Share

Berakhir sudah

Author: Gray
last update Last Updated: 2025-10-04 21:10:25

Pukulan demi pukulan menghantam tubuhku tanpa henti, seperti badai yang tak kunjung reda. Setiap hantaman yang mendarat membuatku semakin pasrah, seolah hidup ini benar-benar akan segera berakhir. Tubuhku tak lagi mampu melawan; aku hanyalah boneka ringkih yang menunggu kapan segalanya selesai. Wajahku yang telah bersimbah darah terasa panas dan perih, pandanganku berkunang-kunang hingga dunia di sekitarku tampak buram. Kesadaran nyaris meninggalkan tubuhku, seperti nyala lilin yang tinggal menunggu hembusan terakhir.

Kali ini, sebuah pukulan keras mendarat telak di perutku. Rasa sakitnya menyesakkan, membuat napasku terputus-putus dan dadaku seakan diremas dari dalam. Aku mencoba menarik udara, namun hanya suara serak bercampur darah yang keluar. Darah segar mengalir dari sudut bibirku, meninggalkan rasa logam yang getir dan pahit. Dunia di sekitarku perlahan menggelap, setiap detik yang berlalu adalah perjuangan terakhir untuk bertahan hidup.

“Mati kau!”

Dengan geraman penuh amar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pilihan Untuk Menjadi Baik   orang yang berani berbicara padaku

    Setelah aku membawa gadis itu ke ruangan UKS, sesegera mungkin aku mencari obat yang ada di kotak P3K. Aku kurang paham bagaimana cara mengobati luka, tetapi aku ingat beberapa orang yang pernah mengobati luka. "Oh benar, aku harus menggunakan es batu," ucapku pelan setelah teringat cara mengatasi kaki terkilir. Menggunakan es batu pasti akan meredakan rasa nyeri yang ada. Gadis itu sedari tadi hanya diam tanpa berbicara sepatah kata pun setelah kugendong paksa kemari. Tapi aku berpura-pura tidak melihatnya saat ia mencuri-curi pandang ke arahku. Karena di ruangan ini tidak ada es, aku berencana mencarinya di kantin sekolah untuk mendapatkannya. Aku akan meninggalkannya sebentar di ruangan ini. "Hei... mau ke mana kau?" Aku menoleh sedikit ke arahnya. "Ada hal yang perlu kuambil. Jangan ke mana-mana." Namun sebelum aku meraih gagang pintu, dia kembali berteriak dengan nada yang tinggi. "A-Aku! Akan melaporkan dirimu jika macam-macam denganku!" serunya. Dia bahkan memegangi bagia

  • Pilihan Untuk Menjadi Baik   Pandangan pertama

    Aku segera mengambil tas yang berada di atas meja dan buru-buru untuk segera keluar dari kelas yang sangat sunyi meski kekesalan masih tersisa di dalam diriku. Siapa sangka hari ini hari cuti bersama, pantas saja aku tidak melihat orang-orang yang sibuk ingin berangkat kerja. tapi pemandangan itu malah di gantikan oleh pemandangan Kakek-kakek aneh yang membuatku jengkel. setiap lorong demi lorong yang sunyi hanya di isi oleh suara langkah kakiku yang menggema di sepanjang lantai. dalam hati aku ingin menghajar bocah itu karena telah berani menipuku setelah kesabaran yang kucurahkan ini sangat luas. "menyebalkan... apa gak ada hal yang menarik gitu?" ucapku untuk memecah keheningan di sepanjang lorong. aku pun berbelok di persimpangan lorong yang cukup gelap— Brukk!!! "aduhhh!'" aku agar sedikit terpental saat menabrak sesuatu hal yang tidak terduga. saat pandanganku teralihkan, seorang gadis cantik nan anggun berambut hitam yang berkilau saat terkena sedikit sedikit cahaya m

