Share

Ulah Mantan Istri

"Ya Tuhan, bagaimana ini. Aku tidak ingin jatuh miskin gara-gara perusahaan ini bangkrut," batin Sevan seraya mengusap wajahnya dengan gusar.

"Oya, Pak. Bapak juga sudah ditunggu oleh, pak Andy di ruangan," kata Rina. Pak Andy adalah salah seorang pengusaha yang sempat menawarkan untuk bekerja sama. Sevan berharap semoga, pak Andy mau melanjutkan kerja sama itu.

"Ya sudah, saya ke ruangan sekarang." Sevan membenarkan jasnya, lalu beranjak menuju ke ruangannya yang berada di lantai lima belas.

Panas dingin hati dan pikirannya, entah kenapa perasaan Sevan mendadak tidak enak. Ada rasa khawatir jika pak Andy akan membatalkan rencana kerja sama mereka. Dan jika itu sampai terjadi, Sevan tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Kini Sevan sudah sampai di lantai lima belas, lelaki berjas hitam itu segera melangkah menuju ruangannya. Ceklek, pintu terbuka, Sevan tersenyum lalu melangkah masuk ke dalam. Terlihat jika pak Andy telah menunggunya.

"Maaf sudah membuat, Bapak menunggu." Sevan menjabat tangan pak Andy, lalu menjatuhkan bobotnya di kursinya.

"Tidak maslahah saya tahu kalau, Bapak adalah orang sibuk," ucap pak Andy. Entah kenapa hati Sevan merasa tersentil mendengar ucapan pak Andy. Namun Sevan hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Sebelumnya saya minta maaf, Pak. Kedatangan saya ke sini untuk untuk membahas tentang rencana kerja sama," ujar pak Andy. Mendengar itu seketika Sevan terdiam, hatinya semakin merasa tidak enak.

"Ok, apa rencana selanjutnya tentang kerja sama yang akan kita lakukan?" tanya Sevan. Harapan besar, bisa menjalin kerja sama dengan pengusaha besar seperti pak Andy.

"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya, kalau harus membatalkan rencana kerja sama kita," jelasnya. Seketika Sevan terkejut mendengar hal tersebut, bahkan lelaki itu berusaha untuk tertawa. Sevan berharap jika ucapan pak Andy hanya omong kosong.

"Bapak jangan bercanda, kerja sama ini tidak mungkin batal," ujarnya. Sevan tidak akan percaya begitu saja, ia yakin jika ini hanya omong kosong saja.

"Saya serius, Pak. Sekali lagi saya minta maaf, kalau begitu saya permisi." Setelah mengatakan itu, pak Andy bergegas bangkit dan beranjak keluar dari kamar Sevan.

"Arrgghht sial." Sevan mengusap wajahnya gusar. Lalu tangannya bergerak untuk mengendurkan dasinya yang terasa mencekat.

Tiba-tiba saja ponselnya berdering, tangan kanannya terulur untuk mengambil benda pipih berwarna hitam itu. Sevan menghela napas ketika tahu jika mantan istrinya yang menghubunginya. Ingin ditolak itu tidak mungkin.

[Halo ada apa]

[Mas Sera minta beli peralatan sekolah yang baru, nanti kamu bisa datang ke rumah nggak? Soalnya minta beli sama kamu]

[Ya sudah nanti aku usahakan, udah dulu ya. Aku sedang banyak kerjaan]

Tut, tut, Sevan langsung mematikan sambungan teleponnya. Jika terus diladeni, akan semakin melebar arah bicaranya. Setelah itu Sevan menaruh ponselnya kembali di atas meja.

***

Waktu menunjukkan pukul empat sore, saat ini Sevan sedang bersiap untuk pulang. Satu jam yang lalu Nagita mengirim pesan jika Sera sudah menunggunya. Mau tidak mau Sevan harus menemuinya terlebih dahulu, jika tidak urusan akan semakin panjang.

