Saat jam pulang sekolah tiba, Fabian langsung menjemput Lilian.Mungkin karena kondisi fisik Lilian, maka pihak sekolah lebih memperhatikannya.Malam hari.Fabian memegang hasil prakarya setengah jadi Lilian dan melakukan sentuhan akhir dengan serius.Setelah menyelesaikannya, untuk sementara waktu Fabian duduk di samping tempat tidur Lilian. Dia tidak tahu kapan dia tertidur, tetapi ketika bangun keesokan harinya, dia mendapati dirinya tertidur di sebelah tempat tidur Lilian.Saat melihat pengasuh yang merawat Lilian masuk ke kamar, Fabian bangkit dengan agak malu.Pengasuh itu tidak merasa aneh saat melihat pemandangan ini. Semua orang di rumah ini tahu kalau Fabian, sang kakak, selalu menyayangi Lilian, adiknya.Sebenarnya, Fabian hanya sedikit khawatir karena dia tidak tahu apakah dia telah mengganggu tidur Lilian dengan caranya dia tidur.Namun, sepertinya gadis kecil itu tidur nyenyak.Fabian masih mengantar Lilian ke sekolah seperti biasa. Setelah kembali ke kantor, dia menerima
Sepasang mata tajam Fabian dan nada bicaranya yang penuh tekad membuat ayah anak laki-laki itu merasakan sedikit hawa dingin, tetapi saat ingat kalau putranya yang dipukuli, kepercayaan dirinya sekali lagi melonjak."Kau aneh sekali, bocah cantik. Karena kau bukan ayah benda kecil ini, lalu apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau begitu sok bermoral sekarang setelah benda kecil itu memukuli putraku?”Pria itu menyingsingkan lengan bajunya, tampak sombong dan mendominasi.“Katakan padaku, Miss Charles, aku menghabiskan begitu banyak uang untuk menyekolahkan putraku di sini, dan ini caramu mengasuhnya? Sekarang setelah putraku dipukuli oleh benda kecil ini, kau harus segera mengusirnya. Kalau tidak, aku akan melaporkanmu!”"Apa katamu? Siapa yang kau sebut benda kecil? Bilang sekali lagi kalau kau berani.” Hati Fabian sudah tersulut gara-gara pria ini, tetapi pada saat ini, tatapannya seperti panah dingin. Pria itu langsung bingung.“Jangan khawatir, Miss Charles. Aku tidak akan membiar
Sementara itu, Fabian menghampiri Lilian, mengulurkan tangannya, lalu membelai kepala kecil Lilian yang menggemaskan untuk menghiburnya.“Jangan takut, Lilly. Aku di sini. Aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun menggertakmu."Dengan Fabian di sisinya, Lilian tidak akan pernah takut.Meskipun usianya masih sangat muda, dia tidak pernah takut pada penjahat seperti itu bahkan ketika orang itu menggertaknya.Bahkan ketika dia menghadapi Lana si iblis betina dan dilemparkan ke dalam kolam, dia tidak pernah sekali pun memohon pada Lana untuk menyelamatkannya.Bisa dibilang kalau dia telah mewarisi gen Madeline sepenuhnya.Bahkan dalam menghadapi kritik dan tuduhan, dia diam hanya karena dia tidak bisa bicara. Meski begitu, sorot matanya jernih dan penuh dengan rasa percaya diri.Melihat ini, Julie segera maju untuk menengahi.“Mr. Johnson, bisa-bisanya An—”"Ya, aku barusan memukul seseorang, tapi itu karena dia pantas mendapatkannya." Ekspresi Fabian tidak pernah berubah. Matanya yang t
”Uuum…”Menatap mata kelam Fabian, pria itu langsung mengaku kalah.“Dasar anak brengsek, ini semua salahmu! Cepat minta maaf padanya!" Pria itu memarahi putranya yang berdiri di sampingnya dan mendorong putranya ke depan Lilian. "Cepat minta maaf!"Pria itu ketakutan, apalagi putranya.Fabian mengangkat matanya dengan dingin. “Apa menurutmu ini cukup? Apa kau pikir kau tidak bersalah sama sekali?"“Uuum…”“Orangtua adalah guru terbaik bagi anak. Dan kau, sebagai ayahnya, memiliki tanggung jawab yang tak bisa kau hindari untuk menentukan akan jadi apa anakmu nanti.”" ...ya, ya," jawab pria itu berulang kali. Dia sama sekali tidak berani membalas perkataan Fabian. "Kau benar. Aku, sebagai seorang ayah, memiliki tanggung jawab yang besar.”Dia dengan patuh menatap Fabian sambil menyunggingkan senyum yang bahkan terlihat lebih jelek dibandingkan dengan wajah orang yang sedang menangis. “Gadis kecil, ini salahku. Aku tidak memilih kata-kataku dengan bijak. Jika aku membuatmu kesal dengan
