Share

Perjalanan Waktu Xie Tianlan
Perjalanan Waktu Xie Tianlan
Author: Moon

Prolog.

"Hahaha ... Menyerahlah Ketua. Jika kau menyerah, kami mungkin akan membiarkanmu tetap hidup."

Saat ini tampak seorang pria berjubah hitam dengan surai panjang peraknya tengah berdiri angkuh sambil melihat ke arah pemuda lain yang sedang berdiri di atas sebuah atap rumah.

Pemuda lain itu mengenakan jas hitam panjang dan tudung merah yang melilit kepalanya. Matanya melirik kesana kemari seolah-olah sedang mencari jalan keluar dari tempat itu. Dialah Xie Tianlan, ketua mafia dari negara x yang paling disegani.

'Sialan'

Tianlan merutuki kesialannya hari ini dan mendengus. Tidak ada jalan keluar. Semua area ini sudah dikelilingi oleh array yang membuatnya tidak bisa lari kemanapun.

Dia meraih tudung merahnya dan menyeringai.

"Hei kau," panggilnya.

Pria bersurai perak yang memang sedari tadi hanya melihat kearah Tianlan sedikit mengernyitkan alisnya.

"Kau tau apa ini kan, pengkhianat?" Ucap Tianlan sambil terkekeh kecil seraya memainkan sebuah remote di tangannya.

"Ck, sial." Pria bersurai perak itu menggertakkan giginya dan berbalik. Dia mulai memfokuskan seluruh kekuatannya ke kakinya untuk bisa bergerak dengan cepat. Namun ternyata usahanya tidak sebanding dengan kecepatan Tianlan yang saat ini sudah berada tepat di belakangnya dan menahan tubuhnya.

Pria bersurai perak itu berusaha melepaskan diri dengan menyerang Tianlan. Ia berusaha membuat Tianlan lengah tetapi sepertinya usahanya sia-sia. Jelas perbedaan kekuatan mereka adalah penyebab utamanya.

Tianlan kembali mengunci pergerakan pria perak itu dan berbisik.

"Jika aku mati hari ini di sini. Maka akan kupastikan bahwa aku tidak akan mati sendirian. Harus ada satu nyawa lain yang mengikutiku, atau jiwaku tidak akan tenang dan menghantui setiap orang yang merencanakan semua konspirasi ini."

Setelah Tianlan mengucapkan itu, dia mengangkat sebelah tangannya yang menggenggam remote. Dia mengarahkan remote itu ke wajah sang pria perak dan mulai meletakkan jarinya di atas tombol merah.

"Jangan tekan!" Teriak pria bersurai perak. Namun seolah-olah tuli, Tianlan tidak memperdulikan ocehan pria itu dan menekan tombolnya.

*Tit*

*BOOMM*

Sementara itu di sisi lain ...

Beberapa orang berpakaian seragam tampak berdiri mengelilingi tubuh seorang pemuda yang saat ini tergeletak tak berdaya di tanah.

"Dia sudah mati?" Salah satu dari mereka angkat bicara.

"Sepertinya sudah ... Ayo pergi."

"Hiss. Sayang sekali, nasibnya benar-benar sial hari ini."

Salah satu pemuda berjongkok dan mendekati tubuh ringkih yang sudah tak bernyawa di tanah.

"Tapi kurasa ... Dia buta."

"Aku tidak peduli, apa kau lupa kita diperintahkan untuk apa? Jika ada yang melihat ... Bunuh," Ucap pria lainnya yang sedari tadi hanya diam, "Ayo kembali ke Sekte," lanjutnya.

"Baik."

Keadaan kembali hening saat orang-orang itu pergi.

Pemuda yang tergeletak tak berdaya di tanah beberapa saat yang lalu, perlahan mulai bergerak. Dia dengan susah payah bangun dari posisi berbaringnya dan menyenderkan tubuhnya di salah satu pohon.

'Ugh, dimana aku?'

Dia melihat sekeliling dan baru menyadari bahwa saat ini dia berada di tengah hutan.

'Kenapa- aku ada di hutan?-'

"Ugh." Tiba-tiba dia mencengkram kepalanya dan meringis.

Sekelebat ingatan tiba-tiba berputar di kepalanya yang menyebabkan rasa sakit dan pening bercampur menjadi satu, membuatnya kembali menjatuhkan tubuhnya ke tanah.

Tubuh ini adalah milik pemuda desa yang memiliki nama yang sama dengannya.

Xie Tianlan.

Anak laki-laki ke-3 dari Kepala Desa. Diabaikan sejak kecil karena keadaannya yang buta dan tidak bisa berkultivasi.

Dia selalu menutupi wajahnya menggunakan sehelai kain. Karena dia selalu menutupi wajahnya, para warga desa menyebutnya buruk rupa. Hanya keluarganya saja yang mengetahui bagaimana wajah aslinya.

Bukan hanya warga desa yang selalu menindas dan menghinanya, bahkan keluarganya sendiri tidak henti-hentinya merendahkan dan melecehkannya.

Dia mati karena masuk ke hutan dan di bunuh oleh beberapa murid Sekte yang mengira bahwa dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat.

Tapi bagaimana dia bisa melihat sesuatu itu dengan keadaannya yang buta? Seharusnya orang-orang itu melihat dulu kan keadaannya? Bagaimana bisa mereka membunuh tanpa pandang bulu seperti itu? Apakah sesuatu itu sangat penting sampai-sampai mereka harus membunuh seseorang secara acak untuk tutup mulut?

"Sialan, kenapa bisa begini?"

Baru saat itulah Tianlan menyadari bahwa ternyata dia bisa melihat. Seharusnya dia buta bukan?

Hanya jiwanya yang berpindah bukan raganya, jadi seharusnya dia juga ikut buta karena mata ini adalah milik tubuh ini.

"Ah, ini semua membuatku pusing." Seru Tianlan sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Ck, Baiklah Baiklah. Seharusnya aku bersyukur karena diberikan kesempatan untuk kembali hidup."

Dengan tenaganya yang masih tersisa, Tianlan berusaha berdiri dan mulai berjalan meninggalkan hutan. Untuk sekarang dia akan kembali ke rumah Kepala Desa. Setidaknya dia memiliki tempat tinggal sementara di dunia antah barantah ini.

Dia harus melihat situasi di dunia ini terlebih dahulu sebelum memulai hidup barunya di sini.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
hijau natural
lanjutkan...
goodnovel comment avatar
Paradista
semangat thor.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status