Share

1. Kelaparan.

Setelah menempuh Jarak yang sebenarnya tidak terlalu jauh, Tianlan akhirnya sampai ke rumah Kepala Desa.

Tanpa membuang waktu, dia langsung melangkahkan kakinya ke dalam mansion dan masuk ke kamarnya.

Untungnya dia memiliki ingatan pemilik asli tubuh ini, jadi dia bisa beradaptasi di lingkungan ini dengan cepat.

Tianlan melihat sekeliling kamar dan mulai menelusuri ruangan itu. Dia membuka salah satu tirai yang ternyata sebuah kamar mandi.

Karena tubuhnya terasa lengket dan pakaiannya juga sangat kotor, Tianlan memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum beristirahat.

Dia menyiapkan air terlebih dahulu sebelum menanggalkan pakaiannya satu persatu. Dia masuk ke dalam bak kayu berukuran besar yang sudah penuh dengan air dan mulai membersihkan dirinya.

"Haah ... Segar."

Tianlan melihat pantulan dirinya di air. Dia baru menyadari bahwa tubuh ini memiliki wajah yang cantik, bahkan terlalu cantik untuk seorang pemuda sepertinya.

Mata bulat indah dan alis yang agak tajam, hidung tinggi yang ramping dan bibir plum tipis yang terlihat indah serta rambut hitam panjang yang tergerai rapi.

Tianlan sampai heran, kenapa pemilik tubuh ini malah menutupi wajahnya menggunakan kain jelek itu? Dia bisa saja mengambil hati penduduk desa dengan wajah cantiknya, bukan?

Tianlan memutar matanya malas. Masa bodoh dengan wajahnya, yang penting sekarang dia masih hidup dan itu semua karena bocah malang ini. Cukup disayangkan bahwa bocah malang ini malah mati sia-sia di tangan murid-murid sekte itu. Tapi tidak apa-apa, sebagai rasa terima kasihnya sekaligus permintaan maaf karena telah menempati tubuh ini tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik aslinya. Tianlan akan membuat tubuh ini tetap aman dan sehat. Dia tidak akan membiarkan tubuh ini tergores sedikitpun. Karena mulai sekarang, pemilik asli dari tubuh ini adalah dia ...

Xie Tianlan, dari abad ke-21. Ketua mafia yang paling disegani dan ditakuti oleh pemerintah.

"Haha, aku terlalu sombong."

Setelah 10 menit berendam, Tianlan berjalan menuju lemari pakaian. Di dalam lemari hanya terdapat beberapa pasang pakaian yang sepertinya sudah mulai mengecil. Dia meraih kemeja tipis yang sepertinya cukup bagus dan merebahkan dirinya di tempat tidur.

Tanpa membutuhkan waktu yang lama, Tianlan tertidur, merilekskan tubuh dan pikirannya yang lelah.

.

.

.

Tianlan baru saja menyelesaikan mandinya dan sudah berpakaian lengkap. Karena hanya ada hanfu di dalam lemarinya, Tianlan tidak punya pilihan lain selain menggunakan pakaian-pakaian itu.

Untungnya tubuh ini sangat cocok dengannya. Walaupun pemilik asli tubuh ini tidak bisa berkultivasi, kekuatan fisiknya tergolong kuat untuk pemuda buta sepertinya. Sepertinya semasa hidupnya, pemilik asli tubuh ini sering melakukan latihan fisik. Jadi Tianlan hanya perlu meningkatkan kultivasinya saja.

*Kruuuk*

Tianlan meletakkan tangannya di atas perutnya dan berdecak kesal, "Apa ini? Aku lapar. Dimana makanannya?"

Saat Tianlan sedang sibuk menggerutu, tiba-tiba pintu ditendang dari luar, menimbulkan suara dentuman keras yang membuat alis Tianlan berkerut.

Seorang pemuda lainnya yang sepertinya cukup berpengaruh di mansion ini masuk ke kamar Tianlan dengan langkah sombong.

Tianlan duduk diam di atas ranjangnya dengan pandangan kosong. Dia tidak mau orang-orang curiga kalau ternyata jiwa di tubuh ini bukan lagi jiwa keluarga mereka. Berpura-pura buta adalah solusinya.

"Ah, Lan-Didi, maafkan Xi Dagemu ini ya."

(Didi artinya adik laki-laki)

'Dage?'

