Home / Fantasi / Phoenix Rebirth: The rise of Akiyama / Bab 3: Perjalanan Menuju Kekuatan

Share

Bab 3: Perjalanan Menuju Kekuatan

Author: Rara Yt
last update Huling Na-update: 2024-10-03 20:59:18

Pagi itu, desa terlihat dalam keadaan kacau setelah serangan malam sebelumnya. Penduduk yang selamat berkumpul untuk memperbaiki rumah-rumah yang hancur, namun bayang-bayang ketakutan masih menyelimuti mereka. Akiyama memandangi desa dari kejauhan, hatinya dipenuhi rasa bersalah. Apa yang seharusnya menjadi penyelamatan, berakhir dengan kehancuran lebih besar.

Shin mendekatinya. Wajahnya tenang, namun ada ketegasan di dalamnya. "Jangan biarkan ini mengganggumu, Akiyama," ucap Shin dengan nada bijak. "Apa yang kau lakukan semalam adalah langkah pertama untuk memahami kekuatanmu. Namun, kau masih perlu belajar lebih banyak tentang pengendalian."

Akiyama mengangguk pelan, namun beban di dadanya belum sepenuhnya hilang. "Aku tahu, tapi aku takut, Shin. Setiap kali kekuatan itu muncul, aku merasa kehilangan kendali. Bagaimana jika suatu saat aku tidak bisa menghentikannya? Bagaimana jika aku justru menghancurkan semua yang ingin kulindungi?"

Shin menepuk bahunya dengan lembut. "Itulah sebabnya kita harus pergi. Ada tempat di mana kau bisa belajar untuk menguasai kekuatanmu sepenuhnya. Tempat di mana Phoenix pernah dilatih dan diwariskan kepada generasi sebelumnya."

"Tempat?" Akiyama mengangkat alis. "Di mana?"

"Di pegunungan utara, tersembunyi di antara salju dan kabut, ada Kuil Api Abadi," jelas Shin. "Di sanalah Phoenix pertama kali muncul, dan di sana juga, kau akan menemukan jawaban tentang kekuatanmu."

Akiyama menatap Shin dengan tatapan ragu, tapi dia tahu bahwa ini mungkin satu-satunya cara untuk mengendalikan kekuatannya. Yumi, yang berdiri tak jauh dari mereka, mendekat dengan wajah penuh tekad.

"Aku akan ikut," ucap Yumi tegas, menatap langsung ke mata Akiyama. "Kau tidak bisa pergi sendiri, dan aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian."

Akiyama terkejut, tapi dia tahu bahwa Yumi tidak akan menerima penolakan. "Yumi, ini bisa sangat berbahaya. Aku tidak ingin kau terluka."

Yumi hanya tersenyum tipis. "Aku tahu apa yang akan kita hadapi, Akiyama. Tapi kau butuh seseorang yang bisa kau percaya di sisimu. Kita sudah bersama selama ini, dan aku tidak akan berhenti sekarang."

Akiyama merasa lega mendengar kata-kata itu. Yumi memang selalu ada untuknya, bahkan di saat-saat terburuknya. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi dengan Yumi di sisinya, dia merasa lebih kuat.

Shin memberikan mereka beberapa perbekalan, lalu mereka bersiap-siap untuk berangkat. Matahari pagi baru saja naik di ufuk timur ketika mereka mulai berjalan menuju pegunungan utara. Perjalanan ini akan memakan waktu beberapa hari, melintasi hutan lebat dan medan berbatu yang berbahaya.

Selama perjalanan, suasana di antara mereka terasa hening. Akiyama tenggelam dalam pikirannya, merenungkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Di sisi lain, Yumi berusaha menjaga semangat, tapi bahkan dia tidak bisa menyembunyikan rasa takut yang perlahan merayap di dalam dirinya.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di tepi hutan yang besar. Pepohonan menjulang tinggi di sekitar mereka, memberikan suasana suram yang hampir mistis. Suara burung dan hewan hutan bergema di kejauhan, menambah keheningan yang aneh di antara mereka.

"Aku tidak suka tempat ini," bisik Yumi, matanya terus berkeliling, waspada. "Ada sesuatu yang aneh di sini."

