"Bawa aku ke hotel sekarang. Cepat!"
"Aku turuti keinginanmu. Akan kuberikan apa yang kamu mau, Ly!"Satu potong ingatan panas itu membuat tangan yang sedang membawa secangkir berisi kopi cappucino panas, tiba-tiba terlepas.Ceceran kristal bening dan cairan hitam kopi terburai di lantai. Ujung celana kain kerja berwarna peach juga ikut ternoda oleh percikan hitam kopi. Seperti noda tak kasat mata yang tertinggal di tubuhku pasca one night stand yang memporak-porandakan hidupku.Kejadian tiga bulan silam itu selalu menghantui hidupku. Dan selalu kurahasiakan pada siapapun kecuali pada Tuhan. Ia tahu sekali jika aku melakukan itu di bawah alam sadar.Aku enggan membuat kopi lagi kemudian kembali ke kubikel untuk melanjutkan pekerjaan."Ly, kayaknya kita nggak bisa pulang bareng," itu suara tunanganku, Ishak.Lelaki dewasa dan baik hati yang usinya terpaut tujuh tahun dariku."Kenapa, Shak? Kamu lembur?""Ada sidak jadi aku harus standby. Sorry ya, sayang. Nggak apa-apa kan kamu pulang sendiri?"Maklum dia seorang manajer pemasaran yang memiliki peran penting di perusahaannya."Oke, Shak. I love you.""Love you too."Dua tahun menjalin cinta, rasanya cukup bagiku dan Ishak untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Meski tiga bulan lalu, aku mengkhianati ikatan pertunangan kami secara tidak sengaja.Pesan dari Mama : Buruan pulang, Lilyah! Calon mertuamu marah-marah di rumah!Setelah membaca pesan itu, hatiku bingung tak karuan dan meminta pada abang ojol untuk memacu motornya lebih kencang. Tanpa membersihkan diri lebih dulu, Mama langsung menyeretku dengan terburu-buru ke ruang tamu.Sofa ruang tamu diisi Papa dan calon kedua mertuaku yang memasang wajah kesal yang teramat.Ya Tuhan? Apa ada ini? Firasatku tidak enak."Malam, Om, Tante," sapaku sopan.Bukannya menjawab, keduanya justru membuang muka. Papa pun melakukan hal yang sama. Mengapa mereka begini?Lalu Mama kembali menarik paksa tanganku agar duduk di dekat Papa. Kemudian beberapa lembar foto dilempar ke wajahku secara bersamaan."Kasih kami jawaban atas perbuatan binalmu itu, Lilyah!" bentak Papa dengan suara lantang.Mataku menatap tiga foto yang tergeletak tepat di bawah kaki. Sebuah foto yang menunjukkan bahwa aku sedang tidak memakai busana di atas ranjang dengan gaya menjijikkan. Kemudian satu foto lagi menunjukkan aku tengah bercinta dengan seorang pria.Pria yang selama satu bulan ini terus kucari namun tidak pernah bisa kuingat dengan baik rupa wajahnya. Dan foto itu hanya menunjukkan punggung tubuhnya yang putih mulus dengan aku berada dibawah kendalinya dengan membuka kedua paha lebar-lebar."Lilyah! Jawab! Apa benar perempuan di foto itu kamu?!" Papa kembali membentakkuRasanya lidahku kelu untuk mengakui segalanya. Belum lagi tatapan jijik kedua calon mertuaku yang seakan-akan memandang rendah diriku.Kini, aku tidak bisa mengelak lagi. Tapi aku juga tidak ingin nasib tanggal pernikahanku dengan Ishak harus diakhiri."Ma, Pa, Om, Tante, aku bisa jelasin ini semua. Tolong kalian jangan marah dulu," aku berusaha menenangkan."Dijelaskan apa lagi, Ly?! Jangan bilang itu editan orang iseng?!" calon ibu mertua berucap marah.Wanita yang selama ini kukenal begitu baik dan lembut, berubah begitu garang bak induk betina yang siap mematuk siapa saja yang mengganggu anaknya."Lilyah, Papa kecewa sama kamu! Kamu mencoreng nama baik keluarga dengan melakukan hubungan terlarang bersama pria lain dibelakang