Aku buru-buru meraih hijab instans yang terletak di atas ranjang. Lalu memakainya dengan cepat.
"Kenapa memandangiku seperti itu?" Aku sedikit risih melihat tatapan Arga.
"Kamu kenapa sih? Menutupi rambut indahmu itu dengan hijab. Aku yakin sekali penampilan kamu akan lebih berbeda jika tak menggunakan hijab."
"Aku sudah sedari kecil pakai hijab. Aneh saja rasanya kalau tidak menggunakannya," jawabku sambil duduk di sofa santai yang ada di kamar itu.
"Berarti itu karena paksaan?"
"Bukan, memang dari dulu aku di ajarkan untuk terbiasa berhijab. Namun sekarang, aku merasa hijab ini bagian dari iktiarku untuk menjaga diri. Melindungi diri dari pandangan buruk, seperti pandangan kamu tadi!" ucapku sambil melirik Arga.
"Hahaha... aku kan suamimu, jadi nggak salah dong jika aku bisa melihat rambut indahmu itu?" Aku mengangkat alis saat mendengar ucapan Arga. Emang dia pernah menganggap aku istrinya?
"Nggak salah ngomong ini?" tanyaku balik.
Pagi harinya, setelah sholat subuh, Arga mengajakku jogging di tepi pantai yang terlihat ramai oleh pengunjung. Sambil menikmati keindahan sunrise.Sebagian orang mungkin lebih menyukai pemandangan matahari terbenam di pantai. Tetapi, pemandangan matahari terbit juga tak kalah indahnya. Langit yang gelap perlahan mulai terang karena matahari yang mulai nampak. Bulan yang semula berwarna kuning pelan-pelan menjadi putih lalu akhirnya hilang.Awan bergulung-gulung seakan menyambut datangnya pagi. Udara segar di pagi hari begitu nikmat dan sehat untuk di hirup. Serta ombak yang berdebur menggoda untuk kita ikut serta terjun bermain air.Aku dan Arga berlari-lari kecil sambil menikmati sapuan angin lembut dan udara yang begitu menyegarkan itu."Di sini indah sekali, Mas!" ucapku lirih saat kami berhenti sejenak sambil memandangi deburan ombak. Matahari mulai menampakkan sinar terangnya. Menghangatkan tubuh dan itu sangat menyegarkan."Kalau
Kami segera turun menuju mobil yang akan membawa kami mengelilingi Bali. Aku sudah tidak sabar menjajahi Bali.Tempat pertama yang mereka ajak kami kunjungi adalah desa wisata kintamani. Aku sangat suka dengan keramahan penduduk lokal saat kami berjalan-jalan santai di sana. Arga memaksaku untuk ikut menikmati berendam di kolam air panas dari sumber alami yang terletak di desa Toya Bungkah. Karena tak membawa baju ganti, aku menolak permintaan Arga. Kalau tahu akan ada kolam air panas, pasti aku sudah menyiapkan baju ganti."Ayo, ikutan berendam. Nanti kita beli pakaian saja di sekitar sini, pasti ada kok!" paksa Arga."Jangan, Mas saja yang berendam. Aku main di tepi kolam saja!" tolakku.Arga sangat menikmati aktifitasnya merendam di kolam air panas itu. Dia ternyata membawa baju ganti di dalam tas yang dia bawa. Kenapa dia tidak mengatakan padaku sedari awal?Aku hanya bermain di tepi kolam, sambil menikmati keindahan pemandangan danau Batur. Se
Aku keluar dari kamar mandi setelah berpakaian dan menggunakan hijab instan. Ku lihat Arga masih terlelap, sebentar lagi azan magrib akan berkumandang. Aku memilih duduk di sofa sambil memandang keindahan pantai.Menjelang magrib seperti ini, keramaian di sekitar pantai tak berkurang sedikitpun. Aku mendesah pelan, mencoba berdamai dengan pikiranku. Apapun yang terjadi tadi, tidak sepenuhnya salah Arga. Aku yang tak menolak sentuhan itu hingga membaut Arga melakukan semuanya. Aku hanya berharap Arga bisa mulai mencintaiku juga.Saat azan magrib berkumandang, aku segera berwudhu dan sholat magrib. Saat selesai sholat, aku lihat Arga sudah tidak ada di atas ranjang. Hanya terdengar suara air dari kamar mandi. Ternyata dia sudah bangun.Aku merasa sedikit malu pada Arga. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Dengan cepat aku melipat mukena dan sajadah lalu duduk di sofa menghadap keluar jendela.Arga keluar dari kamar mandi, dengan santainya dia keluar
