“Sebelah kiri.”SRASHH!“Sebelah kanan atas.”ZRASHH!“Belakangku.”ZRACK!“Dan, ….”Berbalik mengayunkan kepala berambut pirang miliknya tuk terarah ke belakang, bibir tipis milik seorang pria bermata merah dan bermimik muka monoton datar seperti boneka, … kembali bergerak.“… Depan.”SRESHH!Helaian demi helaian benang rambut yang seperti terbuat dari emas itu berayun. Terbawa sapuan angin dari ayunan tangan pemegang pedang berlumuran banyak darah, dari orang yang sudah membersihkan jalan tuk dilalui oleh sang Duke pemangku tertidurnya ratu kerajaan baru di pelukan.Apakah mereka pembunuh bayaran?Maksudnya, dari sekian banyaknya gelimang orang-orang yang ksatria pengawal ratu itu lenyapkan?Well, … yep.“Saya merasakan bahwa anggota dari kelompok mereka ini akan tetap berdatangan, Tuan.”Ksatria pengawal putri tertua kerajaan Pasir Batang, Purbararang, yang bernamakan Tumang, … mendiskusikan suatu hal yang penting bersama dengan majikannya yang lama, Duke of Jaya, Indra.“Terlebih
“Kelemahan Duke Jaya maupun si anjing itu sendiri, bukankah itu terdapat pada Purbararang?”Kembali ke malam penuh perundingan konspirasi yang dilakukan empat putri pasir batang yang tersisa tinggal di kastel ini, Putri Purbaleuih, mengusulkan saran bagus.“Daripada merepotkan diri juga menyusahkan usaha kita dalam menyingkirkan dua halangan besar itu, lebih baik, kita langsung menyerang apa yang tengah mereka inginkan untuk dilindungi.”“Lalu?”Merasa tertarik dengan pendapat yang Purbaleuih kemukakan, Purbamanik menyuruh saudari tirinya itu untuk tetap meneruskan.“Saat sesuatu atau seseorang yang ingin mereka lindungi itu rusak dan terluka, sudah pasti fokus mereka akan buyar dari yang ingin menahan serangan … menjadi berusaha untuk menyelamatkan!”“Itu, … masuk akal juga.““Karena itu, Teteh.”….“Di pesta penobatan sekaligus pernikahannya nanti, … ayo targetkan Purbararang saja."….STRASH!“Uwakh?!”“…!”Mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya begitu dirinya yang sudah tepat me
“Jangan minum ini.”Merebut dan menyembunyikan hadiah pernikahan dari Putri Purbakancana pagi tadi di belakang punggungnya, mantan tunangan Purbararang yang kini sudah resmi menyandang gelar “His Highness the Prince Consort, Duke of Jaya”, … berusaha menjauhkan hadiah tersebut dari jangkauan tangan sang istri.“Kenapa?” tanya Purbararang tak dapat mengerti, akan jalur pikiran sang suami rupawannya ini.Dengan mengulaskan senyuman manis dan mata yang melengkung dalam menunjukkan sorot yang ikut tersenyum, Indra Jaya memberi tahu. “Ini beracun.”“Mana mungkin.”Tak mau memercayainya begitu saja, karena Purbararang sangat yakin kalau pemberian dari Purbakancana itu benar-benar terjaga saking percayanya ia dengan saudari tiri yang paling dekat dengannya selain Purbaendah, … dia menyangkalnya dengan ucapan demikian.“Kamu tidak memercayai ucapanku?”“… Sedikit.”PSSH~Seakan-akan jiwa keceriaannya yang senantiasa ia tunjukkan kepada Purbararang seorang saja sudah menguap menjadi kabut uda
“Lita! Kalau mau merokok jangan di sini!”Merebut dan langsung mematikan rokok yang baru saja hendak Pelita Jaya hisap di ruang tamu yang tengah dihadiri oleh dirinya, Pelita Jaya, dan juga Purbararang untuk mendiskusikan sesuatu, … lewat sudut ekor mata, Indra Jaya mengintip sang istri dengan manik merahnya yang menyorot khawatir.“Rarang tidak suka asap rokok.”“Aw, dasar anak yang baru menikah. Pasti jiwanya benar-benar menggebu-gebu ya? Apalagi untuk menjalani malam pertama ini.”“Yah semuanya tampak syahdu sebelum kau datang dan membuat segalanya kacau.”“Hoho, ya maaf.”“Kau …! Blahblahblah …!”“….”Terdiam dengan diri yang merasakan bahwa eksistensinya di tengah-tengah orang berbeda jenis kelamin akan tetapi memiliki penampilan yang begitu mirip sekali ini, yang kemiripannya bahkan melebihi miripnya anak kembar seiras, bagai pinang di belah dua, … Purbararang mengulum senyumnya dengan penuh arti.“Ngomong-ngomong soal orang yang Anda seret kemari sebagai hadiah ….”Memecah inte