Ishak! Dimana otakmu, Ly?!"Papa menggunakan tangannya untuk mendorong kepalaku ke belakang hingga tubuhku terhuyung ke punggung sofa."Pa, tenang! Tenang!" Mama menahan Papa yang akan kembali menyerangku."Tenang katamu?! Aku merasa dia bukan anakku lagi! Aku nggak pernah ngasih didikan kurang ajar kayak wanita murahan! Wajah cantiknya itu ternyata neraka dunia paling nyata!"Aku memberanikan diri membuka suara dengan hati hancur."Itu memang aku! Aku melakukan kesalahan besar! Tapi dengerin penjelasanku dulu! Itu aku dijebak! Demi Tuhan, aku nggak pernah punya niatan mengkhianati Ishak! Dia lelaki idamanku dan aku nggak mau kehilangan dia!""Ini murni karena kecelakaan! Aku dibawah kontrol bawah sadar! Tapi percayalah, aku udah bertobat sejadi-jadinya dan memohon ampun pada Tuhan agar aib ini tidak membuat pernikahan impianku dengan Ishak harus berakhir!"Aku berdiri kemudian bersimpuh di hadapan calon ibu mertua yang memasang wajah jijik."Tante, Om, tolong, maafin aku. Demi Tuhan, ini murni bukan kesalahan yang disengaja," ucapku dengan tangis yang tak terbendung."Sekarang kamu bilang itu kesalahan yang nggak disengaja karena kamu emang mau dapat enaknya aja! Bisa tidur sama yang lain tapi tetep pengen nikah sama Ishak! Kamu benar-benar nggak punya hati nurani, Ly!""Aku bisa buktiin, Tante. Kalau aku emang dijebak. Itu bukan aku. Sumpah demi Tuhan! Aku nggak mungkin mengkhianati Ishak dengan lelaki lain. Aku sangat mencintai Ishak. Tolong jangan batalkan penikahan kami.”“Kamu pikir kami ini orang tua yang nggak bisa bedain mana perempuan baik-baik, mana perempuan nakal, heh?! Minggir! Jangan sentuh tanganku! Najis!”
“Demi Tuhan, Tante. Aku dijebak. Aku janji akan buktikan semuanya. Tapi jangan pisahin aku dari Ishak.”
“Tanpa aku minta pun Ishak pasti bisa mikir buat apa nerusin hubungan sama perempuan nggak bermartabat kayak kamu!”
Beragam bujuk rayu kulontarkan pada mereka agar memberi maaf dan tidak membatalkan rencana pernikahanku dengan Ishak. Hingga calon ayah mertuaku membuka suara."Kalau maaf yang kamu butuhkan, kami akan memaafkan kamu, Ly."Hatiku berbungah mendengar pengampunan yang diberikan calon papa mertua. Hingga senyum kelegaan terbit dari bibirku.
"Apa itu artinya pernikahanku dengan Ishak tetap berlanjut, Om?"
enjoy reading ...
"Perempuan nggak punya malu kamu, Ly! Udah kotor, masih juga ngotot pengen dinikahi Ishak! Anakku itu lelaki bermartabat! Cocoknya sama perempuan baik-baik yang nggak mudah main gila kayak kamu!" bentakan calon ibu mertua menggema di dalam ruang tamu rumah keluargaku dengan telunjuk mengarah padaku. Wajahnya menyiratkan kemarahan yang tak termaafkan hingga kedua bola matanya membulat sempurna dengan alis terangkat tinggi.Ya, ibu mana yang mengizinkan anak lelakinya menikahi perempuan ternoda sepertiku meski pada kenyataannya aku adalah korban. Siapapun orang tua, pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Apapun itu persoalannya. "Tapi, Tante, aku berani sumpah kalau aku dijebak! Aku berusaha mengingat semuanya dan nyari tahu siapa lelaki itu. Tapi aku nggak ingat apapun.""Wajar kamu nggak ingat! Karena saking enaknya. Ya ‘kan?!" ucapnya sinis dengan mata menatapku nyalang."Sumpah demi Tuhan, Tante. Aku nggak bohong!" Calon ibu mertua mengangkat fotoku tinggi-tinggi, "Lalu fo