Akiyama juga merasakan hal yang sama. Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin, seolah-olah hutan itu sendiri menolak keberadaan mereka. Namun, Shin tetap tenang.

"Kita harus melewati hutan ini jika ingin mencapai pegunungan," kata Shin, suaranya tenang tapi tegas. "Tetaplah waspada. Hutan ini dikenal sebagai tempat tinggal makhluk-makhluk yang tak terlihat."

Mereka melanjutkan perjalanan, namun setiap langkah yang mereka ambil terasa semakin berat. Bayangan pepohonan tampak bergerak-gerak, dan sesekali, Akiyama bisa merasakan sesuatu mengintai dari kegelapan di sekitarnya. Dia mencengkeram pedangnya lebih erat, siap menghadapi apapun yang mungkin muncul.

Tiba-tiba, Yumi berhenti dan menunjuk ke arah semak-semak di depan mereka. "Ada sesuatu di sana!"

Dari balik semak-semak, terdengar suara geraman rendah. Sebuah bayangan besar muncul dari kegelapan, bergerak dengan cepat ke arah mereka. Akiyama segera menarik pedangnya dan bersiap melawan, namun Shin menghentikannya.

"Jangan menyerang!" seru Shin. "Itu bukan musuh."

Akiyama bingung, tapi dia menuruti perintah Shin. Dari balik semak-semak, muncul seekor serigala hitam besar, matanya bersinar dengan cahaya biru yang aneh. Serigala itu mendekat perlahan, namun tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menyerang. Sebaliknya, ia berhenti beberapa meter di depan mereka dan menatap Shin dengan penuh arti.

"Ini adalah Serigala Penjaga Hutan, makhluk yang menjaga keseimbangan alam di tempat ini," jelas Shin. "Dia bukan musuh kita."

Serigala itu mengeluarkan suara pelan, lalu berbalik dan mulai berjalan ke arah hutan yang lebih dalam, seolah-olah mengundang mereka untuk mengikutinya. Shin mengangguk kepada Akiyama dan Yumi.

"Kita harus mengikutinya. Serigala ini akan menunjukkan jalan."

Mereka mengikuti serigala itu dengan hati-hati, melintasi jalur-jalur sempit yang tersembunyi di dalam hutan. Beberapa kali, mereka melihat bayangan makhluk lain yang mengintai dari kejauhan, tapi serigala itu seolah-olah melindungi mereka dari bahaya.

Setelah berjam-jam berjalan, mereka tiba di sebuah lembah yang tersembunyi di balik gunung. Di tengah lembah itu berdiri sebuah kuil tua yang tampak megah meski sudah ditinggalkan selama ratusan tahun. Kuil itu memancarkan aura magis yang kuat, dan Akiyama bisa merasakan kekuatan yang sangat besar di sekitarnya.

"Inilah Kuil Api Abadi," kata Shin sambil menatap kuil itu dengan hormat. "Di sinilah kau akan mulai perjalananmu yang sesungguhnya, Akiyama."

Akiyama menatap kuil itu dengan penuh rasa hormat dan kagum. Dia tahu, tempat ini akan menjadi kunci untuk memahami kekuatannya. Namun, dia juga merasakan bahwa tantangan yang akan datang jauh lebih besar dari apapun yang pernah dia hadapi sebelumnya.

Mereka melangkah menuju pintu masuk kuil, dan saat mereka mendekat, pintu kuil terbuka perlahan, seolah-olah menyambut mereka. Cahaya hangat menyinari mereka dari dalam, dan Akiyama merasakan energi yang luar biasa mengalir melalui tubuhnya.

"Akiyama, perjalananmu baru saja dimulai," bisik Shin di belakangnya. "Di tempat ini, kau akan menemukan jawaban tentang Phoenix dan kekuatan yang tersembunyi di dalam dirimu."

Akiyama melangkah ke dalam kuil dengan hati yang dipenuhi tekad. Dia tahu bahwa perjalanannya untuk menjadi penguasa kekuatan Phoenix baru saja dimulai, dan dunia bergantung pada seberapa baik dia bisa mengendalikan kekuatan itu.

