"Ya Tuhan, bagaimana ini. Aku tidak ingin jatuh miskin gara-gara perusahaan ini bangkrut," batin Sevan seraya mengusap wajahnya dengan gusar."Oya, Pak. Bapak juga sudah ditunggu oleh, pak Andy di ruangan," kata Rina. Pak Andy adalah salah seorang pengusaha yang sempat menawarkan untuk bekerja sama. Sevan berharap semoga, pak Andy mau melanjutkan kerja sama itu."Ya sudah, saya ke ruangan sekarang." Sevan membenarkan jasnya, lalu beranjak menuju ke ruangannya yang berada di lantai lima belas.Panas dingin hati dan pikirannya, entah kenapa perasaan Sevan mendadak tidak enak. Ada rasa khawatir jika pak Andy akan membatalkan rencana kerja sama mereka. Dan jika itu sampai terjadi, Sevan tidak tahu harus berbuat apa lagi.Kini Sevan sudah sampai di lantai lima belas, lelaki berjas hitam itu segera melangkah menuju ruangannya. Ceklek, pintu terbuka, Sevan tersenyum lalu melangkah masuk ke dalam. Terlihat jika pak Andy telah menunggunya."Maaf sudah membuat, Bapak menunggu." Sevan menjabat t
Nagita menaruh kopi tersebut di atas meja lalu merebut ponselnya. "Memangnya kenapa, aku ingin kamu bercerai dengan wanita itu. Tidak rela aku melihatmu bahagia dengannya."Sevan mengusap wajahnya. "Aku tidak akan pernah melepaskan Julia, apa kamu lupa. Aku bisa seperti ini berkat Julia, dan apa kamu lupa. Dulu saat aku bangkrut kamu minggat entah ke mana, tapi setelah aku sukses kamu datang lagi. Aku benar-benar menyesal sudah .... ""Penyesalanmu sudah tidak ada gunanya lagi, Mas. Karena semuanya sudah terjadi," potong Nagita dengan cepat."Kamu memang licik." Sevan menatap tajam mantan istrinya itu. Jika tidak ada Sera, sudah dipastikan keduanya akan bertengkar.Sevan benar-benar menyesal telah menghianati Julia, tidak seharusnya ia kembali menikmati madu dari wanita yang sudah jelas-jelas bukan istrinya. Namun semua itu terjadi karena ulah Nagita, wanita itu yang sudah menjebak Sevan."Sudahlah, Mas. Untuk apa kamu mikirin dia, biarkan saja pergi. Lebih baik sekarang kita fokus un
Cukup lama mereka terdiam, Sevan sibuk memikirkan bagaimana caranya bisa menemukan keberadaan istrinya. Berkali-kali lelaki berkemeja hitam itu mengusap wajahnya. Sevan merasa jika oksigen dalam tubuhnya sudah mulai menipis."Maaf, Ma. Sebenarnya kami sedang ada masalah, tapi Sevan janji. Secepatnya Sevan akan membawa Julia pulang." Sevan menundukkan kepalanya. Ia pasrah dengan apa yang akan ibu mertuanya itu katakan.Sinta bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekati menantu itu. "Hari ini kamu harus bisa membawa pulang Julia ke rumah saya. Jika tidak, jangan harap kamu akan melihat Julia dan anakmu kelak.""Mbak, tolong jangan ... maksud saya, rumah tangga pasti ada masalah. Tapi tolong jangan berkata seperti ini, jangan pisahkan Sevan dengan anaknya," timpalnya. Nita memang marah atas perbuatan putranya, tapi ia tidak rela jika Sevan dan anaknya kelak harus dipisahkan."Bukankah Sevan masih punya Sera, jadi tidak ada masalah kan. Ya sudah, maaf jika kedatangan saya mengganggu, pe
Nagita memegang pipinya yang terasa panas, ia tidak menyangka akan mendapatkan tamparan seperti ini. Sementara itu Sinta masih menatapnya dengan tajam. Namun berbeda dengan Julia, wanita hamil itu terlihat begitu tenang."Masih mau menuduhku pelakor, asal kamu tahu. Aku menikah dengan mas Sevan setelah kalian bercerai, aku sama sekali tidak merebutnya. Mas Sevan sendiri yang datang melamarku, justru di sini kamu yang berusaha merebutnya dariku. Tapi kamu tidak perlu khawatir, aku tidak butuh suami plin-plan seperti mantan suamimu itu." Julia menatap tajam mantan istri suaminya itu."Kalau kalian masih saling mencintai, untuk apa dulu bercerai. Oh iya, aku tahu, kalian bercerai karena mas Sevan bangkrut kan. Dan setelah mas Sevan bangkit kembali, kamu langsung mendekatinya, dengan menggunakan anak sebagai alasan. Aku ingin lihat, jika mas Sevan kembali bangkrut apa kamu masih mau dengannya," ungkap Julia. Mendengar itu seketika Nagita diam, hatinya terasa tersentil mendengar ucapan yan