Keesokan harinya setelah aku pulang bekerja, rumah masih sama panasnya dengan cuaca musim kemarau. Bahkan panasnya bisa mengiris kulit tubuhku namun aku berusaha menebalkan telinga. Memangnya dimana lagi aku akan tinggal selain di ruamh ini? "Kenapa dia masih tidur di rumah ini?!""Paa, Lilyah itu anakmu! Kalau kamu ngusir dia, mau tidur dimana malam-malam begini?""Apa kamu lupa? Kalau anakmu itu perempuan nakal?! Harusnya kamu nggak perlu khawatir dia bakal kenapa-napa karena dia udah akrab sama yang namanya dunia malam!""Hati-hati kalau berucap, Paa! Lilyah itu anakmu!""Kalau dia bukan perempuan nakal, dia nggak bakal tidur sama lelaki lain padahal sebentar lagi mau menikah! Itu namanya perempuan yang nggak bisa menjaga harga dirinya!"Kedua orang tuaku masih saja berdebat soal terungkapnya foto-foto terlaknatku dengan lelaki misterius itu. Entah siapa pengirimnya, aku dan Mama tidak tahu menahu soal itu. "Asal kamu tahu ya, Ma. Foto Lilyah ikut tersebar di grup dasawisma peruma
"Perempuan murahan? Apa maksudmu, Ly?" Ishak bertanya dengan kening berkerut dalam. Dengan air mata yang seakan tidak mau berhenti membasahi pipi, aku kembali membuka suara. "Shak, aku udah nggak virgin lagi." Seketika wajah Ishak berubah terkejut, "Ly, aku nggak ngerti apa maksudmu." Baiklah, ini artinya Ishak meminta penjelasan utuh dariku. Dan sesuai keinginan kedua orang tuanya, aku harus membatalkan pernikahan kami karena aku yang memilih mundur. Meski ada desakan dari kedua orang tuanya di dalam pembatalan ini yang tidak boleh kuutarakan pada Ishak. "Shak, aku nggak bisa menjaga kehomatanku untuk kamu. Aku ... aku udah nggak suci lagi. Aku ... kotor," usai berucap demikian tangisku makin tergugu. Bertepatan dengan itu Ishak menarik tangannya cepat dari genggaman kedua tanganku. Persis ketika malaikat pencabut nyawa menarik jiwa seorang anak manusia dari raganya. "Kamu mengkhianati hubungan kita? Atau ada seseorang yang memaksa kamu berkhianat dariku?" Andai aku bisa memb
"Kalau kamu ada masalah di rumah, jangan dibawa ke kantor, Lilyah! Karena kami tidak menggaji karyawati yang tidak profesional sama sekal! Kami butuh karyawati yang siap bekerja!" "Maafkan saya, Bu." Atasanku memberi peringatan tegas karena dua hari ini aku terlambat masuk kantor dan beberapa komplain calon penumpang maskapai yang kutangani tidak terselesaikan dengan baik. Akhirnya mereka mengirim surat elektronik yang sialnya langsung terhubungan dengan atasanku, Bu Dira. "Sekali lagi kamu tidak becus bekerja, silahkan kirim surat pengunduran dirimu ke bagian HRD!" Usai mendapat teguran, aku kembali ke kubikel dengan wajah tidak ceria sama sekali. Masalah yang menghampiri belakangan ini membuatku tidak memiliki gairah untuk melanjutkan hidup. Sudah kehilangan kehormatan, kehilangan calon suami, dibenci keluarga, menjadi bahan gunjingan tetangga, dan kini tidak bekerja dengan baik. Setelah seharian memaksa diri dan hati untuk bekerja, akhirnya aku kembali pulang dengan sesak di
"Ada, Paa. Aku bisa cariin laki-laki yang bisa diajak kompromi. Temanku kan banyak." Papa menatap Mama sejenak kemudian kembali menatap Vela. Beliau bimbang harus memutuskan apa karena foto syurku terlanjur diketahui warga perumahan. "Apa dengan dia menikah dengan lelaki sembarangan itu, nama baik kita bisa berubah bersih?" tanya Papa pada Vela. "Ya kan seenggaknya, tetangga mikirnya kalau Kak Lily tuh udah tidur sama lelaki yang menikahi dia. Lumrah kan, Paa.""Lalu, apa harus pakai acara resepsi juga?" "Ya nggak usah lah, Paa. Namanya juga married by accident. Yang penting cepet menikah sebelum ketahuan hamil duluan. Masih untung undangannya sama Kak Ishak belum kesebar." Bagaimana bisa Vela begitu enteng membahas hal ini bersama Papa dihadapanku. Bahkan apapun yang mereka putuskan dan bicarakan, aku sama sekali tidak mampu untuk menyahuti. Selelah itulah raga dan jiwaku ini."Hamil duluan katamu?" "Ya mana kutahu, Paa.""Seenggaknya, Lily jangan diusir dari rumah ini. Dia pun