Namun, di balik semua harapan, Akiyama juga sadar bahwa Zerathos semakin mendekat—dan waktunya hampir habis.

---

Bab ini memperkenalkan perjalanan Akiyama menuju Kuil Api Abadi, tempat di mana dia akan belajar untuk mengendalikan kekuatan Phoenix. Perjalanan ini juga memperkenalkan Serigala Penjaga Hutan dan menciptakan ketegangan baru di sekitar ancaman Zerathos yang terus mendekat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Phoenix Rebirth: The rise of Akiyama    Bab 59: Terbangun dari Mimpi Latihan

    Akiyama perlahan membuka matanya, terbangun dari keheningan yang menyelimutinya. Cahaya matahari pagi menyinari wajahnya dengan lembut, membangunkannya dari tidur yang dalam. Suasana tenang di sekelilingnya memberi kesan seolah ia baru saja kembali dari sebuah perjalanan yang panjang dan melelahkan. Ketika ia berusaha untuk memahami di mana ia berada, ingatan tentang pertarungan terakhirnya dengan sosok kegelapan tiba-tiba menerpa benaknya. Dalam mimpinya, dia merasakan ketegangan, rasa sakit, dan tekanan yang begitu mendalam, seolah-olah ia terjebak dalam pertarungan yang nyata. Dia duduk, merasakan otot-ototnya yang sedikit kaku, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Akiyama merasakan kekuatan yang mengalir dalam dirinya, seolah-olah ada sesuatu yang baru terbangun di dalam jiwanya. Ia mengingat momen ketika ia berhadapan dengan sosok kegelapan itu, pertempuran yang sangat intens dan menantang. Meskipun itu hanya mimpi, pengalaman itu telah memberinya pelajaran berharga te

  • Phoenix Rebirth: The rise of Akiyama    bab 58: pertarungan diambang batas

    Akiyama berdiri tegar, merasakan getaran energi yang melingkupi tubuhnya. Ketika Zerathos menghadapi dirinya dengan tatapan tajam, Akiyama tahu bahwa ini adalah pertarungan yang menentukan. Dengan napas dalam dan hati yang bergetar, dia menyiapkan diri. “Zerathos… aku tidak akan kalah!” teriaknya, suaranya membara penuh keyakinan. Serangan-serangan cepat dan mematikan datang dari Zerathos, tetapi Akiyama merasa lebih fokus. Dia menyadari bahwa kecepatan serangan musuhnya, meskipun luar biasa, kini terasa lebih dapat diprediksi. Perlahan tetapi pasti, dia mulai memahami pola serangan yang tidak pernah bisa dia lihat sebelumnya. Merasakan aliran energi yang mengalir melalui kedua sayapnya, Akiyama mengambil langkah maju, menyongsong serangan dengan penuh keberanian. Zerathos meluncurkan serangan besar dengan gelombang kegelapan yang mengerikan, berusaha menghancurkan Akiyama dalam sekejap. Akiyama, alih-alih mundur, memutuskan untuk menyambut serangan itu. Saat gelombang energi meland

  • Phoenix Rebirth: The rise of Akiyama    Bab 57: Ujian Tanpa Ampun

    Kegelapan menyelimuti arena pertarungan saat Akiyama berdiri dalam kesunyian yang mencekam. Dia merasakan kehadiran yang mengerikan, seolah angin malam membawa aroma kematian. Jantungnya berdebar kencang ketika sosok tinggi menjulang muncul dari bayangan, siluetnya mengancam dan menakutkan. Sebuah cahaya hitam menyala dari tubuhnya, memancarkan aura kegelapan yang begitu kuat sehingga membuat Akiyama merinding. "Zerathos...?! Ini tidak mungkin!!" teriak Akiyama, suaranya dipenuhi ketakutan dan keraguan. Kenangan masa lalu menyergapnya—kenangan akan kekalahan yang menyakitkan dan rasa sakit yang tak pernah ia lupakan. Zerathos tersenyum lebar, senyuman yang penuh sarkasme dan kekejaman. "Haha, akhirnya aku akan melenyapkanmu," katanya dengan suara menggoda, penuh keangkuhan dan penghinaan. Serangan pertama datang begitu cepat, membuat Akiyama tidak siap. Energi gelap meluncur deras, memukulnya dengan keras hingga tubuhnya terlempar ke tanah. Rasa sakit mengalir dari punggungnya,