Aku terpaksa bangkit dan menuju ranjang karena Arga kekeh memaksaku untuk tidur di atas ranjang. Arga tersenyum tipis lalu ikutan berbaring di ranjang. Aku menarik selimut lalu memunggungi Arga. Jantungku serasa berdebar tak karuan. Apa yang harus aku lakukan jika Arga kembali mengulangi kejadian tadi sore? Aku berpura-pura memejamkan mata. Aku harap, Arga tak mengulanginya lagi. Cukup lama, aku tak mendengar gerakan Arga lagi. Aku mencoba membalikkan badan. Ternyata Arga sudah tertidur pulas. Dengan hati-hati aku mendekati Arga. Memperhatikan raut wajahnya yang teduh saat tertidur pulas seperti itu. Aku berharap sekali, setiap waktu bisa melihat wajah teduh itu berada di sampingku.Aku ingin kembali ke posisi semula, setelah puas memandangi wajah Arga. Saat tangan Arga dengan cepat menahan lenganku untuk menjauh sedikit darinya."Jangan menjauh, Susan. Tidurlah di sini!" Arga menarik tubuhku hingga menghimpit dada bidangnya."Jangan, M
Selama di Bali, Tepatnya setelah Arga mendapatkan semuanya dariku, dia seakan berubah menjadi pria yang romantis dan perhatian. Tiap tempat yang kami kunjungi, Arga selalu menggandeng mesra lenganku. Tawa ceria yang selama ini jarang aku dapatkan darinya, semenjak itu semakin sering aku lihat. Arga seakan berubah padaku. Hatiku menjadi berbunga-bunga. Aku merasa makin jatuh cinta padanya hari demi hari. Jangan di tanya bagaimana malam-malam kami berikutnya selama di Bali, sungguh itu adalah malam-malam yang sangat menggairahkan. Arga tak pernah merasa bosan, selalu memintaku untuk memenuhi hasratnya yang selalu berkobar. Aku melayani semua permintaannya dengan senang hati. Bahkan, lingerie yang di hadiahkan Mama pernah aku pakai malam itu, saat dia berucap sangat mesra memintaku untuk menggunakan itu. Walau aku merasa sangat malu, tapi tatapan mesra Arga saat aku menggunakannya sungguh membuatku tak berdaya.Bulan madu yang tak di inginkan Arg
"Jangan, bareng saja!" Arga bangkit dari tempat tidur tanpa menggunakan apapun. Mataku sayu menatap milik Arga yang mengacung sempurna."Mas!" bisikku tak menentu saat Arga mendekati tubuhku lalu membopongku memasuki kamar mandi. "Kamu lihat kan? Dia masih menginginkan itu!" bisik Arga dengan manja di telingaku. Tangannya mengarahkan tanganku untuk menyentuh miliknya yang mengacung sempurna.Aku membelai milik Arga dengan lembut. Mendekatkan miliknya pada organ intim milikku.Arga mendesah tak karuan saat milik kami saling bergesekan."Sayang, sekali lagi ya?" pintanya dengan manja. Akhirnya pagutan liar itu kembali lagi terjadi. Arga seakan tak kehilangan tenaga setelah semalaman melakukan itu denganku.Aku meracau tak karuan saat saat Arga membopong tubuhku lalu menancapkan dengan sempurna miliknya memasuki rongga kewanitaanku. Aku dan Arga sama-sama kembali berpagutan mesra. Melakukannya di dalam kamar man
Aku menangis dalam diam. Memeluk erat guling yang ada di sebelahku. Arga bahkan tak keluar kamar sekalipun sejak dia kembali. Hatiku terasa sangat sedih. Apa lagi yang harus aku lakukan? Untuk membuat Arga benar-benar berpihak kepadaku?Pagi harinya aku terbangun, setelah membersihkan diri dan sholat, aku beranjak ke dapur. Membuatkan sarapan untuk Arga serta bekal makan siang untuknya. Setelah selesai, dengan hati-hati aku memasuki kamar Arga. Arga ternyata masih tertidur pulas. Aku mengambil baju kerja Arga, lalu membawanya keluar untuk di setrika. Saat ingin mengantarkan baju itu ke kamar Arga, ternyata dia sudah bangun. Sambil memegang handphonenya, Arga melirikku sekilas."Kok nyiapin baju kerja hari ini?" tanya Arga dengan heran. Aku heran dengan pertanyaan Arga."Emangnya Mas nggak masuk kerja?" tanyaku dengan heran.Dia tersenyum kecil, lalu bangkit menghampiriku. "Sekarang hari sabtu, mas libur!" bisiknya lembut di tel
Aku mengetuk pintu kamar Arga dengan perasaan campur aduk. Baru saja Mama mertua memintaku dan Arga untuk datang ke rumahnya. Sepertinya dia sudah tau kalau kami sudah kembali dari bulan madu itu."Masuk!" Terdengar suara Arga dari dalam.Aku langsung memegang gagang pintu, saat pintu terbuka. Arga tengah duduk di sofa santai yang ada di kamarnya."Ada apa?" tanyanya langsung tanpa menoleh padaku."Mama telpon, katanya nyuruh kita ke sana sekarang!" "Ya sudah, kamu bersiap saja. Aku mau mandi dulu!" jawabnya.Aku langsung berbalik setelah mendengar jawaban Arga. Langsung menuju kamarku kembali lalu berganti pakaian.Saat keluar kamar, aku lihat Arga sudah duduk di ruang tamu."Cepetan! Besok aku harus masuk kantor. Kita sebentar saja di sana!" ucap Arga dingin."Kalau ke rumah Ummi dan Abah kapan? Aku sudah membelikan mereka oleh-oleh," ucapku sedikit memberanikan diri."Besok saja kamu ke san