(Dage artinya kakak laki-laki tertua)

Tianlan mengerti, pemuda itu adalah anak pertama dari kepala desa, yang artinya dia juga adalah kakak pertama pemilik asli tubuh ini.

'Jika dia mengatakan Xi Dage. Itu artinya, dia adalah Bei Xi'

Bei Xi menyeringai dan mendekatkan wajahnya ke wajah Tianlan.

Dia berhenti dan memperhatikan wajah Tianlan yang tertutup oleh kain hitam. Perlahan, dia menyingkirkan kain hitam dari wajah Tianlan.

"Ah Lan-Didi ... Apa wajahmu memang seperti biasanya atau kau memang bertambah cantik?"

Bei Xi mulai menelusuri wajah Tianlan dengan telunjuknya. Mulai dari alis, pipi, sampai ke bibir merahnya yang cantik.

Saat Bei Xi sedang asik menikmati wajah Tianlan, tiba-tiba saja dia merasakan cengkraman yang sangat kuat di pergelangan tangannya.

Bei Xi melihat pergelangan tangannya dan wajah Tianlan secara bergantian.

"Didi, i-ini sakit, kenapa kau-"

"Jangan menyentuhku," ucap Tianlan penuh penekanan sebelum mendorong tubuh Bei Xi hingga terjerembab ke lantai.

"Ugh ... Kau-"

"Pergi!"

Bei Xi hanya bisa melongo melihat perubahan Tianlan. Dia tidak menyangka bahwa orang lemah ini berani mempermalukannya seperti ini.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Bei Xi langsung keluar kamar, meninggalkan Tianlan yang masih duduk di atas ranjangnya tanpa bergerak sedikitpun.

'Apa setiap hari dia selalu memperlakukan pemilik asli tubuh ini seperti pelacur wanita? Aku itu laki-laki dasar tidak waras!! Argh, rasanya aku ingin memenggal kepala mereka satu persatu, lalu akan kupersembahkan kepada mayat ganas. Sial, membuatku kesal saja.'

*Kruuuk*

Tianlan menunduk dan melihat perutnya dengan pandangan lesu. Dia belum makan sama sekali dan sepertinya keluarga ini tidak akan memberinya makan.

Tianlan mengalihkan pandangannya dari perutnya dan tanpa sengaja matanya menangkap sebuah benda bulat di atas meja tidak jauh dari ranjang. Seketika dia mendapatkan sebuah ide dan tersenyum senang.

"Aku tau apa yang harus kulakukan, hehehe."

*Tengah hari di kota Yuan*

Lelang Klan Xu : Itulah yang tertulis di pintu masuk.

Dia berjalan ke depan untuk memasuki tempat lelang. Namun langkahnya terhenti saat seorang penjaga secara tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Tunggu ... Tunjukkan undanganmu."

Tianlan menatap penjaga itu dengan wajah malas, "Aku kesini untuk melelang sesuatu."

Penjaga itu menoleh ke arah rekannya sebelum mengangguk dan menuntun Tianlan memasuki tempat Pelelangan. Mereka terlebih dahulu masuk ke dalam sebuah ruangan yang dikhususkan untuk para pelelang yang akan melelang benda-benda berharga mereka.

Tianlan bisa melihat seorang pria yang sepertinya tender dalam pelelangan ini tengah duduk sambil melihat benda-benda di hadapannya dengan wajah muram. Sepertinya tidak ada barang yang cocok dengan seleranya.

Tianlan langsung mendudukkan dirinya di hadapan pria itu dan menyilangkan kakinya.

Pria itu mendongak dan berdehem, "Barang apa yang ingin anda lelang, Tuan?"

"Xie Libeng, itu namaku. Aku adalah pembuat kerajinan tangan."

"Oh nama saya Xu Guan ... Jadi, benda apa yang ingin anda lelang, Tuan?" Tanya pria itu lagi.

Tianlan meraih sesuatu dari dalam tasnya dan meletakkannya di hadapan Bei guan.

"Ini?" Xu Guan mengambil benda itu dan memperhatikannya dengan seksama, "Sebuah cermin?"

"Benar," jawab Tianlan.

"Ini terlihat sangat murni, aku bahkan bisa melihat wajahku dengan jelas di sini."

'Ternyata aku tampan ya,' batin Xu Guan.