Sevan mengusap wajahnya dengan gusar, niat hati ingin mengejar Julia harus gagal gara-gara pesan yang Nagita kirim. Sevan tidak menyangka jika rumah tangganya akan berakhir seperti ini. Tapi Sevan tidak akan tinggal diam, ia harus bisa meyakinkan Julia. Walaupun sesungguhnya sudah terlambat."Julia, surat ini tidak akan menjadi penghalang untukku. Aku akan tetap berjuang untuk mendapatkan kamu lagi," gumamnya. Setelah itu Sevan beranjak masuk ke dalam mobilnya, lalu melaju meninggalkan halaman rumah tersebut.Dalam perjalanan Sevan benar-benar tidak bisa berpikir tenang. Lelaki itu terus memikirkan bagaimana caranya agar Julia bisa kembali Sevan miliki. Hidupnya terasa hampa tanpa adanya kehadiran Julia. Wanita yang sangat ia cintai.Tiba-tiba saja ponsel Sevan kembali berdering, awalnya ia acuh. Namun benda pipih itu terus menjerit-jerit, dengan terpaksa Sevan menepikan mobilnya terlebih dahulu. Setelah itu Sevan mengambil ponselnya yang ada di saku celananya."Nagita, ada apa lagi s
"Oh iya, sepertinya kamu juga perlu tahu, kalau perusahaan milik mas Sevan sudah dalam ambang kehancuran. Saham yang aku tanam sudah aku ambil kembali, jadi kamu siap-siap saja hidup dengan mantan suami yang sebentar lagi kembali bangkrut," ungkapnya lagi. Mendengar itu mata Nagita melotot, ia tidak menyangka jika Julia bisa melakukan hal itu."Apa?! Mas Sevan akan kembali bangkrut. Ini tidak boleh terjadi, bagaimana nasibku nanti, bagaimana dengan nasib anakku terutama yang masih dalam kandungan." Nagita membatin. Ia tidak ingin kembali hidup melarat.Nagita menatap Julia. "Kamu pasti bohong kan, mas Sevan tidak akan pernah bangkrut.""Kamu tanyakan sendiri pada mantan suamimu itu, dan mungkin sebentar lagi akan menjadi suamimu," ujar Julia. Wanita berbadan dua itu tersenyum tatkala melihat ekspresi wajah Nagita.Selang beberapa menit tiba-tiba sebuah mobil masuk dan berhenti di pelataran rumah. Mobil itu berhenti tepat di sebelah mobil milik Nagita, Julia hanya menghela napas meliha
"Ah sial, bisa-bisanya Julia juga menjual aset perusahaan." Sevan mengumpat kesal, tak lupa ia juga memukul setir mobilnya. Rasanya kepalanya ingin meledak mendengar kabar buruk itu."Semua ini gara-gara Nagita, coba saja aku menuruti omongan dia. Tidak mungkin aku kehilangan semua ini," gumamnya. Sevan menyesal karena sudah termakan omongan mantan istrinya itu.[Uang bulanan untuk Sera sudah aku transfer, seperti biasa] Sevan mengirim pesan tersebut untuk Nagita, mantan istrinya.@Nagita[Mas, bisa datang ke rumah nggak. Sera pengen ketemu, dari pagi merengek terus]@Sevan[Maaf, hari ini aku harus nemenin Julia ke dokter untuk periksa kandungan]@Nagita[Ya ampun, Mas. Periksa kandungan kan bisa sama supir atau siapa. Sera itu anak kamu loh, badannya panas]@Sevan[Iya, aku tahu. Ya sudah nanti aku mampir]"Ada apa, Mas?" tanya Julia yang baru saja masuk ke dalam mobil."Nagita, dia ngasih tahu katanya Sera badannya panas." Sevan menjelaskan."Ya sudah, kita ke sana saja. Kasihan Se
"Ada apa, Mas?" tanya Nagita dengan raut wajah panik."Aku harus pulang sekarang," sahut Sevan lalu beranjak masuk ke dalam mobilnya. "Kamu enggak nemuin Sera dulu, Mas." Nagita mengetuk kaca mobil milik mantan suaminya itu. Seketika Sevan menurunkan kaca mobilnya."Lain kali saja, aku ada urusan yang lebih penting," ujar Sevan. Setelah itu ia kembali menutup kaca mobilnya, lalu perlahan mobil tersebut melaju meninggalkan parkiran."Sudah resmi cerai saja mas Sevan terus mengabaikanku. Apa lagi jika masih bersama, ah sial." Nagita mengerang frustasi. Setelah itu ia memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya, lalu beranjak pergi ke sekolahan putrinya.Hanya butuh waktu sekitar empat puluh lima menit mobil Nagita sudah berhenti di depan gerbang sekolah putrinya. Selang lima menit Sera terlihat keluar, gegas Nagita membuka pintu mobilnya. Melihat ibunya sudah datang, Sera langsung berlari menghampirinya."Kok, Mama yang jemput. Papa mana? Katanya papa yang mau jemput." Sera sedikit meraju