"Sera kenapa sekarang jadi manja banget sih, perasaan dulu enggak deh." Sevan melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Rasanya ingin segera sampai ke rumah.

Sekitar lima puluh menit Sevan sudah sampai di rumah mantan istrinya. Setelah memarkirkan mobilnya lelaki berkemeja putih itu bergegas turun. Terlihat jika putrinya yang kini usianya baru akan menginjak delapan tahun itu sudah menunggu di teras.

"Papa." Sera berlari menghampiri ayahnya, seketika Sevan merentangkan kedua tangannya lalu mengangkat putrinya dan membawanya masuk ke dalam.

"Papa lama banget sih, Sera kan udah nungguin dari tadi," celotehnya. Sementara kedua tangan Sera melingkar di leher ayahnya.

"Papa banyak kerjaan, Sayang. Maafin papa ya." Sevan mencium pipi chubby putrinya, seketika Sera langsung mengeratkan keduanya tangannya itu.

Sevan berjalan menuju ruang tengah, setibanya di sana terlihat jika mantan istrinya tengah duduk di sofa. Setelah itu Sevan menurunkan putrinya di sofa, ia pun ikut duduk di sebelah Sera.

"Uangnya kok belum ditransfer, Mas." Pertanyaan yang Nagita lontarkan membuat Sevan menoleh.

"Kamu kan tahu, semua ATM aku diblokir sama Julia, bahkan rumah juga dijual." Sevan menjelaskan. Mendengar itu Nagita terkejut, karena ia baru tahu jika rumah mantan suaminya telah dijual oleh istrinya sendiri.

"Terus uang aku yang kemarin gimana dong, katanya mau diganti," protesnya. Nagita benar-benar kesal.

"Diganti uang dari mana? Lagi pula itu kan belanjaan kamu. Nggak masalah kan, selama ini aku juga memberimu uang." Sevan menyenderkan kepalanya di sandaran sofa. Lelaki itu memijit pelipisnya yang terasa sangat pusing.

Nagita membuang napas kasar. "Gara-Gara kamu mobilnya terpaksa aku batalkan. Padahal mobil itu sudah aku incar sejak sebulan yang lalu."

"Yang penting masih ada mobil, bisa minta tolong buatkan kopi nggak. Tapi jangan terlalu manis." Sevan mengangkat kepalanya lalu menatap mantan istrinya itu. Tanpa menjawab Nagita bangkit dan beranjak menuju ke dapur.

Selang beberapa menit ponsel Nagita bergetar, awalnya Sevan diam. Namun benda pipih itu terus bergetar, dengan terpaksa Sevan mengambil ponsel milik mantan istrinya itu. Dua pesan telah masuk, entah kenapa Sevan penasaran siapa yang mengirim pesan.

Beruntung ponsel tidak memakai PIN, dengan mudah Sevan membukanya. Lelaki itu langsung membuka aplikasi berwarna hijau, dua pesan itu dikirim oleh Mila, mungkin sahabatnya. Namun tiba-tiba mata Sevan menangkap sebuah nomor yang sangat ia kenal.

"Ini kan nomor Julia, untuk apa mereka saling komunikasi." Sevan langsung membuka isi chat mereka. Sedetik kemudian mata Sevan melotot melihat itu semua.

Selama ini Nagita dan Julia saling berkirim pesan, dan parahnya lagi ternyata mantan istrinya yang sudah mengirim video mereka kepada Julia. Bahkan bukan hanya video, tetapi juga foto, dan beberapa isi chat yang telah discreenshot.

"Mas ini ko .... " Nagita menggantung ucapannya ketika melihat ponselnya sudah ada di tangan mantan suaminya.

"Jadi ini yang kamu lakukan, kamu sengaja mengirim semua ini kepada Julia agar kami bertengkar iya." Sevan memotong ucapan mantan istrinya, seketika Nagita bungkam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status