  • Phoenix Rebirth: The rise of Akiyama    Bab 56: Serangan Api Halilintar

    Di dalam alam mimpi yang membara, Akiyama merasakan kekuatan Phoenix yang mengalir dalam dirinya. Setiap saat, cahaya yang bersinar di sekelilingnya memantulkan harapan dan keinginan untuk menguasai kekuatan baru. Hari ini, dia bersiap untuk tantangan yang jauh lebih berat: Serangan Api Halilintar. Dengan tekad membara, Akiyama tahu bahwa pelatihan ini tidak hanya akan menguji batas fisik dan mentalnya, tetapi juga menguji keberaniannya. Ketika dia berdiri di tengah langit yang bergemuruh, suasana di sekelilingnya berubah menjadi lebih dramatis. Angin kencang berhembus, menciptakan suara gemuruh yang menggetarkan. Phoenix muncul di hadapannya, sosoknya berkilau dengan nyala api yang berwarna emas dan merah, memberikan energi yang terasa membara. "Akiyama, hari ini kita akan menjelajahi kekuatan petir dan api dalam bentuk paling murni. Ini adalah Serangan Api Halilintar. Kekuatan ini mampu menghancurkan musuh dengan ledakan yang bisa merobek langit." "Aku siap, Phoenix! Apa yang perl

  • Phoenix Rebirth: The rise of Akiyama    Bab 55: Serangan Seribu Tombak Api

    Akiyama terbangun di dalam alam mimpi yang memancarkan cahaya keemasan, seolah-olah dunia ini diciptakan dari api dan cahaya. Di sekelilingnya, pemandangan yang megah menyambutnya: langit berwarna merah menyala dengan awan yang berkilau seperti bara api, menciptakan suasana magis yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Di tempat ini, dia merasakan kehadiran Phoenix yang membimbingnya, siap untuk mengajarinya kekuatan yang lebih besar. Saat Akiyama melangkah maju, sosok Phoenix muncul di hadapannya, dengan sayap yang megah dan mata yang berkilau. "Selamat datang di alam mimpi, Akiyama. Di sini, aku akan mengajarkanmu cara menguasai kekuatanmu," ujar Phoenix dengan suara yang lembut namun tegas. "Hari ini, kita akan mulai dengan Serangan Seribu Tombak Api." Mendengar hal itu, Akiyama merasakan getaran semangat dalam dirinya. "Seribu Tombak Api? Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya penuh antusias. "Untuk memanggil kekuatan ini, kau harus terhubung dengan energi dalam dirimu. Fokus

  • Phoenix Rebirth: The rise of Akiyama    Bab 54: Jalan Menuju Pengendalian

    Bab 54: Jalan Menuju Pengendalian Akiyama membuka matanya perlahan, cahaya pagi menembus celah-celah pepohonan, memberikan kehangatan yang menyegarkan. Rasa berat di tubuhnya mulai menghilang, dan saat dia mengangkat kepalanya, dia merasakan permukaan tanah yang keras di bawahnya. Dengan suara serak, dia berusaha untuk berdiri, menyadari bahwa semua yang baru saja terjadi hanyalah sebuah mimpi buruk—atau mungkin tidak. “Yumi? Shin?” Akiyama memanggil, suaranya masih tersisa gema kelelahan. Dia berusaha mengingat semua yang terjadi, pertarungan melawan kegelapan, kemunculan sayap api, dan kekuatan yang hampir tak terkendali. “Akiyama! Kau sadar?” Suara Yumi terdengar penuh kelegaan saat dia muncul dari balik semak-semak, diikuti Shin yang tampak cemas. Mereka berlari menghampiri Akiyama, wajah mereka mencerminkan rasa khawatir yang mendalam. “Aku… aku baik-baik saja,” Akiyama menjawab, meskipun ia merasakan sisa-sisa energi yang mengalir dalam dirinya. “Tetapi, apa yang terjadi? Ap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status