Dengan perasaan was-was Kenma memasuki ruangan kerja Rias. Dan benar dugaannya, Rias sudah berada di sana. Duduk di kursi. Dengan kemeja berwarna putih. Kenma menutup pintu secara perlahan. Lalu tersenyum kecil ke arah Rias. Berusaha untuk meredam amarah Rias sebelum perbincangan dimulai, walau Kenma tau usahanya itu akan sia-sia."Ke mari," ujar Rias memberikan isyarat dengan hari telunjuknya."Apakah ada yang salah?" tanya Kenma berpura-pura tidak tau."Apakah kamu yakin menanyakan itu?""Hmm, iya. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun."Rias langsung menarik kerah baju Kenma saat Kenma sudah berdiri tepat di sampingnya. Membuat wajah Kenma dan Rias saat ini sangat berdekatan."Apakah kamu benar-benar tidur dengan wanita lain?" tanya Rias dengan tatapan tajam."Aku akan membunuhmu jika kamu mencoba berbohong," ancam Rias sebelum Kenma memberikan penjelasan."Kami ... berciuman," jawab Kenma dengan perasaan takut."Kenapa?" tanya Rias."Dia dulu yang menciumku. Aku tidak siap sama s
Kenma berjalan santai memasuki area penjara bawah tanah. Terdapat banyak sekali sel tahanan yang ada di sana. Namun hanya ada satu sel tanahan yang diisi.Tak lama sampailah Kenma di hadapan sel tahanan yang terisi. Ia bisa mendapati seorang laki-laki yang sedang diborgol kedua tangannya.Hanya satu orang itu saja yang tersisa. Beberapa orang yang seharusnya ditahan sudah dipindahkan ke sel tahanan umum yang ada di luar istana.Satu-satunya tahanan yang ada di penjara bahwa tanah istana adalah Zhao Wei. Pimpinan kelompok pengedaran barang, obat, dan senjata ilegal."Alpha, aku tidak menyangka bahwa kamu yang akan mengunjungiku," ujar Zhao melihat Kenma."Bisakah kamu mengganti nama panggilan itu? Aku sekarang memiliki identitas baru. Akan sangat merepotkan jika kekaisaran ini tau masa laluku," jawab Kenma duduk di depan sel tahanan Zhao."Tapi menurutku itu nama yang bagus.""Ya. Aku juga berpikiran hal yang sama."Kenma memasukan tangannya melewati celah besi-besi yang ada di hadapan
Kenma kembali ke Kediaman Vermiliion. Masuk ke ruang laboratorium untuk mengambil pistol dan perlengkapannya.Saat ini Kenma sudah menggunakan jaket bomber hitam, topi hitam, celana panjang hitam, dan sarung tangan hitam.Kenma memandang ke koper yang di dalamnya ada pistol, magazine, dan pisau. Untuk sekarang, Kenma bisa mengandalkan satu magazine yang ada. Jika memang itu kurang, maka Kenma akan mengandalkan pisaunya untuk bertarung jarak dekat."Aku tidak akan membawa kalian. Lebih baik kalian kembali ke rumah kalian," ujar Kenma kepada kelima orang yang berdiri di belakangnya.Dazai, Oslo, Jin, Irene, dan Inato. Ya, kelima orang itu muncul saat Kenma sedang mempersiapkan senjatanya. Mereka tidak tau alasan pasti kenapa Kenma bergerak, namun yang pasti sebagai pengawal mereka harus tetap berada di sisi Kenma untuk menjaganya."Apakah kamu pikir kami bisa diam saja saat kamu berniat melakukan hal gila seperti ini? Apa yang sebenarnya membuatmu tiba-tiba saja bergerak?" tanya Irene b
Kenma tidak pergi ke Kerajaan Vesa. Karena ia mendapatkan informasi bahwa Ayane sudah ditangkap oleh orang yang tidak dikenal dan dibawa ke sebuah desa kosong yang letaknya tidak terlalu jauh dari Kerajaan Vesa.Dan, ya, Kenma sudah berada di tempat saat ini. Kenma sudah mendapati salah satu rumah yang sekarang sedang dijaga ketat oleh orang-orang yang kemungkinan memiliki hubungan dengan Nemesis.Kenma membuang bungkus cokelat yang baru saja habis ia makan. Lalu langsung menyerang pertahanan garis depan musuh secara langsung.Kenma melakukan sebuah tembakan. Membuat seluruh penjaga yang ada di luar pun langsung berkumpul dan melakukan tembakan balik.Kenma tersenyum kecil karena mengingat dulu ia pernah terjebak dalam kondisi seperti ini. Yang membedakan adalah dulu ia didukung oleh Flo dan kakak-kakaknya yang lain. Sedangkan kali ini, ia seorang diri.Namun itu tidak ada masalah baginya. Alpha tetaplah seorang Alpha. Dan itu ia tunjukkan dengan cara menghabisi garis depan lawan seor
