Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 365. Seratus Cultivator Heavenly Soul

Share

365. Seratus Cultivator Heavenly Soul

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-06-30 16:48:12
Langit di atas Paviliun Seribu Bayangan tidak lagi hanya gelap—ia menggelegar, terbuka seperti rahang raksasa, memuntahkan kilatan petir surgawi yang menyambar tanpa ampun.

Cahaya suci dan kabut ungu bertabrakan di udara, menciptakan pusaran energi yang mengamuk tanpa arah. Dan di tengah kekacauan itu, bayangan-bayangan mulai bermunculan… cepat, tajam, dan mematikan.

Dari atas langit yang seperti terbelah, mereka turun satu per satu.

Seratus cultivator Heavenly Soul.

Mereka bukan manusia biasa.

Mereka adalah pasukan elit dari Paviliun Seribu Bayangan, dikirim hanya ketika dunia berada di ambang keruntuhan.

Jubah mereka melambai bagai sayap burung gagak, sementara tubuh mereka menyatu dengan kabut dan kegelapan. Mereka bukan hanya datang untuk bertempur—mereka datang untuk menghapus.

“Mereka datang...” bisik Valkyrie lirih, matanya menyipit tajam.

Namun bukan rasa takut yang terpancar dari wajahnya.

Melainkan rasa haus akan pembalasan. Adrenalin mengalir deras dalam nadinya.

Tan
Zhu Phi

Bab pertama hari ini ... Bab Utama : 1/3. Bab Bonus Gems : 0/2. Bab Extra Author Akumulasi : 7 Bab.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   544. Akhir Dewa Tanpa Wajah

    Langit kian bergemuruh. Petir hitam, api biru, dan hujan darah bercampur jadi tirai suram di atas Desa Langit membuat suasana desa ini semakin mengerikan.Di tengah kawah besar yang dulunya tanah desa, Helena Caraxis masih bertarung mati-matian melawan Axel Gods. Setiap tabrakan mereka menciptakan gelombang kehancuran yang menghancurkan sisa bangunan, membuat tanah terlarang terus bergetar seperti hendak runtuh.Helena, dengan tubuh berlumuran darah, menahan pedang panjangnya Stormfang Saber yang dipenuhi aura petir biru. Napasnya berat, pundaknya bergetar, namun matanya masih membara.“Axel… bahkan kalau tubuhku hancur, aku akan menjatuhkanmu ke tanah hari ini!”Pertarungannya dengan Dewa Tanpa Wajah ini telah menguras habis energi spiritualnya. Ia hanya bertahan dengan energi naga yang ia dapatkan saat berada di Negeri Naga Seiryu, namun energi ini pun sudah hampir habis. Riwayatnya akan tamat kalau ia tidak memiliki energi sama sekali untuk menghadapi Axel Gods.Axel hanya tertawa,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   543. Akhir Pertempuran Dewa dan Iblis

    Langit di atas Desa Langit semakin suram. Celah-celah hitam terbuka, memuntahkan kilatan putih menyilaukan seolah surga dan neraka sedang bertarung memperebutkan tanah kecil itu.Di bawah bayangan langit yang koyak, Desa Langit tak lagi terlihat seperti desa. Rumah-rumah kayu hancur jadi puing, sawah-sawah terbakar hingga tinggal arang. Bau asap, besi darah, dan daging hangus bercampur jadi udara yang nyaris tak bisa dihirup.Namun di antara reruntuhan itu, pasukan Paviliun Dracarys masih berdiri—cultivator Ranah Inti Emas hingga Integrasi Tubuh, membentuk barisan terakhir yang menghalangi gelombang dewa-iblis.Pasukan lainnya sudah gugur oleh kehebatan pasukan Kaisar Tanah Terlarang yang telah disihir oleh Axel menjadi pasukan yang sangat kuat.Ledakan demi ledakan mengguncang desa. Tubuh-tubuh para cultivator meledak di udara, organ berserakan di tanah. Tanah yang dulunya hijau kini menjadi sungai merah.Di tengah lautan darah itu berdiri Claudia Xander.Gaunnya yang dulu anggun kini

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   542. Pertempuran Berdarah - V

