Home / Pendekar / Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api / Chapter 6 : PEDANG AGNI NARAKASTRA Part 1

Share

Chapter 6 : PEDANG AGNI NARAKASTRA Part 1

Author: Embunayu
last update Last Updated: 2024-11-15 19:33:24

Karna memegang pedang yang berapi itu dan mengalirkan tenaga dalamnya. Sedetik kemudian, pedang api itu padam dan seruan kaget langsung terdengar di sekitarnya.

“Bagaimana bisa?!”

“Apa yang terjadi?! Pangeran sampah itu bisa mengangkatnya?!”

Hiruk pikuk yang heboh itu membuat Karna berjalan penuh percaya diri ke arah pohon yang harus ia tebas. Langkahnya stabil, dan pedang itu terasa ringan.

Setelah berada di jarak yang dirasa cukup, Karna menatap pohon raksasa itu dan melakukan kuda-kuda.

Kemudian, dalam satu kali ayunan yang disertai dengan teriakan, pedang Agni itu mengeluarkan tali api yang langsung menghanguskan pohon menjadi abu.

Kerumunan terdiam dan semua orang benar-benar tercengang.

Termasuk Raja Durwasa dan Pangeran Sisupala yang menatap dari kejauhan.

Tidak ada satupun yang dapat menyangka bahwa pedang telah memilih Karna, pangeran terbuang yang lahir tanpa sedikitpun tenaga dalam!!

Dari sekian ratus peserta yang unjuk kemampuan, ternyata hanya dirinyalah yang bisa menaklukan tantangan sayembara ini.

Pangeran lemah yang selama ini dianggap sebelah mata, telah menunjukkan siapa dirinya yang sesungguhnya.

“Curang! Itu pasti sihir!!” Pangeran Sisupala mulai memfitnah Karna.

“Bagaimana mungkin?! Ini sulit diterima, Tuanku Raja!” ucap Adipati Situmba.

Pangeran Sisupala merasa terhina karena dia sudah dikalahkan oleh kakaknya yang selalu ia anggap lemah.

“Ayahanda, kamu mengetahui dengan pasti bagaimana rekam jejak Pangeran Karna selama ini. Tidak mungkin dia berhasil dipilih oleh Pedang Api!” Pangeran Sisupala menunjukkan sikap tidak suka.

Sebelum Raja Durwasa sempat bereaksi, suara dari sampingnya membuat dia terdiam.

“Tuanku Raja, jangan terpengaruh. Saat ini, kredibilitas Tuanku Raja sedang dipertaruhkan. Di acara terbuka ini, semua orang menjadi saksi. Menurut peraturan, Pangeran Karna memang harus dinyatakan sebagai pemenang.” Perdana Menteri memberi saran.

Dengan berat hati, sang Raja mengiyakan.

“Baiklah. Karena Pedang Agni telah memilih, dan Pangeran Karna pun sudah bisa membuktikannya, maka pemenang sayembara ini adalah Pangeran Karna!! Dia adalah ksatria terkuat dan berhak mewarisi pedang Agni Narakastra!” ucap Perdana Menteri.

Namun, di tengah sorak-sorai yang Karna terima, sekelompok ksatria maju dan menghadangnya di tengah lapangan.

“Semua ksatria disini merasa terhina akan keputusan dari sayembara ini!” seorang kesatria menunjukkan keberatan.

“Menurut kami, sayembara ini memang ditujukan untuk mempermalukan semua pendekar dan Pangeran. Sayembara ini juga telah memakan korban yang terluka. Sekarang kekuatan kita telah dikalahkan oleh Keluarga Kerajaan yang tidak jelas seperti Dia..!”

Oleh karena itu, tanpa aba-aba sekelompok ksatria itu menyerang Pangeran Karna dengan menghunuskan senjata mereka. 

Pertarungan dan keributan pun sudah tidak terelakkan lagi. 

Namun, dengan sigap Karna menangkis setiap serangan mereka hingga membuat semua orang semakin terkejut.

Dalam satu gerakan, Pangeran Karna menancapkan pedang Agni ke tanah dan menyebabkan sebuah gelombang yang kuat menggulung bagaikan ombak. 

Para ksatria itu pun hanyut terhempas oleh dahsyatnya Pedang Agni Narakastra.

Bahkan retakan dari tancapan pedang semakin membesar hingga membelah kerumunan. Semua orang panik dan segera berlari ke sisi yang lain. 

Pangeran Karna kemudian terbang dan melayang di udara. Sebuah cahaya emas muncul dan membuat sebuah simpul yang mengelilingi Karna. 

Saat itu lah, tubuh emas Karna muncul dan disaksikan secara pertama kali oleh orang lain. 