Kenma adalah permata sekaligus racun untuk Nemesis. Kenma akan sangat berguna jika seandainya ingin bergabung dan patuh atas seluruh perintah atasan Nemesis, sama seperti Flo. Namun terlalu bodoh jika para anggota Nemesis berpikir bahwa saat itu akan datang. Karena mau sampai kapan pun juga, Kenma akan selalu bersebrangan dengan Nemesis.Jauh di dalam hati Kenma, laki-laki itu menyimpan kebencian terhadap kekaisaran. Namun kebencian itu tidak lebih besar jika dibandingkan dengan kebenciannya terhadap Nemesis yang telah membunuh Nora dan Flo."Hoi, Ayane. Pilihan ada di tanganmu. Mau kembali bersamaku untuk menemui kakakmu atau mati di tangan mereka," ujar Kenma dengan tatapan masih tertuju pada Hans."Apa ini? Apakah sebuah drama cinta? Aku tidak suka dengan sebuah drama," tanya Hans tersenyum lebar."Abaikan saja dia dan berikan jawabanmu," ujar Kenma.Ayane masih dalam keadaan kebingungan. Munafik jika seandainya ia mengatakan bahwa ia tidak ingin lepas dan kembali pada kakaknya. Na
Ayane langsung menuruti perintah Kenma. Bersembunyi di balik sofa yang juga ada di ruangan itu. Berjongkok sembari menutup kedua telinganya. Berharap bahwa semuanya akan selesai segera.Sedangkan Kenma masih harus berhadapan dengan empat orang tersisa. Yang paling merepotkan adalah Hans. "Haruskah kita mulai? Pertarungan kita yang dulu sempat tertunda," tanya Hans melemparkan pistolnya ke lantai."Ya, aku juga sudah sangat lama menantikan hari ini," jawab Kenma mengambil posisi kuda-kuda."Sayang sekali. Padahal kita sama. Kita sama-sama membenci kekaisaran dan sama-sama memiliki niatan untuk menghancurkan," balas Hans."Kita berbeda. Kamu ingin menghancurkannya untuk meraih dunia ideal milikmu. Sedangkan aku ingin menghancurkannya untuk satu wanita," jawab Kenma.Hans mulai merasakan aura kebencian keluar dari tubuh Kenma. Yang artinya Kenma akan segera melancarkan sebuah serangan. Dua orang dari pasukan Hans melancarkan sebuah serangan lebih dulu. Dan Kenma melakukan perlawanan. D
Ayane mulai menyingkirkan kedua tangannya dari telinga saat merasa sudah tidak terdapat bunyi apa pun dari ruangan itu. Dugaannya benar. Ruangan yang tadinya penuh akan suara tembakan dan kerusuhan kini hening. Tidak ada suara. Ayane berbalik. Mendapati ada satu orang yang masih berdiri tegak. Sedangkan yang lainnya sudah terbaring tak sadarkan diri di lantai."Kenma!" teriak Ayane saat melihat tubuh Kenma jatuh.Ayane dengan cepat langsung mengangkat kepala Kenma lalu menaruh kepala Kenma di atas pahanya. Menggoyang-goyangkan dada Kenma."Pergilah. Aku akan menyusul belakangan," ujar Kenma dengan tatapan sayu."Apa maksudmu? Bukankah kita harus keluar dari sini bersama? Bagaimana bisa aku keluar saat kamu saja masih ada di sini?" tanya Ayane panik melihat kondisi Kenma."Pergilah. Aku mengantuk," jawab Kenma."Hoi, jangan bercanda! Bangunlah! Jangan tidur."Mata Kenma benar-benar menutup sepenuhnya. Membuat Ayane panik sejadi-jadinya. Ayane memeriksa denyut nadi dan detak jantung K
Vans mabuk berat di apartemen Kenma. Membuat Kenma lagi yang harus menjemput Rias di kantor dan mengantarkan perempuan itu pulang ke rumah."Jangan terus memanjakan Vans. Rumah tangganya benar-benar akan hancur jika dia terus mabuk," tegur Rias."Dia sudah memenuhi kulkasku dengan miras. Aku tidak mungkin meminumnya dan dia juga tidak mungkin berhenti datang sebelum semua itu habis," jawab Kenma melakukan pembelaan diri."Benar-benar penuh?" "Kamu harus melihatnya sendiri.""Kenapa kamu tidak menegurnya?""Kenapa harus menegurnya? Dia mabuk kan untuk menghilangkan penat dan beban pikirannya. Kasihan jika dia terus berada di dalam tekanan."Rias melirik ke arah Kenma. Tekanan yang dirasakan oleh Vans tidak sebanding dengan tekanan yang diterima oleh Kenma. Namun dengan mudahnya Kenma mengatakan itu dan mengasihani Vans."Apakah benar kamu yang menyerang markas Nemesis seorang diri?" tanya Rias dengan rasa penasaran yang tersisa pada dirinya."Ya, aku melakukannya. Tapi untuk menyelama