Setelah mereka kembali ke tempat semula, Julie lalu mengantarkan Fabian ke pintu masuk sekolah dan mengucapkan terima kasih."Terima kasih karena tadi telah membela saya, Mr. Johnson."Fabian mengabaikan perkataan Julie, tetapi ketika mendengar Julie mengungkapkan rasa terima kasihnya, dia berbicara dengan tenang."Santai saja. Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, Miss Charles. Aku masih harus merepotkanmu untuk menjaga Lilly selama sekolah berlangsung. Jika sesuatu terjadi pada Lilly, aku ingin dirimu memberi tahu aku sesegera mungkin.”Julie mengangguk sambil tersenyum. "Jangan khawatir, Mr. Johnson. Saya akan lebih memperhatikan Lilly.”"Terima kasih."Setelah berterima kasih pada Julie, Fabian berniat langsung pergi. Namun, ketika berbalik, dia melihat pria yang baru saja dia pukul berjalan ke arahnya dengan ekspresi marah dan membawa dua orang polisi.Pria itu mempercepat langkahnya ketika melihat Fabian sepertinya akan pergi dan menunjuk ke arah Fabian sambil memberi tahu po
Sikap polisi itu cukup sopan.Fabian melirik pria yang tadi bersikap arogan dan mengangguk dengan tenang."Baiklah," jawabnya acuh tak acuh. Dia kemudian menoleh lalu menatap Julie, yang tampak khawatir. “Miss Charles, silakan kembali ke kelas dan tolong jaga Lilly. Terima kasih."Julie khawatir dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi merasa tidak berhak. Karena itu, dia hanya mengangguk."Mr. Johnson, Anda tidak perlu khawatir. Saya pasti mengurus semua siswa saya di kelas.”Fabian dengan ringan menarik kedua sudut bibirnya menjadi senyuman. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Kemudian, dia berjalan paling depan saat menuju tempat parkir.Kedua polisi itu mengikuti Fabian, lalu memanggil pria itu."Mr. Martinez, tolong ikuti kami ke kantor polisi lagi untuk membantu penyelidikan.”Pria itu mengerut saat melirik sosok tinggi dan ramping Fabian. Tiba-tiba, dia ingin membatalkan proses ini dan mundur.“K−kenapa kita tidak melupakan ini saja?” Pria itu ingin menyerah dan tidak mau lagi memper
Polisi itu mengernyit curiga. "Apakah Fabian memukul putramu?"Kedua polisi itu saling bertukar pandang dan merasa perlu untuk memberi perhatian pada masalah ini.Beberapa saat kemudian, polisi yang menginterogasi Fabian keluar dari ruang interogasi dengan ekspresi serius.Pria bernama Mr. Martinez itu segera menghampiri untuk menanyakan situasinya.“Pak, bagaimana hasilnya? Apa kau akan menangkap Fabian dan mengurungnya?”Polisi menatap pria itu dengan tatapan serius di matanya. “Dari awal Fabian dengan cepat mengakui bahwa dia memukulmu, dan dia tidak mencoba membela diri, tapi…”Jantung pria itu berkedut. "Tapi apa?""Mr. Martinez, sekarang Fabian akan menuntutmu dan putramu.”" ... apa?! Dia ingin menuntut aku dan putraku?”"Betul sekali." Polisi itu mengangguk setuju. "Dan dia juga telah memanggil pengacaranya yang sebentar lagi akan tiba di sini."“ … ”"Mr. Martinez, apakah putra Anda merundung seorang gadis kecil bernama Lilian Whitman? Dan apakah Anda secara verbal menyerang
Ketika mendengar undangan Fabian, Julie terkejut tetapi tidak menunjukkannya. Di permukaan, dia mempertahankan sikap lembut dan pendiamnya. "Saya bebas malam ini, tapi apakah itu tidak akan terlalu merepotkan?""Tidak. Selama kau merasa oke dengan undanganku, sama sekali tidak repot.""Baiklah kalau begitu." Julie mengangguk setuju. Jauh di lubuk hatinya, dia sudah merencanakan hadiah apa yang akan dia bawa ke rumah Fabian nanti.Beberapa jam kemudian, hari menjelang senja dan jam pelajaran pun sudah berakhir.Fabian tiba di pintu masuk sekolah tepat waktu. Julie menggandeng tangan Lilian dan membawanya menghampiri Fabian."Mr. Johnson, ada urusan lain yang harus saya tangani. Silakan membawa Lilly pulang dulu.""Oke, silakan saja." Fabian tidak banyak bicara. Dia hanya berbalik dan berjalan pergi sambil menggandeng Lilian.Sambil menatap punggung Fabian, Julie tenggelam dalam lamunan, tetapi pekerjaan di depannya sudah berebut untuk menarik perhatiannya.Dia mengantar anak-anak kembal