Share

Deal?

Elaine tersenyum tipis, jatuh cinta dengan pria berantakan seperti ini? Yang benar saja.

“Bagaimana? Setuju dengan syarat saya?” Margaret melepas kacamatanya, menunggu jawaban dari Elaine. Gadis itu menggembungkan pipinya. Berpikir lagi, apa ini tidak merugikan ia nanti?

“Jangan khawatir, tiap bulan kamu tetap terima gaji, bonus belanja akan saya tambah kalau ada perkembangan yang progresif pada putraku.”

“Apa saya harus tidur dengan putra anda, Nyonya? Satu kamar?”

“Yes, tentu saja. Jangan berpikir terlalu jauh, dia tidak akan menyentuhmu, kamu bukan seleranya, dan dia tidak bisa menggerakkan kakinya. Tentu saja karena ia lumpuh.” ada rasa lega dalam hati Elaine. 

“Baiklah, saya terima kerja ini,”

“Good, saya yakin kamu akan menerimanya, saya tahu kamu butuh uang yang banyak untuk membeli kembali rumah itu.” Elaine terkesiap mendengar ucapan dari wanita angkuh di depannya.

“Bagaimana Anda...”

“Tentu sangat mudah untuk saya tahu, Nona. Mungkin kamu lupa dengan siapa kamu berurusan sekarang. Stewart selalu melakukan apapun secara totalitas, jadi hati-hati dalam bertindak. Jadi, kita deal dalam kesepakatan ini?” Margaret mengulurkan tangannya. 

Elaine mengerutkan dahi, tadi menolak untuk salaman, kelihatan jijik. Kenapa pula sekarang mengajak salaman, wanita angkuh yang egois. Elaine menyambut uluran tangan itu. 

“Deal!” mereka berjabat tangan. 

“Malam ini selesaikan urusanmu, besok pagi datang ke alamat ini. Saya tunggu sebelum saya pergi ke kantor,” Margaret mengeluarkan kartu nama, diberikan kepada Elaine. 

“Ini minumlah, atau kamu mau makan sesuatu? Pesan saja, saya bayar nanti,”

“Tidak, terima kasih. Saya minum saja,” Elain meminum airnya. 

“Bawa beberapa dokumen penting yang kamu ada, kamu akan tinggal di rumah saya mulai besok, bawa beberapa baju. Dan ingat, ini harus jadi rahasia kita.”

“Baik, Nyonya.”

Setelah mengambil kartu nama milik Margaret, Elaine menjinjing koper berisi uang dari Margaret dan meninggalkan tempat itu. 

 Wanita berpenampilan anggun itu menyesap airnya sebelum berdiri, ia merapikan pakaian dan bergegas meninggalkan tempat itu. Ia merasa tenang sekarang, perjanjian yang sudah disepakati tadi melegakan hatinya, tiga tahun terakhir ini ia sudah 6 kali ganti perawat untuk menjaga Zachary, tahun ini sudah 3 kali.

Mereka tidak ada yang betah dengan sifat dan sikap Zachary, terlalu menyebalkan, dingin, keras kepala, semaunya, dan kejam. Itu yang membuat orang-orang itu tidak betah. Kali ini ia berani mengeluarkan uang dengan jumlah yang cukup fantastis demi putranya. 

 Putranya harus dipulihkan seperti semula, perusahaan milik Stewart semakin mengalami kemunduran, saingan bisnis semakin berat, bahkan banyak yang menghalalkan cara hanya untuk menjatuhkan perusahaan yang sedang dipimpinnya. Entah sampai kapan itu terjadi. Harapannya besar pada usaha gadis bernama Elaine itu, ia sudah menyelidiki latar belakang Elaine.

Gadis biasa dengan kemampuan luar biasa, memiliki kemampuan yang hebat dalam ilmu bela diri, ia membayar Elaine bukan hanya merawat putranya tapi juga menjaganya dari ancaman bahaya diluar sana. Ia suka dengan sosok Elaine, meski belum mengenal secara keseluruhan. Ia hanya yakin gadis itu akan sabar menjaga dan merawat putranya. 