Kejadian langka itu menandakan bahwa sekarang Karna bukan orang biasa.

“Kita patut waspada, dia bukan orang biasa!!” 

Guru Seta yang mempunyai indera keenam mengamati sekali lagi Karna yang membumbung di atas itu. Wujud leluhur yang menampakkan diri kepada Guru Seta pun semakin membuat terkejut.

‘Tuan Karysan Pawitra? Ternyata, dia lah yang selama ini menurunkan kehebatannya dan ilmu kepada Karna!’ ucap Guru Seta dengan lirih sampai tak ada orang yang mendengar. Pengetahuan akan penglihatannya hanya akan menjadi rahasianya seorang. 

Di dalam lamunannya Guru Seta memejamkan mata. Kemudian dengan jelas dirinya melihat Ki Pawitra menemuinya di alam bawah sadar. Di dalam alam bawah sadar Ki Pawitra berkomunikasi dan mengingatkan akan sumpah setianya. 

“Jangan lupa Seta, dia bukan orang lemah! Inilah saatnya seta, sumpahmu harus kau tepati! Guru Seta tersadar kembali dan kembali melihat Karna yang masih berada di atas dalam wujud tubuh emas.

Sebuah sumpah yang telah Guru Seta ikrarkan bahwa dirinya akan mengabdikan diri kepada Raja dan keturunan yang mewarisi pedang itu.  Saat ini adalah saat tepat untuk melakukannya. Apalagi Guru Seta menyesal karena selama ini dirinya telah memandang Pangeran Karna sebelah mata seperti orang lain.

“Karna adalah titisan..?” 

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chexo Mensha
bagus bgt mantap
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 62 : BAYI YANG LAHIR DARI KETAKUTAN

    Karna terdorong mundur. Nafasnya berat. Tubuhnya seolah membeku saat serangan Sindu menghantam tepat di atas dadanya.Tapi luka itu bukan sekadar fisik. Ada sesuatu yang terbangun—sebuah rasa yang selama ini ia pendam tanpa nama.Dunia di sekitarnya memudar. Suara gemuruh pertarungan menghilang.Lalu... muncullah sekelebat cahaya. Hangat, tapi juga menyakitkan. Karna mencoba menahan pelipisnya, kini sebuah ingatan yang bukan miliknya,perlahan terbuka.---Dua puluh tahun lalu.Langit pagi yang menyala redup.Di dalam kamar kerajaan yang luas tapi sepi,Ratu Maharani duduk sendirian di tepi ranjang.Tangannya menyentuh perutnya yang baru mulai membesar.Ia seharusnya bahagia.Ia mengandung anak pertamanya. Anak dari seorang raja.Tapi entah mengapa, sejak hari itu… hatinya gelisah.Sudah tiga malam ia bermimpi.Mimpi yang terasa begitu nyata, sampai ia tak bisa membedakannya dari kenyataan.Dalam mimpi itu, ada seorang lelaki—tinggi, tak bisa dilihat wajahnya dengan jelas. Tapi tatapa

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    CHAPTER 61 : SEGEL TERAKHIR

    Sindu—pria bertopeng yang menyimpan dendam membara terhadap garis keturunan Karmapura—mengangkat satu tangannya, dan seketika para anggota Bayang Niraka mengepung dari segala arah. Matanya yang tersembunyi di balik topeng memantulkan hawa haus kekuasaan. Ia bukan hanya dalang dari kehancuran masa lalu, tapi juga pengatur napas kekacauan saat ini.Tanpa aba-aba, serangan pertama datang dari arah kiri. Karna menebas cepat dengan pedang apinya, membelah serangan sembari bergerak memutar, melindungi Rushali di belakangnya. Kilatan cahaya dari senjatanya menyapu udara, menciptakan percikan api yang menyilaukan. Nafasnya berat, tapi fokusnya tak tergoyahkan.“Beraninya kau memaksakan pilihan padaku!” bentak Karna sambil menangkis serangan berikutnya. Trang !Trang !“Rushali bukan pusat dari semua ini! Langkahi aku dulu, kalau kau berani!” Tangan Karna mengepal begitu kuat hingga buku-bukunya memutih, dan satu sabetan telak menghempas musuh ke tanah.Sindu melangkah pelan, tenang namun men

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    BAB 60 : PANGGILAN DARAH