"Panggil aja anakmu itu!" Papa berucap dengan nada sedikit membentak. "Kalau Papa nggak mau bilang tamu itu siapa, lebih baik Lilyah tetap di kamar!" Mama juga tidak mau kalah berargumen dengan Papa. Kemudian Papa menghela nafas kasar sambil berkacak pinggang. Ekspresi wajahnya terlihat menahan emosi yang teramat karena selalu dihadapkan dengan pertengkaran bersama Mama. "Dia ---""Pa, anaknya udah aku persilahkan duduk," Vela menyela obrolan Mama dan Papa dengan wajah sumringah dan bahagiaAdikku telah berubah dengan tidak lagi bersikap manis itu justru bertindak sebagai angin yang terus berhembus di ladang hati Papa yang tengah terbakar. Akibatnya usahaku dan Mama menaburkan air yang tidak seberapa untuk meredam amarah Papa, tidak sepenuhnya berhasil. Alih-alih justru gagal. "Suruh anakmu keluar!"Hanya itu yang Papa katakan lalu aku kembali luruh ke lantai dengan kepala yang masih berdenyut nyeri. Tidak lama kemudian, Mama mengetuk kamarku. Beliau menyuruhku untuk memakai baju
Siapa bilang Lois itu tampan?Jika ada yang bilang dia tampan, mungkin itu adalah kucing betina yang benar-benar buruk rupa hingga tidak ada kucing jantan yang sudi mengajaknya berkencan. Oh ayolah ... Lois, si lelaki yang berprofesi sebagai seniman recehan dengan pendapatan pas-pasan ditunjang dengan wajah yang tidak rupawan. Dia memiliki model rambut yang disisir ke belakang dengan gel murahan, kaos hitam setengah pudar yang dibungkus dengan kemeja flanel biru abu-abu usang dan celana jeans belel yang mulai kelihatan tidak layak dikenakan.Seriuskah Papa akan menghancurkan masa depanku dengan menikahkanku dengannya?! Garis wajahnya sangat minimal sekali, hanya hidung saja yang mancung. Selebihnya dia tidak memiliki daya tarik apapun dan aku berani jamin jika dia berasal dari keluarga yang kastanya lebih rendah dari pada keluargaku. Ini mimpi buruk!Bahkan dia sama sekali tidak jauh lebih baik seujung kuku Ishak. Tunangan yang harus kulepaskan secara paksa karena kebodohanku. Mu
Saat aku hanya diam menatap tangan Lois yang terulur padaku, dengan cepat Mama mengulurkan tangan kananku untuk meraih tangannya. Dengan setengah terkejut, aku menuruti apa yang sudah Mama lakukan. Pasalnya, keinginan untuk mengabaikan pernikahan ini lalu pergi meninggalkan Lois di tengah-tengah acara sudah membayangi pikiranku. Tapi, karena ulah Mama, akhirnya aku menerima tangan Lois lalu menciumnya sekilas dihadapan para petugas agama yang menikahkan kami dan siapa saja yang datang. Setelahnya, aku segera melepas tangan Lois dan ia hanya tersenyum tipis dengan bentuk lengkungan yang membuatku berpikir jika ia sedang menikmati betapa tersiksanya aku melakukan hal ini. Ketika dia datang seperti pahlawan kesiangan yang benar-benar nyata untukku, ingin rasanya satu waktu nanti giliranku yang akan menertawakannya balik. Tunggu saja, Lois!"Pengantin perempuannya masih syok ya kalau udah nikah," ucap petugas urusan agama. "I ... iya, Pak," jawab Mama dengan senyum terpaksanya. Lalu