"Kamu hampir sempurna, girl. Tapi kamu terlalu biasa untuk Zach, kau bukan dari keluarga terpandang yang bisa menambah lagi kekayaan kerajaan Stewart." Margaret bergumam sendiri. Ia masuk ke dalam mobil. Driver sudah menunggunya.

“Kita langsung pulang sekarang, Leo. Banyak yang harus aku siapkan di rumah.” 

“Baik, Nyonya,” sopirnya yang bernama Leo itu mengangguk hormat. Mobil mewah itu meluncur laju menuju rumah besar keluarga Stewart.

                                    ****

Elaine turun dari taksi, ia segera masuk ke dalam rumah sewanya dan menghubungi Robert. Panggilan dijawab, Elaine mengunci pintu rumahnya. 

“Robert, bisa kita bertemu sekarang?” (tadi aku telepon tidak kau jawab, kitten. Kenapa sekarang mau bertemu?)

“Aku sudah ada uang yang kau minta, lengkap dengan suku bunga yang dipinjam oleh paman Edwin.”

(Wow! Banyak itu. Kau habis merampok di mana? Atau menjual diri? Haish, bagus kau terima tawaranku kemarin, tuan Dimitri sangat menyukaimu, kau bisa mengeruk seluruh hartanya)

“Tutup mulut kotor mu itu, datang ke restoran Pixy, aku bawa uangnya.” (Okay, 20 menit)

Elaine menutup panggilan. Ia memejamkan matanya. 

Robert pernah menawari ia menjadi wanita simpanan seorang billionair dari Rusia yang bernama Dimitri, tapi ia tolak. Dimitri hanya pernah melihatnya sekali ketika ia menemui Robert untuk urusan rumah keluarganya, setelah itu Robert selalu menghubunginya untuk menjembatani niat Dimitri memilikinya, si pengusaha yang sudah berumur tapi masih miang itu. Tentu saja Elaine menolaknya mentah-mentah. 

Jam 6 tepat Elaine sudah menunggu Robert di restoran tempat ia bekerja sebelum ini. 

“El, mau kerja lagi?” Mikhayla, teman kerjanya menghampiri tempat duduk Elaine. 

“Tidak, Kay. Aku ada janji sama orang.”

“Kukira tadi kamu tidak jadi resign, kenapa berhenti kerja mendadak sekali?” Mikhayla meletakkan buku menu di atas meja.

“Aku ada tawaran pekerjaan lain. Buatkan minuman ini saja.” Elaine memilih minuman yang ada di buku. 

“Tunggu sebentar ya.”

Elaine mengangguk, membiarkan Mikhayla meninggalkannya. 

5 menit kemudian, air yang dipesan sampai. Sementara orang yang ditunggu belum juga tiba. Beberapa menit berlalu, akhirnya dengan senyum yang sangat menyebalkan, Robert duduk di hadapan gadis itu.

“Datang juga kau, setan!” ucap Elaine penuh kekesalan.

Pria berumur 40an itu menyeringai memamerkan giginya yang sedikit kuning. Elaine membuang muka. Kalau tidak terpaksa ia tidak akan mau berurusan dengan lintah darat seperti Robert, ini semua gara-gara pamannya, Edwin.

“Jadi kamu sudah bawa uangnya, cantik?” tangan Robert mencuit dagu Elaine tapi segera ditepis dengan cepat. Membuat Robert sekali lagi menyeringai. Gadis cantik bermata galak itu mencondongkan tubuhnya dan mengambil koper berisi uang tunai lalu meletakkan di atas meja. Mata Robert terbeliak dan terpaku pada koper berwarna cokelat di depannya.

“Bukalah, dan lihat uang itu sesuai dengan jumlah yang kau minta atau tidak.”