    Langit sepertinya bukan lagi milik manusia. Bintang-bintang menghilang, bulan tertelan kabut, dan udara bergetar oleh benturan energi yang terlalu besar untuk ditanggung dunia spiritual Tanah Terlarang Dewa dan Iblis.Di atas lautan darah yang penuh mayat mengapung, dua sosok bertarung—Helena Caraxis dan Axel Gods. Bukan sekadar duel, melainkan tabrakan dua kekuatan yang sanggup merobek kenyataan itu sendiri.Helena, tubuhnya berlumuran darah segar bercampur noda kering yang membeku di kulit. Nafasnya berat, namun tatapannya menyala, penuh api pemberontakan. Rambut hitamnya berkibar liar, menyatu dengan kilatan petir yang membungkus seluruh tubuhnya. Di tangannya, Stormfang Saber bergetar ganas, memuntahkan kilatan biru keunguan yang menyalak seperti kawanan serigala lapar.Setiap ayunan pedang itu melahirkan badai. Setiap tebasannya mencabik udara, menciptakan retakan di langit, menggelegar bagai ribuan guntur jatuh bersamaan.Sementara di hadapannya, Axel—sosok berkerudung tanpa w

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   541. Pertempuran Berdarah - IV

    Desa Langit yang tanahnya dulu subur kini menjelma kuburan terbuka. Pohon-pohon terbakar, gunung yang pernah menjulang kini runtuh menjadi tumpukan batu hitam berasap. Sungai yang dulu jernih berkilau berubah menjadi aliran merah pekat, penuh potongan tubuh hanyut terbawa arus—lengan tanpa tubuh, kepala tanpa mata, dan tulang-tulang retak yang menabrak satu sama lain. Bau darah bercampur daging gosong menyesakkan dada, sementara raungan manusia dan ledakan jurus menggema, menelan nyawa setiap detik.Pasukan dari Paviliun Dracarys, Klan Iblis Semesta, Sekte Racun Iblis Utama, hingga Organisasi Bayangan Iblis terus bertempur mati-matian. Mereka melawan lautan pasukan sekte-sekte kecil yang diperkuat berkah gila dari Axel dan Larxene. Tidak ada garis depan, tidak ada formasi—hanya bentrokan brutal, darah, dan teriakan.Langkah kaki prajurit menimbulkan bunyi plok-plok seperti lumpur, tapi semua tahu itu bukan tanah basah—itu darah, setinggi mata kaki, yang menelan setiap pijakan.—Seorang

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   540. Ravena vs Larxene - II

    Ledakan demi ledakan mengguncang medan perang tanpa henti. Tanah berguncang seperti hendak runtuh, bebatuan bergetar, dan udara penuh dengan retakan suara yang menusuk telinga. Setiap kali Ravena mengangkat tangannya, badai es keluar seperti tsunami beku. Dalam sekejap, ratusan bahkan ribuan pasukan musuh kehilangan nyawa—mereka membeku di tempat, mata membelalak, tubuh kaku. Lalu, suara krek-krek-krek! memenuhi udara saat tubuh-tubuh itu pecah menjadi serpihan tajam, beterbangan bagai pecahan kaca berkilauan.Di sisi lain, setiap kali Larxene tertawa, kabut hitam menggulung deras. Dari dalamnya muncul wajah-wajah ilusi, tak terhitung jumlahnya, menari dengan gerakan yang mustahil dimiliki manusia. Ada yang tersenyum manis, ada yang meratap, ada yang menjerit—semua serentak. Wajah-wajah itu menyerang bagai badai setan: mengiris daging, menjerat leher, memenggal kepala. Dan yang paling mengerikan… senyum mereka tak pernah hilang.Langit yang semula kelam kini benar-benar lenyap. Kabut

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   539. Ravena vs Larxene

    Kabut hitam itu merayap di medan perang seperti makhluk hidup. Ia tidak hanya menutupi pandangan, tetapi menyusup ke pori-pori, membuat paru-paru pasukan terasa penuh jelaga. Dari dalam kabut, bayangan-bayangan tipis memanjang, mirip ribuan tangan tak kasat mata yang meraih tubuh para korban, menyeret mereka ke dalam kegelapan.Tawa Larxene langsung pecah. Pertama satu suara. Lalu menjadi sepuluh. Sepuluh berlipat menjadi seratus. Seratus pecah menjadi ribuan, hingga seakan-akan seluruh medan perang menertawakan dirinya sendiri.Suara itu bukan sekadar tawa—ia menusuk gendang telinga, bergetar di tulang, merayap ke otak. Para cultivator lemah memekik, darah mengalir dari telinga mereka, beberapa jatuh tersungkur sambil mencakar kepala sendiri, seolah ingin mencabut suara itu dari dalam batok kepala.“Lihatlah, Ravena Xenagon…” suara Larxene bergema dari segala arah—dari bawah tanah, dari atas langit, dari setiap mulut ilusi yang bermunculan. Ribuan wajahnya menatap Ravena s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status