  • Pilihan Untuk Menjadi Baik   Aku Terlalu Bodoh

    Pagi itu seperti biasa, aku berangkat kesekolah pagi-pagi sekali karena jaraknya lumayan jauh. Karena ini kesempatan terakhir aku bersekolah aku merasa tidak pantas jika menyia-nyiakan usaha yang telah di lakukan oleh paman dan bibiku. ‎ ‎Saat ini di halte bus terasa sangat sepi, hanya ada diriku yang berdiri setia menunggu bus datang dari arah timur. Biasanya setiap hari aku selalu melihat halte ini ramai di penuhi orang-orang yang sibuk menggapai masadepan mereka. ‎ ‎Aku menoleh ke arah timur berharap bus segera muncul. di sisi lain aku mencoba memainkan ponsel baru yang di berikan oleh Lia. dia memberikan ini dengan alasan bahwa aku akan selalu di awasi olehnya. yahh... meski diriku yang bodoh ini kurang paham untuk menggunakan semacam teknologi. saat aku terlalu fokus cara mengirim pesan kepada seseorang—bus berukuran sedang sudah berhenti di depanku. "tiba-tiba banget udah didepanku." aku segera naik kedalam bus dan mencari tempat duduk yang serasa nyaman untukku. a

  • Pilihan Untuk Menjadi Baik   3 Minggu setelahnya

    waktu tak terasa setelah 3 Minggu ini telah berlalu. akhirnya luka ku sudah pulih meski belum sepenuhnya. hari ini aku bisa pulang kerumah dan mungkin aku akan melakukan aktivitas yang ringan saja sesuai arahan dari dokter. aku keluar dari gedung rumah sakit dengan perasaan yang lebih ringan, setelah melalui masa-masa yang membosankan itu akhirnya bisa bebas. aku menghirup udara segar dalam-dalam untuk menikmati suasana setelah 3 Minggu terkurung. tetapi di hatiku ada perasaan yang mengganjal. aku bertanya-tanya kemana perginya wanita itu, Marin. dia memang berkata tidak akan bertemu denganku lagi meski menepati janjinya untuk membayar semua biaya perawatan untukku. setelah semua yang telah ku lalui selama ini ternyata ada hal baru yang bisa merubahku secara perlahan. namun aku tidak berani pulang kerumah setelah semua kesalahan yang kuperbuat sebelumnya. aku tidak menyangka jika selama ini yang menemaniku hanya sepupuku. Lia. meski dia selalu mengutarakan kata-kata pedas yan

  • Pilihan Untuk Menjadi Baik   seseorang yang asing bagiku

    pagi itu aku terbangun dengan tubuh yang terasa lebih baik di bandingkan sebelumnya. aku menoleh kearah jendela, pandanganku menembus kaca melihat kearah taman kecil. beberapa anak kecil tampak bermain dengan ceria disana, senyuman dan tawa ria mereka terdengar cukup asing bagiku, tetapi itu adalah hal baru yang membuatku merasa nyaman. saat aku masih terpaku... seorang perawat memasuki kamarku dengan membawa makanan dan kebutuhanku. dia menanyakan tentang kondisiku saat ini. "bagaimana dengan kondisimu sekarang? apa ada hal lain yang menganggu tubuhmu?' tanyanya dengan suara lemah lembut. "sudah agak mendingan,"sahutku datar, namun saat aku melihat wajahnya. ada hal yang sebelumnya tidak pernah kulihat semasa aku masih hidup sebagai seseorang yang kelewatan. aku tahu jika pemulihanku akan membutuhkan waktu yang lama, tapi aku penasaran berapa lama kira-kira agar diriku bisa masuk kesekolah. "berapa lama lukaku bisa sembuh total?" "umumnya jika kau mengalami parah tulang aka

  • Pilihan Untuk Menjadi Baik   pemulihan

    saat mataku hampir terpejam... terdengar suara teriakan dari luar ruangan. suara orang itu rasanya sangat familiar di telingaku.brukk!pintu terbuka. aku menoleh, seseorang yang sudah sangat kukenal berdiri di ambang pintu. raut wajahnya menunjukan kekhawatiran yang terlihat sangat jelas."Fray! kamu baik-baik saja kan nak!" bibiku terlihat sangat panik saat melihat langsung kondisiku saat ini. seharusnya dirinya tidak perlu repot-repot datang menjengukku.meski ada rasa bersalah yang masih menggantung di hatiku aku berkata,"Aku baik-baik saja kok." Namun aku tidak melihat wajah paman disini, biasanya dia akan selalu mengurus orang idiot seperti ini meski sudah melakukan perbuatan di luar batas."Apa paman tidak datang?" tanyaku lirih, tenggorokanku terasa sedikit sakit, tetapi ini tidak seberapa jika di bandingkan dengan rasa sakit yang telah kuberikan kepada mereka.bibiku terlihat tampak ragu saat ingin menjawab pertanyaan dariku. "kemarin pihak sekolah memanggil pamanmu karena ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status