Share

Bab 3

Penulis: HERI_NAYALBIL
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-16 17:45:50

Arumi menunjukkan sebuah celana dalam yang kelihatan berdarah. Aku menggeleng, begitu juga dengan Mas Lian, ia menarik pengelangan tanganku lagi.

"Ini bisa diakalin, Arumi, kamu sungguh keterlaluan!" Mas Lian yang menjawab dengan tegas. "Ay, tolong jangan percaya orang lain, aku ini suamimu, tentu kamu sendiri lebih tahu sifatku, tiga tahun bukan waktu sebentar, Ay," lirih Mas Lian.

Aku belum percaya pada Arumi, benar kata Mas Lian, tapi Arumi mengatakan hal itu disertai bukti. Akhirnya aku coba memeriksa sprei yang ditutup oleh selimut.

Dadaku sakit, sesak seketika membuktikan bahwa ada cairan sperm4 di atas sprei. Aku memeriksanya sendiri. Di hadapanku, sprei yang dikhususkan untuk tamu itu baru saja aku ganti kemarin, jadi tahu betul tidak ada apa-apa di atasnya, cairan itu pun terlihat baru.

"Ini pasti milik orang lain, Ay." Mas Lian masih saja menyanggahnya.

Aku tidak mau berdebat atau mendengar pembelaan dari Mas Lian lagi. Kaki ini sudah sangat lemas menghadapi kenyataan ini. Sahabat yang selalu aku puji kebaikannya, kini malah menikam dan menghancurkan rumah tangga yang selama ini selalu harmonis dan penuh canda.

Kemudian, aku bergegas ke kamar, mengemasi baju untuk kubawa pulang. Ya, aku putuskan pergi dari sini dan melepaskan Mas Lian.

Mas Lian menyusulku, lengan ini ditarik dan tubuhku diputar ke arahnya. Kini kami saling berhadapan, matanya menyorotiku penuh, kedua telapak tangannya berada di pipiku.

"Ay, aku sayang kamu, nggak mungkin melakukannya dengan Arumi, aku tidak punya perasaan apa-apa padanya, percayalah," lirihnya memohon.

Air mata jatuh begitu saja, ketika orang yang ada di hadapanku membujuk, sekelebat teringat masa indah kami berdua. Rasanya tidak pernah membayangkan ini akan menimpa keluarga kecilku.

Katanya Mas Lian menerima kekuranganku yang belum bisa memberikan keturunan, tapi kenyataannya, Mas Lian tampaknya sudah bosan menunggu kehadiran sang buah hati.

"Selamat ya, Mas. Sebentar lagi bakal punya anak meskipun hasil zina," sindirku kesal.

"Ya Allah, Ay, aku nggak melakukan itu, kira cek ke dokter ya, bisa kok," bujuk Mas Lian.

"Tadi udah lihat ada cairan, noda peraw4n Arumi juga sebagai bukti, kamu tidak bisa mengelak, Mas. Udah akui aja, ceraikan aku dan menikah dengan Arumi, aku yakin wanita itu akan hamil dalam waktu dekat ini," timpalku.

Sebenarnya sakit mengatakan itu, tapi ini sudah kejadian. Ya, statusnya yang mengancam akan menjadikan janda seseorang ternyata tertuju untukku, sahabatnya, sahabat dari kecil yang selalu bersama.

Aku menyingkirkan bahunya, lalu tetap melangkah ke arah luar kamar. Namun, ada Arumi dan mamanya tengah berdiri menyunggingkan senyumnya di hadapanku, di ruang tamu.

"Mau pergi, Ay?" Pertanyaan itu dilontarkan Arumi, sungguh wajahnya pun tidak kelihatan merasa bersalah.

Aku hanya diam dan hendak melanjutkan langkah ini. Namun, tiba-tiba suara deru mobil terdengar berhenti di depan rumah. Aku pun berhenti sejenak dan melihat siapa yang datang ke rumah.

"Biar aku yang buka pintu, Ay, itu kedua orang tuaku, tadi aku yang meminta mereka untuk datang ke sini," ucap Mas Lian sambil melangkah ke arah pintu, lalu membuka dan menyambut kedatangan orang tuanya.

Aku segera meraih punggung tangan mereka, senyum pun terpaksa aku layangkan. Sebab, mertuaku sangat baik, tidak pernah menuntut apa-apa dariku, ia menganggap menantu sebagai anaknya sendiri.

"Mau ke mana bawa tas? Lian menghubungi Mama pas kebetulan lagi lewat dekat sini, ada apa sih?" tanya mama mertua. Kemudian ia melirik ke arah Arumi, mertuaku kebetulan juga kenal, karena ia sering ke sini dan kadang berpapasan. "Arumi ada di sini juga? Bu Asri ada kepentingan juga kah dengan anak menantu saya?" cecar Mama Anggi.

