Suara bass Jeremy yang dalam masih terngiang di telinganya, dan jantung Madeline berdegup kencang. Namun, ia tidak akan punya ekspektasi naif seperti yang ia punyai dulu.Sekarang, cintanya buat Jeremy telah dikalahkan oleh rasa bencinya.Madeline tidak menyangka kalau Old Master Whitman tidak mempermasalahkan dirinya yang dipenjara selama tiga tahun. Sebaliknya, beliau menyuruh Madeline untuk memulai lagi hidupnya dan menjalani hidup yang bahagia bersama Jeremy.Old Master Whitman adalah orang yang konservatif. Karena itu, akan bisa dimengerti kalau beliau sangat marah dan bahkan jijik dengan cucu menantunya yang sudah melakukan tindak kejahatan. Namun, saat ini, Madeline tertegun. Ia merasa bersyukur dan hatinya menghangat.Sosok Old Master Whitman juga mengingatkannya pada kakeknya yang telah wafat. Mereka berdua orang tua yang berhati mulia.Madeline ikut makan malam di Whitman Manor. Ia merasa kalau semua orang, kecuali Old Master Whitman, terang-terangan memandangnya dengan tatapa
Bocah kecil itu berbalik karena mungkin mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Wajah polosnya yang menggemaskan sekarang menghadap ke arah Madeline. Matanya yang terang dan jernih bagaikan kelereng yang berkilauan saat mengedip dan menatap Madeline.Percikan kemarahan dalam hati Madeline seperti dipadamkan dalam sekejap. Kemudian, digantikan oleh cinta dan kebaikan yang tak bisa dilukis kan dengan kata-kata.Air mata menyengat sudut-sudut matanya dan tiba-tiba ia punya keinginan yang sangat kuat untuk menangis.‘Kalau anakku masih di sini, dia akan semenggemaskan anak ini.’Lagi pula, Jeremy sangat luar biasa. Keturunannya yang mewarisi gennya sudah pasti setampan ayahnya.Madeline berjongkok dan mengusap wajah lembut dan menggemaskan anak itu. “Siapa namamu, Sayang?”Bocah kecil itu mengedip dan berkata dengan manis, “Mommy dan Daddy memanggilku Jack.”‘Mommy dan daddy’.Kata-kata itu melukai Madeline.Putrinya seharusnya juga punya mommy dan daddy-nya juga, tapi sekarang...“Mad
Haruskah ia pulang dengan pria ini?Madeline menarik sudut-sudut bibirnya menjadi seulas senyum dan menjawab dengan manis, “Oke.”Setelah memberikan jawaban, ia memutar kepalanya dan menatap Meredith. Saat ini, wajah Meredith segelap arang dan kedua bibirnya terkatup rapat-rapat. Wanita itu sangat marah hingga hampir meremukkan giginya sendiri.Akan tetapi, penampilannya yang kontraslah yang paling membuat Madeline senang. Wanita itu sudah nyaris meledak, tapi dia tidak mau merusak citranya sebagai wanita lembut dan penuh kasih.Madeline melihat Jeremy berjalan mendekati Meredith. Dia pasti akan menenangkan pelacur bermuka dua itu.Dari kejauhan, Madeline melihat Meredith menggendong anaknya saat mendekati Jeremy dengan tatapan meminta belas kasihan.“Jeremy, aku sangat takut Maddie akan menyakiti aku dan anakku lagi. Di berada dalam penjara selama tiga tahun, dan mentalnya terlihat semakin tidak stabil sekarang.” Meredith mengeluh.“Jeremy, kau tidak lupa apa yang kau janjikan padaku
Cengkeraman Jeremy sangat kuat. Dan meskipun Madeline meronta-ronta ingin membebaskan diri, ia tetap dipaksa masuk ke dalam mobil.Madeline tidak tahu kapan pria ini berhenti berpikir kalau ia akan mengotori mobilnya. Sekarang dia bahkan membolehkannya duduk di kursi depan.Langit tiba-tiba menjadi suram. Tak lama kemudian, diikuti dengan angin kencang dan hujan deras.Suasana hati Madeline mulai terdampak. Setiap kali hujan deras, ia akan ingat malam saat ia dipaksa melahirkan sebelum waktunya.Di dalam ruangan sempit, rasa takut di dalam hatinya semakin membesar. Ia tidak mau melihat lagi malam kelam itu, malam berdarah yang memisahkannya dengan putrinya.“Jeremy, kemana kau akan membawaku? Apa kau berencana membunuhku juga karena aku menolak menceraikanmu? Aku tidak akan membiarkanmu berhasil lagi.Ia tidak boleh mati. Ia belum membalaskan dendam putrinya!Jeremy sepat-cepat mengunci pintu mobil dan menginjak rem.“Madeline, apa kau sudah gila?” Pria itu mengerutkan alisnya dan mena
