“Ada apa, Ray?” tanya Arunika saat Raynar baru saja masuk mobil. Dia sampai menoleh ke belakang untuk melihat apa yang Raynar tatap karena sampai membuat suaminya itu tak kunjung masuk.
“Tidak ada apa-apa. Erik mengirim pesan, jadi aku membalasnya dulu,” jawab Raynar lalu memberikan eskrim yang diinginkan Arunika.
Arunika mengangguk-angguk percaya. Dia segera memakan eskrimnya sebelum meleleh.
Mobil Raynar kembali melaju meninggalkan kedai eskrim. Raynar mengamati dari kaca spion, dia melihat mobil yang tadi dilihatnya, ikut bergerak mengikuti mobilnya.
Raynar semakin yakin kalau mobil itu memang mengikuti mereka.
Raynar dan Arunika akhirnya sampai di mansion. Raynar tak melihat mobil tadi lagi saat me
“Itu masa lalu, tidak ada yang perlu dibahas sekarang,” ucap Raynar dengan tenang dan tak merespon ucapan Briella dengan berlebihan.Briella menatap Raynar yang tak acuh, lalu berkata, “Jika dulu aku tidak pergi, hubungan kita pasti akan baik-baik saja, kan?”Raynar menghela napas kasar, lalu dia menatap Briella yang sejak tadi memandangnya.“Apa yang sebenarnya kamu mau?” tanya Raynar to the point.“Aku hanya mau memperbaiki kesalahan. Setidaknya memperbaiki hubungan kita seperti dulu,” balas Briella.“Tidak ada yang akan sama seperti dulu,” ucap Raynar.“Apa karena kamu membenciku setelah aku meninggalkanmu?” tanya Briella memastikan.Raynar tersenyum samar.“Apa kamu pikir aku benar-benar menyukaimu? Aku hanya dituntut untuk menyukaimu, dan itu sudah berlalu,” balas Raynar menohok.Briella terdiam. Dia sudah menebak jawaban Raynar, mengingat bagaimana sifat pria itu dari dulu sampai sekarang yang tidak berubah.“Kalau begitu, bisakah kamu tidak bersikap dingin? Jika kita tidak bisa
Arunika membalikkan tubuhnya. Dia menatap datar pada Briella yang tiba-tiba muncul di perusahaan ini.Mau apa lagi wanita ini ke sini?Arunika sangat tak senang.“Bagaimana kabarmu? Kemarin Ray bilang kalau kamu sakit, apa kamu sudah sehat?” tanya Briella saat sudah berdiri di depan Arunika.‘Ray memberitahunya kalau aku sakit? Kapan dia bertemu dengan Ray?’ batin Arunika bertanya-tanya sambil menatap pada Briella.“Kalau tahu kamu sudah berangkat ke kantor, aku pastikan bawakan hadiah pernikahan buatmu,” ucap Briella lagi.‘Hadiah? Apa maksudnya? Apa dia sedang berusaha bersikap baik padaku?’ batin Arunika tetap dengan tatapan datarnya tertuju pada Briella.Arunika benar-benar tak senang pada sikap Briella yang seolah-olah sedang menunjukkan kalau mereka dekat.Briella memerhatikan Arunika yang diam, lalu dia melambaikan tangan di depan wajah Arunika.“Kamu baik-baik saja?” tanya Briella.“Untuk apa kamu ke sini?” tanya Arunika dengan nada ketus.Briella tersenyum.“Aku mau ketemu Ra
Keesokan harinya. Arunika akhirnya bisa kembali ke kantor. Dia sangat senang meskipun wajahnya masih agak pucat.Arunika berangkat bersama Raynar. Sepanjang turun dari mobil sampai masuk lift, Raynar terus menggandeng tangan Arunika.“Ingat, jika kamu merasa tidak nyaman atau sakit, segera hubungi aku,” ucap Raynar memperingatkan Arunika, mengingat bagaimana cerobohnya sang istri.“Iya, kamu jangan cemas,” balas Arunika.Begitu pintu lift terbuka di lantai departemen hukum, Arunika keluar lalu melambai kecil ke arah Raynar yang ada di dalam lift. Dia menunggu lift tertutup, baru setelahnya Arunika berjalan menuju departemen hukum.“Aru.” Winnie memanggil dengan sangat keras saat melihat Arunika datang.Bahkan Winnie langsung berlari dan memeluk Arunika karena sangat merindukan sahabatnya itu.“Bagaimana kabarmu? Sudah sehat? Kamu akhir-akhir ini sering sekali sakit, apa kamu benar-benar sudah baik-baik saja?” tanya Winnie lalu melepas pelukan dan menatap pada Arunika.“Aku sudah baik-
“Ada apa, Ray?” tanya Arunika saat Raynar baru saja masuk mobil. Dia sampai menoleh ke belakang untuk melihat apa yang Raynar tatap karena sampai membuat suaminya itu tak kunjung masuk.“Tidak ada apa-apa. Erik mengirim pesan, jadi aku membalasnya dulu,” jawab Raynar lalu memberikan eskrim yang diinginkan Arunika.Arunika mengangguk-angguk percaya. Dia segera memakan eskrimnya sebelum meleleh.Mobil Raynar kembali melaju meninggalkan kedai eskrim. Raynar mengamati dari kaca spion, dia melihat mobil yang tadi dilihatnya, ikut bergerak mengikuti mobilnya.Raynar semakin yakin kalau mobil itu memang mengikuti mereka.Raynar dan Arunika akhirnya sampai di mansion. Raynar tak melihat mobil tadi lagi saat me