“Tidak perlu, aku percaya padamu.” tangan Robert hendak mengambil koper itu, tapi secepat kilat Elaine kembali menarik benda itu dekat padanya. Mata Robert memerah merasa dipermainkan.

“Sekarang berikan dulu sertifikat tanah milik keluargaku, baru uang ini bisa kau ambil.” 

Robert berdecak kecil, gadis pemberani.

“Jangan takut, cantik! Semua ada di sini.” Robert memberi sebuah sampul berwarna cokelat pada Elaine. Gadis itu menerima amplop besar itu dan membukanya. Matanya lekat memeriksa lembar demi lembar surat-surat penting yang ada di tangannya. Setelah melihat semua sudah lengkap, Elaine menyimpan kembali dokumen-dokumen penting itu dan mendorong koper berisi uang tunai ke arah Robert.

“Semua sudah beres, aku tidak ingin berurusan lagi denganmu.” Elaine Diaz melangkah meninggalkan mejanya dan menuju meja kasir. Hendak membayar minumannya.

“Tunggu, Nona! Kau pasti akan tetap mencariku nanti.”

“Persetan!” sahut Elaine sambil terus melangkah tanpa menoleh ke belakang.

Hari semakin gelap, Elaine sudah berada di dalam rumah sewanya, ia menyusun beberapa baju dan memasukkan ke dalam tas ransel. Esok pagi ia akan mulai bekerja, pekerjaan yang sangat beresiko, dan membutuhkan pengorbanan yang cukup besar. Karena bayaran yang diterimanya juga sangat besar. 

Tok tok tok

Ketukan pintu menghentikan kesibukan Elaine. Ia menutup resleting tas ranselnya dan melangkah menuju ke arah pintu. Matanya terbuka lebar melihat siapa yang berada di depannya sekarang. 

“Paman?”

Edwin menyerobot masuk meskipun tanpa dipersilakan. Ia duduk di kursi ruang tamu.

“Ya, ini aku. Masih hidup.” Edwin berdiri dan mendekati Elaine. Tangannya menyentuh leher gadis itu.

“Paman mau apa?” tangan pamannya ditepis kasar. Edwin menyeringai, ia sudah lama memendam rasa pada anak sepupunya ini.

“Kau tumbuh semakin cantik, Sayang. Tapi sayangnya, orang tuamu tidak sempat melihat itu semua.” sekali lagi tangan Edwin yang menyentuh wajahnya ditepis. 

“Paman mau apa? jangan kurang ajar seperti ini.”

Mata Edwin menyapu seluruh tubuh Elaine dari atas sampai bawah. Elaine waspada, pasti pamannya ini sedang mabuk. Tapi kenapa tidak ada bau alkohol sama sekali.

Tangan Elaine ditarik dan dijatuhkan di atas sofa, dengan segala kodrat yang dimiliki Elaine berusaha melepaskan diri. Tapi ia kalah cepat, Edwin juga memiliki ilmu beladiri, karena sebelum Elaine masuk ke perguruan taekwondo, Edwin juga yang mengajarinya ilmu mempertahankan diri. Kini kedua tangan Elaine sudah dikunci di atas kepala. Sementara kakinya ditindih dengan kedua kaki Edwin.

“Lepaskan aku, Paman.” Elaine terus meronta, sekuat tenaga. 

“Kau tahu El, paman sudah menunggu saat-saat ini sudah lama.” tangan kiri Edwin memegang kedua tangan Elaine, sementara jarinya menyusuri wajah putih gadis di bawahnya.

Edwin merendahkan kepalanya berniat mencium bibir mungil Elaine. Gadis itu menjauhkan wajahnya, dan tangannya berusaha melepaskan genggaman tangan pria yang seperti sudah kesurupan. 

Ketika ia berhasil menarik tangannya, ia segera memegang vas bunga keramik di atas meja. Dengan sekuat tenaga Elaine memukulkan vas itu pada kepala Edwin.

Prang 

 "Aargh!” 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Jahatny jadi orang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status