    Dua tahun berlalu dalam bayang-bayang penyamaran, Karna akhirnya berhadapan langsung dengan sosok yang menjadi kunci utama dalam pencarian artefak-artefak itu.Dari balik topengnya, sang pemimpin sekte mencium keberadaan Karna dan Rushali.“Haha... haha…!” Tawanya menggema, mencoba menebar ketakutan.“Bodoh! Kalian pikir hanya karena kalian bersembunyi aku tak bisa merasakannya?”Rushali menahan napas, jantungnya berdegup kencang. Namun ia sedikit lega.“Dia belum benar-benar melihat kita… syukurlah…” bisiknya nyaris tak terdengar.Pedang Karna bergetar, genggamannya semakin erat.“Arahkan aku pada bola itu, biar aku membantumu mengambilnya,” bisik suara dari senjata itu, menggema dalam benaknya.Seketika, Karna membeku. Ia memusatkan fokus, mengumpulkan energi di tengah gelapnya goa yang berbau belerang, dipenuhi stalaktit yang menggantung tajam di langit-langit.Perlahan, ia mengangkat pedangnya. Energi biru, samar seperti asap, mengalir dari bilah pedang, menyusup di antara udara

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    BAB 59 : ILMU SUKMAVIBHAGA

    Gertakan kasar menggema dari mulut goa.“Serahkan diri kalian sekarang, atau kalian mau mati!”Karna tidak langsung bergerak, dibalik wajahnya yang tegang, Karna menarik nafas—mencoba tenang. Di balik ancaman itu, ia mendengar sesuatu yang lain—suara yang datang bukan dari lawan, sepertinya hanya dirinya yang bisa mendengarkan itu."Pastikan rencana berhasil. Nyawa Karna harus melayang!” bisik suara itu.Suara itu dingin, nyaris seperti bisikan dari tulang belulang. Tapi jelas… itu bukan halusinasi. Tak lama kemudian pedang agungnya berpendar, berbisik kepadanya.“Pangeran, inilah saatnya menggunakan Ilmu Sukmavibhaga!Karna mengerjap. Sebenarnya dirinya masih ragu, ilmu yang belum ada sehari dia kuasai bersama Rushali. “Haruskah sekarang?” tanya Karna didalam benaknya.“Ini bukan saatnya untuk ragu Pangeran! Percayalah bahwa ini saatnya menguji ilmu yang kau pelajari semalaman!”Pandangannya menembus keluar goa, Karna memejamkan mata, tak terasa tangannya pun mengepal. Bagaikan kek

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 58 : PENYATUAN JIWA : KEKUATAN BARU

    Saat energi mereka mulai menyatu, Karna merasakan sesuatu yang belum pernah ia kenal sebelumnya mengalir dalam dirinya. Pandangannya tak lagi sekadar melihat; ia menangkap getaran, niat tersembunyi, bahkan suara hati seseorang yang biasanya terbungkus rapat dalam diam. Ketika menatap Rushali, dunia di sekitarnya seolah berpendar—dan sebelum bibir gadis itu bergerak, ia telah mendengar bisikannya. "Kau bisa mendengar ku?" tanyanya pelan. Karna mengangguk. "Bukan hanya suaramu… tapi hatimu juga." Rushali terkejut, tetapi tubuhnya sendiri kini terasa berbeda. Ia mengangkat tangannya dan melihat bayangan yang seharusnya ada di tanah, seketika lenyap dalam kehendaknya. Seberkas cahaya yang merembes masuk ke dalam gua pun berpendar di telapak tangannya, seolah tunduk padanya. "Aku… bisa mengendalikan ini?" bisiknya tak percaya. Ia melangkah maju dan seketika tubuhnya seakan melebur dalam kegelapan, menghilang dari pandangan Karna. Sekejap kemudian, ia muncul kembali di sisi lain, s

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 57 : PELARIAN SEMENTARA

    Sebelum Karna bisa menyelesaikan kalimatnya, sebuah cahaya biru samar mulai muncul di sekitar tubuh Rushali. Tangannya memancarkan aura hangat yang membuat udara di sekitarnya bergetar hebat. Batu-batu yang sebelumnya menghalangi jalan keluar tiba-tiba melayang perlahan, seolah-olah gravitasi kehilangan kuasanya. Serpihan-serpihan kecil berputar lembut di udara, mengelilingi Rushali seperti tarian cahaya. “Apa... ini?” bisik Rushali, suaranya bergetar. Mata Karna membelalak. “Kau... kau membangkitkan kekuatanmu?” Namun, Rushali tidak menjawab. Pikirannya terasa kosong, hanya dipenuhi oleh hasrat melindungi Karna. Dengan gerakan refleks, dirinya mengangkat tangan. Saat itu juga, batu-batu besar terangkat tinggi dan menghantam dinding dengan keras, membuka jalur keluar yang sebelumnya tertutup. Rushali terengah-engah. Tubuhnya terasa ringan, seakan kekuatan itu mengalir bebas dalam dirinya. Tapi, bersamaan dengan itu, rasa takut perlahan menyusup. “Aku... Aku tidak tahu apa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status