“Kau lihat itu? Terima kasih atas perhatianmu, Mr. Whitman. Kau membiarkanku hidup bahagia, setiap hari, selama lebih dari seribu hari di penjara.”Madeline tersenyum pahit, air matanya yang hangat jatuh di tangan belakang Jeremy. Jari-jari ramping pria itu bergetar pelan. Dia tidak pernah tahu kalau air mata bisa begitu hangat.Hujan semakin deras, dan Madeline mendengar suara karet penyeka menggesek kaca mobil depan.Udara di sekitar tubuhnya tiba-tiba seperti berhenti. Madeline menyeka air matanya, tatapan matanya tiba-tiba menjadi lebih tenang.“Jeremy, kalau aku bisa mengulang kembali, aku lebih memilih untuk tidak bertemu denganmu.”Setelah mendengar kata-kata Madeline, Jeremy sepertinya sudah kembali ke alam sadarnya. Dia menatap gadis itu dengan matanya yang seolah tak berdasar.“Madeline, kau tidak punya pilihan. Kau sudah menjadi istriku, dan kau tidak akan bisa mengubah fakta ini sepanjang hidupmu.”Madeline melemparkan cemoohan sarkastik, “Oh? Benarkah? Mr. Whitman, kau bil
Meredith menunjuk-nunjuk dan meneriaki Madeline. Ia sudah lupa dengan citra lembut yang munafik yang biasa dia perlihatkan.Mrs. Hughes tidak terkejut dengan keganasan dan kekejaman Meredith. Jelas dia sudah melihat wajah asli Meredith sejak lama.Madeline awalnya ingin pergi, namun melihat Meredith bingung sekaligus kesal saat ini, ia hanya duduk di sofa dan membuka bibirnya perlahan. “Akulah nyonya rumah di rumah ini, jadi anehkah bila aku di sini? Yang aneh adalah kenapa orang luar sepertimu ada di dalam rumahku?”“Kau nyonya rumah di rumah ini?” Meredith seakan-akan baru saja mendengar sebuah lelucon besar. “Madeline, apa kau jadi bodoh saat kau di dalam penjara? Akulah nyonya rumah yang sebenarnya! Dan kau cuma seekor anjing yang mengejar-ngejar Jeremy!”Kata-kata Meredith benar-benar penuh penghinaan dan fitnah. Dia terlihat sangat jahat saat gigi-giginya menggertak, dan dia sama sekali tidak punya sikap seorang nyonya muda dari sebuah keluarga kaya.Madeline terkekeh pelan. "Kal
Jujur saja, Madeline masih terganggu dan tidak tenang. Dengan kemampuannya sekarang, ia tidak akan dapat melawan Meredith sama sekali.Selain itu, ia tidak dapat membaca sikap Jeremy terhadapnya hari ini.Saat ia memikirkan hal itu, terdengar suara gerakan dari koridor.Madeline mengangkat kepalanya tepat di saat tubuh tinggi dan elegan Jeremy melewati pandangannya.Hujan belum juga berhenti, dan temperamen dingin pria itu sepertinya semakin dingin karena derasnya hujan.Dia kebetulan menoleh, matanya bertemu dengan mata Madeline. Tatapan matanya terlalu dalam. Membuat Madeline merasa seolah-olah akan tenggelam ke dalam matanya dengan satu kali tatap lagi.Entah mengapa jantung Madeline meloncat dengan kencang. Saat ia berusaha untuk menghindari tatapan mata pria itu, ia merasakan sebuah hembusan angin menerpanya dari samping.Meredith menutupi satu sisi wajahnya dan berlari ke arah Jeremy sambil terisak. Kemudian, dia membenamkan dirinya ke dalam dada Jeremy.“Jeremy…” Suaranya berget
Meredith mengedip tanpa dosa, nada bicaranya lembut dan lemah.Memang, para lelaki sepertinya menjadi buta melihat pertunjukan yang jelas-jelas palsu. Pertunjukan seperti ini memang khususnya efektif dilakukan pada para lelaki.Madeline tahu Jeremy pasti akan langsung setuju tanpa berpikir panjang. Tidak lama kemudian, ia melihat pria itu mengangguk. “Kalau begitu, tinggal saja.”Cukup sudah.Madeline menganggap itu konyol, dan ia bisa merasakan tatapan mata Meredith yang begitu binal lewat kedua sudut matanya.Akan tetapi, Meredith cuma bisa merasa bangga untuk beberapa detik saja karena pada detik berikutnya dia melihat Jeremy melirik Mrs. Hughes dan memberi perintah, “Pergi dan siapkan kamar tamu untuk Miss Crawford.”Saat mendengar kata-kata Jeremy, Madeline sedang meminum kuah supnya dan hampir saja tersedak.Dalam sekejap, semua warna-warni kemenangan di wajah Meredith hampir menghilang tak bersisa.Apa yang baru saja terjadi?Meredith merasa kata-kata Jeremy terlalu luar biasa.