagai seorang Manajer berhak untuk memecat anak buah saya ketika tidak bekerja sama,” jawab Alexa tegas.Semua terdiam setelah mendapat jawaban darinya. Alexa melanjutkan pekerja
Alexa terdiam saat Frank memahami sikapnya. Ia tidak bisa mengelak ketika dia telah mengatakan demikian. Hanya dia yang bisa memahami perasaannya saat ini.Beribu alasan untuk menutupi permasalahan rumah tangga, Frank tetap hapal kebiasaannya saat berbohong maupun tidak. Namun, Frank tidak meminta untuk menceritakan permasalahannya.Frank berhenti di taman kesukaan Alexa di kala cuaca sedang redup dan angin sepoi-sepoi pun berdatangan. Ia menoleh ke arah Frank yang melepas sabuk pengamannya dengan kelopak mata yang dipenuhi butiran bening.Frank menyeka air matanya. “Ayo turun. Bukankah ini taman kesukaanmu? Taman yang kamu gunakan untuk melampiaskan semua masalahmu?”Alexa masih menutup mulutnya dengan dada yang membekas sakitnya sembari menoleh ke taman sekaligus memperhatikan cuaca diluar. Melihat angin yang berembus kencang dengan dahan yang meliuk-liuk, dedaunan beterbangan yang bertanda tidak lama akan turun hujan.Tanpa memberikan aba-aba kepada Frank, ia keluar dari mobil deng
Pintu lemari ditutup dan berbalik badan dengan mengernyitkan dahi. Pertanyaan yang dilontarkan olehnya sangat aneh. Bagaimana bisa dia melontarkan demikian di saat kemungkinan besar dia juga melakukan perbuatan tersebut?“Apa maksudmu?”“Halah, jangan berpura-pura bodoh.”“Aku sungguh tidak tahu, apa yang kamu bicarakan kepadaku. Aku tidak melakukan hal begitu di belakangmu.”Barnett berdesis sambil sibuk dengan handphone. Ia meletakkan handphone dan hitungan detik, nada singkat milik Alexa berbunyi keras seakan, dia mengirim pesan beberapa detik yang lalu.“Cek pesanmu!”Alexa mengecek pesan masuk darinya lalu membulatkan bola mata sekilas saat sebuah rekaman aksi dirinya sedang dipeluk oleh Frank. Ia menghela napas panjang dan memasukkannya ke dalam tas. “Video yang kamu lihat tidaklah mengatakan hal yang kamu pikirkan. Aku bisa menjelaskannya.”“Tidak perlu. Sikapmu ternyata jauh lebih menjijikkan dari pada Deana yang kamu pikir berusaha merayuku.” Barnett membandingkan dirinya
“Berikan minumnya!” seru Ibu panik.Alexa memberikan gelas berisi air mineral kepada Barnett yang tersedak saat bertanya kepadanya. Apakah suaranya sangat besar sampai tersedak seperti itu? Atau bisa jadi, dia telah membuat janji dengan seseorang sehingga terkejut ketika ia mengajak liburan bersama orang tuanya.Barnett meletakkan gelas yang sudah habis air mineralnya. “A—”“Tidak apa, Nak Barnett, kalau sibuk, jangan dipaksakan. Kami tahu bahwa kalian memiliki jabatan penting sehingga pasti menguras banyak tenaga dan waktu,” sela Ibu yang mengerti dengan keadaan menantunya.Sebelum menolak, Ibu lebih baik mengatakan demikian agar tidak membuat Alexa kecewa dan sedih saat menolak ajakan liburan. Alexa menghela napas panjang lalu pergi meninggalkan mereka menuju kamar Ibu dan Ayah.Ia memasuki kamar Ayah sambil menyapa dan tersenyum lebar kepadanya. Alexa duduk di sampingnya lalu meraih tangan yang sudah keriput dengan mengusap lembut.“Halo, Ayah. Bagaimana kabar, Ayah?”“Ayah baik-ba
“Kenapa kamu tiba-tiba menunjukkan isi pesanmu kepadaku kalau kamu memang benar tidak selingkuh? Padahal aku tidak memintamu untuk melakukan itu.”“Karena untuk membuktikan bahwa aku tidak selingkuh dan tidak memintamu untuk percaya kepadaku.”“Oke. Lihat saja nanti, toh kita sudah sepakat untuk tidak bertanya kegiatan satu sama lain dan semua itu karenamu,” balas Alexa lalu merebahkan badan di atas ranjang dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut.Ia melirik Barnett masih berdiri di samping kasur sembari menatapnya dengan dua alis saling bertautan. Alexa tidak peduli dengan apa yang dia rasakan kepadanya karena dia tidak pernah memedulikan perasaannya.Acuh tak acuh terjadi di antara kami karena kesepakatan di ruang kerjanya. Alexa menyetujui hal itu untuk menjaga hati dan air mata agar tidak berlinang selalu.Beberapa jam berlalu, hari pun telah tiba. Alexa dan Barnett melakukan kesibukan di pagi hari untuk berangkat ke kantor. Nada dering panjang berbunyi keras milik Alexa, layar