Share

Saham ditarik

"Ini tidak mungkin, Julia tidak mungkin menjual rumah ini." Sevan mengusap wajahnya dengan gusar, lalu mengacak rambut. Rasanya otaknya ingin meledak dengan masalah yang kini menimpanya.

Sevan kembali menghubungi nomor istrinya, tetapi hasilnya nihil. Ingin rasanya Sevan melempar ponselnya, hatinya selalu merasa gundah dan tidak tenang saat tidak ada kabar dari istrinya itu.

"Bagaimana ini, Julia kamu ke mana sih." Sevan kembali menekan nomor istrinya, berharap kali ini usahanya berhasil. Namun bukannya terhubung ke nomor Julia, tetapi justru ada panggilan masuk dari ibu mertuanya.

"Mama nelpon, bagaimana ini." Sevan bimbang harus menerima panggilan itu atau tidak. Namun jika ditolak, akan menambah masalah, dengan sangat terpaksa Sevan menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan tersebut.

[Halo, Van. Julia ada sama kamu nggak, mama hubungi nomornya kok nggak aktif]

Sevan menelan ludahnya sendiri, bingung dan juga panik. Harusnya Sevan jujur jika istrinya pergi tanpa pamit, tapi jika itu terjadi. Sevan lah yang akan kena imbasnya, ia benar-benar bingung harus menjawab apa.

[Julia sedang istirahat, Ma. Mungkin baterainya habis, jadi nggak aktif]

[Masa baterai habis dari kemarin, mama hubungi nggak pernah bisa. Kalian baik-baik saja kan, soalnya mama sedang ada di jalan menuju bandara]

"Astaga bagaimana ini, jangan sampai mama sampai di Indonesia sementara Julia entah di mana." Sevan sangat terkejut ketika mendengarkan jika ibu mertuanya sedang dalam perjalanan menuju bandara.

Orang tua Julia memang tinggal di luar negeri, dan mereka biasanya pulang ke Indonesia jika akan ada acara. Dan mungkin mereka pulang karena seminggu lagi akan ada acara empat bulanan Julia.

[Udah dulu ya, Ma. Sevan ada urusan, nanti Sevan bilangin sama Julia]

Dengan cepat Sevan menutup sambungan teleponnya, untuk sementara ia harus menghindar terlebih dahulu. Setelah itu Sevan kembali masuk ke dalam mobilnya dan memutuskan untuk pulang ke rumah ibunya. Berharap Sevan mendapatkan solusi atas masalah yang menimpanya.

Dalam perjalanan, Sevan terus berusaha untuk menghubungi nomor istrinya. Bahkan ia sampai menanyakan Julia pada beberapa teman dekatnya. Namun semua jawaban yang Sevan dapat, mereka tidak tahu di mana Julia berada. Hal tersebut benar-benar membuat pikiran Sevan bertambah bingung.

***

Hari telah berganti, pagi ini Julia baru saja selesai membuat sarapan. Untuk menghindari Sevan, Julia memilih tinggal di apartemen yang ia beli tanpa sepengetahuan suaminya itu. Selama di sana, Julia akan memikirkan langkah apa saja yang harus ia ambil.

"Huh, akhirnya selesai juga," ujar Julia seraya menarik kursi untuk duduk. Tiba-tiba saja ponselnya berdering, Julia yang hendak mengambil piring pun terpaksa ia urungkan.

"Siapa sih, pagi-pagi udah nelpon." Julia mengambil benda pipih miliknya itu, lalu menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan.

[Semuanya sudah beres, Ibu tinggal menunggu kabar baiknya saja]

[Ok, terima kasih ya. Terus untuk gugatan cerai yang aku ajukan bagaimana]

[Sedang diproses, mungkin kalau ada, Ibu siapkan bukti yang benar-benar kuat. Agar prosesnya cepat, dan hasilnya juga memuaskan]

[Baik, nanti aku cek lagi bukti yang sudah ada. Ya sudah, kalau ada apa-apa kamu langsung hubungi saya]

Sambungan telepon terputus, Julia menghembuskan napasnya lalu kembali menaruh ponselnya. Julia berharap semoga masalah segera selesai, rasanya ia sudah ingin lepas dari suaminya. Setelah itu Julia memutuskan untuk sarapan, perutnya sudah ingin diisi.

Sementara itu, di lain tempat saat ini Sevan tengah sarapan. Lelaki itu sudah siap dengan pakaian kantornya, ia harus kembali bekerja setelah seharian kemarin libur. Walaupun sampai saat ini Sevan belum mendapatkan kabar tentang istrinya, tetapi ia harus bekerja.

"Jadi nanti bagaimana? Kalau tiba-tiba mbak Sinta pulang terus menanyakan Julia." Nita menatap wajah putranya, seketika Sevan menghentikan gerakan tangannya.

"Sevan juga bingung, Ma. Sampai sekarang Sevan tidak tahu di mana Julia berada, nomornya juga nggak aktif," ujar Sevan. Raut wajahnya terlihat begitu bingung.

"Kamu sih, coba aja nggak berbuat kesalahan. Pasti tidak akan terjadi masalah seperti ini, memangnya kamu lupa kalau Julia sedang hamil. Apa kamu juga lupa, kalau Nagita pergi tanpa pesan setelah tahu kamu bangkrut," ungkap Nita. Mendengar itu Sevan terdiam, rasanya menyesal karena sudah menghianati istrinya.

"Sudahlah, Ma. Sudah siang Sevan ke kantor dulu." Sevan bangkit dari duduknya dan beranjak pergi. Kepalanya benar-benar pusing, ditambah Sera juga terus memintanya untuk datang ke rumah.

Kini Sevan sudah dalam perjalanan menuju ke kantor, ponselnya terus saja bergetar. Mungkin itu pesan yang dikirim oleh Nagita, biasanya jika belum dibalas, Sera akan terus  menyuruh ibunya untuk mengirim pesan. Sevan menghela napas, ia memilih untuk fokus menyetir terlebih dahulu.

"Julia, apa kamu tidak kasihan terhadapku. Apa kamu tidak kangen," gumamnya. Sevan terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Rasanya ingin segera sampai kantor, lalu menyelesaikan pekerjaannya agar bisa kembali mencari keberadaan istrinya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kini Sevan tiba di kantor miliknya. Mobil sudah terparkir di pelataran kantor, setelah itu Sevan segera turun lalu melangkah masuk ke dalam gedung. Baru saja menginjakkan kaki, tiba-tiba Rina sekretarisnya berjalan menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Sevan dengan wajah cukup penasaran.

"Ibu Julia sudah menarik semua sahamnya," jawab Rina. Mendengar itu mata Sevan langsung melotot, bahkan jantungnya rasanya ingin copot.

"Rina, kamu jangan bercanda. Istriku tidak mungkin menarik sahamnya yang sudah ... kamu pasti bohong kan." Sevan menatap tajam sekretarisnya itu. Ia tidak percaya jika Julia benar-benar menarik sahamnya begitu saja.

"Saya tidak bohong, Pak." Rina menggeleng. Hal tersebut membuat napas Sevan rasanya seperti berhenti. Jika itu benar-benar terjadi, perusahaannya akan kembali bangkrut seperti dulu. Sevan tidak ingin jatuh miskin gara-gara perusahaan miliknya bangkrut.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Isabella
rasain km sevan . bangkrut dan mantan istrimu pergi lagi
goodnovel comment avatar
Ruswi Rahmalia
saya suka ceritanya,
goodnovel comment avatar
Cici Asnati
sukaaa ceritanya, julia tegasss, gak lembek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status