Erik memandang ke arah Briella yang baru saja keluar dari ruangan Raynar. Dia lalu menatap pada atasannya yang sedang memijat kening.“Pak, apa Anda yakin akan benar-benar menerima proposal dari dia jika sesuai dengan harapan Anda?” tanya Erik penasaran.Erik hanya ingin memastikan apakah Raynar hanya mengulur waktu saja untuk menolak permohonan Briella, atau memang Raynar tertarik dengan proposal yang Briella ajukan.Erik tak mendengar jawaban dari atasannya. Dia melihat Raynar yang masih memijat kening, atasannya sekarang ini malah seperti orang yang sedang bimbang.Mungkinkah atasannya ini tidak bisa menolak permohonan Briella? Erik bingung sendiri.“Maaf, Pak. Apakah dulu hubungan Anda dengan Briella sangat baik?” tanya Erik memberanikan diri karena penasaran.Lagi-lagi Raynar tak menjawab, membuat Erik semakin bingung. Kenapa Raynar terus saja diam seperti tak mendengar kalau dia bicara.Sepertinya percuma kalau bertanya lagi, akhirnya Erik memilih diam.“Kalau sudah tidak ada ya
Hendry terus diam memikirkan apa yang Mario katakan siang tadi. Dia duduk di ranjang bersandar headboard sambil melipat kedua tangan di depan dada.“Sejak pulang tadi, kamu terus diam seperti ini. Apa ada masalah?” tanya Laras sambil naik ke ranjang, lalu menatap suaminya.Hendry menoleh pada Laras, lalu mengembuskan napas kasar.“Tadi aku bertemu dengan Pak Mario.”Laras langsung menegakkan badan, bola matanya membulat sempurna. Tersirat rasa antusias dan penasaran karena ucapan suaminya.“Kamu sudah bertemu dengannya? Apa kamu tanya soal wasiat Papa?” tanya Laras tak sabaran.“Aku sudah bertanya, tapi jawabannya benar-benar membuatku tak habis pikir.”Laras mengerutkan alis.“Warisannya akan dibagi setelah Raynar punya anak. Kamu bisa bayangkan bagaimana kesalnya aku mendengar hal itu?” Hendry geram sampai mengepalkan telapak tangan begitu erat.“Sebelum mati dia meminta Raynar menikah agar mendapat warisan darinya, setelah Raynar berhasil menikah, sekarang malah ada syarat lain yan
Briella memarkirkan mobilnya di depan garasi. Dia turun lalu berjalan masuk rumah sambil menenteng tasnya di tangan kiri.Saat baru saja masuk rumah, Briella dihadang sang papa yang membawa stopmap di tangan kanannya.“Ini,” ucap Andre sambil menyodorkan berkas itu ke arah Briella.“Apa ini?” tanya Briella sambil menerima stopmap itu.“Pengajuan kerjasama dengan perusahaan Raynar,” jawab Andre.Briella terdiam urung membuka stopmap itu. Tatapannya beralih ke sang papa.“Bagaimanapun caranya kamu harus bisa mendekati Raynar, jadi gunakan proposal itu untuk bisa bicara dengannya,” kata Andre, “seharian ini kamu juga sama sekali tak berusaha menemui Raynar atau melakukan sesuatu untuk mendekatinya, jadi papa harus memikirkan ini agar kamu bisa maju satu langkah.”Briella cukup terkejut mendengar perkataan Andre. Jadi, apa papanya memata-matainya?“Akan kulakukan apa yang Papa perintahkah,” ucap Briella tanpa bantahan.“Sudah seharusnya kamu melakukan itu. Ingat, Brie. Keberlangsungan peru
Hendry sedang menemui kliennya di restoran bintang lima. Setelah selesai membahas bisnis Hendry berdiri begitu juga dengan kliennya yang siap untuk pergi.“Saya harap kerjasama ini berjalan dengan lancar,” ucap klien Hendry sambil mengulurkan tangan.Hendry menjabat tangan kliennya, lalu membalas, “Tentu saja, saya senang bisa berbisnis dengan Anda.”Klien Hendry tersenyum lalu mengangguk. Dia dan asistennya pergi lebih dulu, lalu Hendry menyusul di belakangnya.Hendry bicara dengan sekretarisnya untuk mengatur urusan kerjasama dengan klien, saat mereka sedang berjalan menuju pintu keluar, Hendry melihat Mario–pengacara ayahnya.“Kamu kembalilah ke perusahaan dulu, ada urusan yang harus kuselesaikan,” ucap Hendry kepada sekretarisnya.Begitu sekretarisnya pergi. Hendry menghampiri Mario yang sedang makan siang di salah satu meja restoran.Hendry sudah sangat penasaran dengan wasiat yang ayahnya tinggalkan, sehingga dia nekat menemui Mario.“Pak Mario.”Pengacara itu langsung mendongak
Raynar baru saja selesai menyuapi Arunika. Dia merapikan kembali tempat makanan yang disiapkan rumah sakit dan meletakkannya di meja.Tak lupa Raynar juga memastikan Arunika minum dengan perlahan agar tidak tersedak, lalu memberikan vitamin yang dokter anjurkan.“Ray, apa aku boleh pulang?” tanya Arunika setelah selesai minum obat, “aku tidak mau di rumah sakit, tidak enak,” ucap Arunika lagi.“Kamu harus tetap dirawat di rumah sakit agar bisa dipantau dokter setiap saat karena kondisimu yang lemah,” ucap Raynar menolak keinginan Arunika, “beberapa kali pingsan bukanlah hal yang baik. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu, jadi bersabarlah sedikit, setidaknya sampai kondisimu benar-benar sehat.”Arunika mengerucutkan bibir.