Mas Lian menggiring mereka untuk duduk, kedua orang tuanya kini duduk di tengah kami, begitu juga dengan Arumi, wanita itu dijejerkan di sebelahku.

"Mah, Aya marah melihat aku berdua Arumi dalam kondisi polos tidak memakai baju," jelas Mas Lian.

Mata Mama Anggi dan Papa Irfan menyipit seketika.

"Nggak mungkin, Papa tahu betul tipe wanita idaman Lian, yaitu kamu, Aya. Di keluarga kami pantang selingkuh!" Kepala Papa Irfan digelengkan sambil menatap Arumi, wanita itu pun sontak mengeluarkan air mata sebagai senjata.

"Om dan Tante boleh mengelak, tapi bukti sudah ada di tanganku, Mas Lian merenggut keperaw4nanku," ucap Arumi dengan disertai isak tangis.

Aku menatapnya sekali lagi, air mata itu, kenapa tiba-tiba mengalir? Bukankah tadi ia sangat bahagia?

"Stop! Sudah cukup, aku mau pulang ke rumah, jujur aku kecewa karena Mama dan Papa telah membela Mas Lian yang telah melakukan zina."

Aku bangkit dan menenteng tas yang sudah berisikan baju. Namun, tiba-tiba saja ponsel genggam Mas Lian berdering. Ia langsung mengangkat telepon sambil menghadangku.

"Halo, buruan ke sini, katanya elu punya bukti, jangan sampai rumah tangga gue berantakan gara-gara elu nggak datang," ucap Mas Lian.

Siapa barusan yang katanya memiliki bukti? Anehnya Arumi pun sontak berdiri ketika Mas Lian bicara seperti itu di telepon.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
apakah Aya tdk berfikir setelah mkn kue pemberian Arumi tiba2 dia lgsung tertidur..seharusX selidiki dlu lah...jgn lgsung minta cerai...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pria Incaran Sahabatku itu, Suamiku   Bab 19

    "Ya sudah, bagaimana jika kita buktikan ke dokter saja," ajak Mas Lian. "Oke, kalau pemeriksaan terbukti bahwa kamu mendapatkan obat perangsang, aku takkan mau melanjutkan pernikahan kita Mas." Sebuah tantangan yang mengejutkan, mata Mas Lian terbuka lebar."Aku tidak tahu apa yang aku rasakan semalam, Aya. Kenapa kamu tidak memahami itu? Seharusnya kamu mengerti dengan kondisi ini." Aku tahu ini bukan kehendaknya. Rasanya jijik jika harus berhubungan lagi dengan pria yang sudah menyetubuhi perempuan lain. Meskipun dalam kondisi tidak sadar.Akhirnya kami bergegas ke rumah sakit. Keaslian sudah mendapatkan izin dari atasannya. Ini semua demi menjelaskan dan membuktikan padaku."Sebenarnya tidak habis pikir, hanya nila setitik kamu harus mengorbankan rumah tangga yang telah lama kita bina." Mas Lian bicara sambil mengendalikan mobil.Sementara aku, yang duduk di sebelahnya hanya menoleh, menatap Mas Lian yang tengah mengendalikan mobilnya."Aku nggak tahu, Mas. Rasanya nggak kuat teru

  • Pria Incaran Sahabatku itu, Suamiku   Bab 18

    "Aku nggak tahu, Ay. Tiba-tiba saja saat aku menunggumu di sini ada yang menyekap aku. Mendadak dan cepat sekali kejadiannya," terang Mas Lian.Aku sedikit kecewa. Mata ini berair ketika ia bicara seperti itu."Tiba-tiba kamu tengah tidur berdua dengan Mita, Mas? Bagaimana bisa aku percaya kalau itu bohong atau rekayasa?" Ada ditekan aku bicara kepadanya.Mas Lian memang tidak pernah berbohong, kenyataan juga telah membuktikan bahwa ia sering ditipu oleh orang. Lantas jika ia mengakui bahwa foto itu tengah melakukan hubungan suami istri aku mau bilang apa?"Aku juga nggak tahu soal itu, Ay, tolong jangan cecar aku. Bolehkah kita berpikir dulu, jujur aja aku shock," timpal Mas Lian."Tadi cukup lama Mas, tapi antara hilangnya kamu dengan foto tersebut itu hanya berbeda kisaran hitungan menit, kalau boleh tahu kamu itu berada di mana?" tanyaku padanya.Mas Lian terdiam ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan."Aku nggak tahu, aku pusing!" Suamiku mengeluh dan memegang kepalanya