Mendengar itu, Tianlan tersenyum senang. Di dunia ini tidak ada yang namanya cermin, menurut informasi yang ia dapatkan dari ingatan tubuh ini, orang-orang di sini masih menggunakan perunggu atau emas untuk bercermin, pantulan dari perunggu dan emas tidak sejelas kaca, itu sebabnya dia berasumsi bahwa orang-orang ini pasti akan sangat tertarik dengan barangnya.

Oh Tianlan sangat bersyukur dengan ingatan tubuh ini, berkat ingatan tubuh ini, dia bisa dengan mudah beradaptasi dengan dunia ini.

Tianlan merebut cermin itu dari Xu Guan dan mengangkat sebelah alisnya, "Jadi, apakah kau akan melelangnya atau tidak?"

Xu Guan tersenyum dan mengangguk, "Kami akan melelangnya, pelelangan akan dilakukan 2 hari lagi."

'2 hari?!!'

Tianlan merasa putus asa sekarang. Dia sangat lapar dan 2 hari bukan waktu yang sebentar.

'Ah menyebalkan!'

"Tuan, ambillah ini. Ini adalah kartu Identitas untuk bisa masuk ke pelelangan kapanpun yang anda inginkan," ucap Xu Guan sembari menyerahkan sebuah kartu berwarna hitam yang memiliki lambang klan Xu.

Tianlan menerima kartu itu, "Baik ... Jangan sampai cermin itu pecah atau retak, aku akan kesini dalam 2 hari." Setelah mengucapkan itu, Tianlan langsung pergi dari hadapan Xu Guan menggunakan teknik ilusi hantu.

(Teknik ilusi hantu adalah teknik yang membuat penggunanya seakan-akan menghilang dari tempat kejadian, namun sebenarnya pengguna teknik ini hanya bergerak cepat hingga tidak terlihat oleh mata biasa)

Xu Guan "!!!"

'Apa itu tadi?'

*Di luar pelelangan klan Xu*

"Hehehe, pasti dia mengira kalau aku adalah seorang Master bela diri, aku sangat keren haha," ucap Tianlan bangga sambil membusungkan dadanya.

*Kruuuk*

Lagi-lagi suara itu. Tianlan benar-benar lapar saat ini. Tubuh ini bahkan lebih kurus dari dugaannya. Jika dia tidak makan hari ini, bisa dipastikan tubuhnya hanya akan menyisakan tulang dan kulit. Tianlan tidak punya uang sama sekali untuk membeli makanan. Dia juga tidak pernah makan dari hasil mencuri.

Ah sangat disayangkan seorang ketua Mafia di abad ke-21 yang paling disegani dan ditakuti saat ini mengeluh karena tidak punya uang dan kelaparan seperti seorang pengemis.

"Apakah disini ada hutan?"

Tianlan bertanya kepada salah satu pejalan kaki dimana hutan yang berada tidak jauh dari sini.

"Anda hanya perlu berjalan melewati gerbang dan disanalah hutannya, Tuan."

"Ah, Terima kasih." Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Tianlan langsung berjalan mengikuti petunjuk pejalan kaki tersebut dan gotcha ...

Dia menemukan sebuah hutan. Tianlan langsung masuk ke dalam hutan untuk mencari makanan. Setidaknya ada buah-buahan liar atau sesuatu yang bisa dimakan di hutan.

Saat dia menjalani pelatihan militer dulu, latihan bertahan hidup adalah poin utama untuk bisa lulus. Dia diharuskan bertahan hidup di dalam hutan yang terkenal berbahaya karena memiliki banyak hewan buas dan cuaca yang sering berubah-ubah secara tiba-tiba.

Disana sangat sulit menemukan makanan, jadi dia harus berkeliling hutan untuk bisa menemukan hewan atau buah-buahan yang bisa dimakan.

"Akhirnya." Tianlan memasang senyum lebar di wajahnya saat melihat benda-benda bulat merah yang tergantung indah di salah satu pohon.

"Apel!" Tianlan langsung memanjat pohon itu dan memetik beberapa buah sebelum merebahkan dirinya di salah satu dahan dan mulai makan.

"Woah, segar." Tidak butuh waktu lama bagi Tianlan untuk menghabiskan puluhan buah apel.

Saat dia tengah asik menikmati apel-apel segar, tiba-tiba dia mendengar sebuah suara dari kejauhan.

Tianlan mengangkat sebelah alisnya bingung, "Apakah ada pertarungan di tengah hutan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status