  • Pria Incaran Sahabatku itu, Suamiku   Bab 17

    Foto itu ternyata Mas Lian dengan Mita, mereka datang tidur berdua setengah telanjang. Aku terkesiap melihatnya, berkali-kali mata ini aku tapi tidak berubah fotonya. Ini foto asli bukan settingan. Sebab di bawahnya ada foto Mili tengah selfie diantara keduanya. Mily adalah anak yang diberitakan buah cinta dari Mas Lian dan Mita.Aku menghela napas kasar. Berusaha tenang tapi aku rasa tidak perlu. Ini kedua kalinya gosip itu merebak. Tentu bukan bohong namanya jika terjadi dua kali. Aku rasa ini pun bukan settingan, sebab anak itu tengah berfoto di antara keduanya yang berpuasa tiduran telentang dan atasnya tanpa busana.Kenapa mereka tega melakukan itu di depan Mili? Setidaknya jaga sikap di hadapan anak kecil. Anak sekarang sudah begitu pintar, meskipun usianya tergolong balita, tapi menggunakan ponsel tentu sudah sangat lihai."Di mana rumah orang itu? Wanita yang tengah tidur bersama suamiku?" Aku bicara sendirian dan bertanya pada diri sendiri.Aku beranjak dari duduk, Kemudian A

  • Pria Incaran Sahabatku itu, Suamiku   Bab 16

    Aku jadi menyesal karena sudah merajuk darinya. Seharusnya tadi aku bicarakan ini baik-baik jangan seperti anak kecil. Sekarang aku sendiri tidak mengetahui keberadaan Mas Lian.Aku duduk sambil bersandar dan berpikir jernih. Mencari kontak yang bisa dihubungi, siapa tahu Mas Lian pergi ke rumahnya tanpa pamit.Aku tidak memiliki kontak Indri, salah satu teman kantor yang tadi sempat ada di foto. "Bagaimana caranya aku menghubungi Indri?" Aku bicara sendirian sambil mengetukkan jari ke samping sofa. Bibir ini aku gigit seraya cemas memikirkannya. Namun tiba-tiba ada suara orang memberi salam, aku segera membukakan pintu.Setelah membuka pintu lebar-lebar, ternyata Arumi yang datang. Aku mengenyitkan dahi ketika melihat wanita yang pernah mencoba memporak-porandakan rumah tanggaku datang. 'Nyalinya besar juga sampai nekat ke sini di saat aku dan Mas Lian lagi genting,' batinku menggerutu."Aya, kamu baik-baik aja, kan?" Wanita itu perhatian sekali padaku. Sampai rela datang ke rumah da

  • Pria Incaran Sahabatku itu, Suamiku   Bab 15

    "Ulah siapa, Mas?" tanyaku mendesak. Iya terlihat santai dan membasahi bibirnya."Siapa lagi kalau bukan Arumi," jawab Mas Lian. Matanya pun menyorot ke arahku, dengan pandangan menyipit.Aku terkejut mendengarnya, bukan karena nama Arumi yang menjadi tersangka, justru aku kesal dibuatnya karena ternyata sejauh itu hubungan Mas Lian dan Arumi.Sejauh ini aku pikir kami berteman wajar-wajar saja, Mas Lian juga dengan Arumi pikirku saling komunikasi biasa dan mereka tidak terlalu intens. Namun ternyata Arumi tahu cuti suamiku segala, apakah itu tidak mengerikan?"Tadi Arumi justru meyakinkan aku katanya kamu itu nggak mungkin foto dengan wanita lain," sambungku lagi."Bisa aja Arumi pura-pura baik depan kamu, kan sering begitu," sanggah Mas Lian justru berburuk sangka. Jadi apakah kami salah paham? Atau sebenarnya Mas Lian menutupi sesuatu?Aku terdiam lagi masih memikir dua kali apa yang dikatakan Mas Lian. Teringat pengalaman temanku juga, suaminya berselingkuh, selalu saja cari alasa

  • Pria Incaran Sahabatku itu, Suamiku   Ban 14

    Aku menelan ludah, mengatur napas yang sesak di dada supaya lancar kembali."Kamu nggak dengar apa yang tadi aku ucapkan? Pergi dari sini, atau kamu aku teriakin maling!" Mataku memerah saat mengatakan itu padanya. Wanita itu menggendong anaknya, kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop coklat dari tasnya."Ini foto saya dan suamimu, Aya! Permisi!" Wanita yang mengaku bernama Mita itu melempar sebuah amplop coklat ke wajah ini. Kemudian, ia bergegas pergi meninggalkan rumahku.Aku duduk kembali di atas sofa, napas ini masih tak beraturan desahannya. Aku benar-benar shock dengan cerita wanita tadi, dan kini di tanganku ada amplop coklat yang katanya berisi foto mereka.Aku menenangkan diri dulu, setelah itu, barulah menghela nafas dalam-dalam."Aku buka atau buang aja?" Aku meragukan tindakan yang nyaris membuka amplop.Kemudian, tangan ini meletakkan kembali di atas meja, "Ah, nggak dibuka penasaran, dibuka takut sakit hati," ucapku sekali lagi.Bertahun-tahun aku berumah tangga, baru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status