Dingin.HWRAKSS~Malam yang kelam juga derasnya hujan yang berjatuhan dari awan untuk membasahi tanah lembap hutan rimbun, … berlangsung dengan produktif tanpa memedulikan seseorang yang merasa menderita untuk menerimanya, sama sekali.Hawa yang begitu menusuk. Suasana sunyi yang begitu mencekam. Juga kesepian tiada tara yang datang untuk menemankan, … mau tak mau harus diterima dengan tangan terbuka, dalam setiap hari-harinya di setahun ke belakang waktu dimulainya pengasingan dirinya ini.Lapar.GRAWL~Memegangi perut keroncongan dengan tangan yang kurus dan hanya tampak seperti tulang berbalut kulit saja, dia, orang yang berteduh di bawah gubuk sederhana dari besarnya guyuran hujan, … merenungkan kembali segala ingatannya. Kenangan di mana berakhirnya momen manis di masa kecilnya, menjadi kenyataan pahit di masa remaja.-“Sil Batala! Sil Batala!”-Renungannya di mulai, dengan ingatan terkait luka yang ia terima dari ksatria kepercayaannya.-“Saat Sali besal nanti, Sil Batala akan t
“Tada!”Mempertunjukkan monyet besar berbulu hitam yang masih tak sadarkan diri ke hadapan Purbararang, Indra Jaya segera menjelaskan maksud dan tujuannya ini dengan senyuman yang tergambar secara terperinci.“Hadiah untuk Rarang!”“….”Menyosor dan memberikan kecupan ringan di dahi istrinya yang justru malah terlihat menunjukkan ekspresi jijik terhadapnya, akibat dari terbawa suasana dengan hati seorang perempuan yang tengah hamil muda, … sang ratu yang telah sukses membawa kejayaan untuk sistem pemerintahan di kerajaannya supaya kembali stabil dalam masa beberapa bulan itu, … bertanya dengan alis yang bertaut keki.“Serius? Kau memberikanku monyet?!”“Ya!”“Iughh, singkirkan itu.”“… Eh?”Berbalik memunggungi Indra Jaya yang tampak bingung dengan kesalahan apa yang sudah ia buat, sampai-sampai membuatnya merasa tidak percaya diri begitu mendapati istrinya ini sekarang sangat enggan menatap wajahnya dalam waktu yang cukup lama, … Purbararang mendelik monyet itu dengan tidak suka.“Ke
Kenapa?“Maafkan Saya, Nyai Putri Purbasari ….”Padahal, semua putri telah hidup berdampingan dalam hubungan persaudaraan yang erat nan damai di waktu dahulu.“Uk uk! Ak ak!”Akan tetapi, gara-gara beberapa putri ada yang tak menerima bahwa adik bungsu mereka menjadi pemimpin negara pengganti mendiang sang ayah, … hubungan manis dari mereka semua pun, langsung terkacaukan.“Hei, monyet hitam.”Di masa saat ini, tersebutlah ada sesepuh ksatria, Sir Batara, … yang segera melepaskan monyet hitam besar dari kurungan untuk segera kabur ke tengah hutan.Hutan tempat di mana adanya keberadaan Putri Purbasari, yang diasingkan atas perintah Ratu Kerajaan Pasir Batang, Purbararang.“Ak uk, ak ak?”Aneh sekali. Padahal monyet di depannya ini dapat dipastikan kalau dia akan sangat ganas, setelah dibiarkan dikurung beberapa hari dan tak diberi makan sedikit pun supaya menjadikannya sangat kelaparan. Akan tetapi, dengan tenangnya … si monyet itu menyimak gumaman dan ucapan pelan dari Sir Batara d
“Ak ak ak! Uk!”Menuruti monyet yang telah ia beri nama dengan nama “Lutung Kasarung”, tuk segera pergi dari kawasan sungai dengan tangkapan ikan besar di tangan, … Purbasari dibuat melongo tidak percaya, dengan kemampuan dari seekor hewan yang justru jauh lebih becus darinya untuk melakukan usaha bertahan hidup.“Uk uk!”Dia yang masih memaku di tempat sehabis melihat usaha mudah Lutung dalam menggesek-gesekkan kayu kering satu sama lain, dan memercikkan api kecil hasil dari gosokkan tersebut ke tumpukkan kayu yang telah di kumpulkan di samping saung tempat tinggalnya sendiri, … lekas disuruh duduk di depan api unggun tuk menghangatkan diri yang sudah kebasahan.KRAAHCK~Ah.Sungguh hangat.Purbasari yang selama ini sudah bertahan semampu yang ia bisa di tengah hari-hari yang dijalaninya hanya penuh dengan hawa dingin nan suram, merasa hidup kembali begitu sekarang ia dapat merasakan hangatnya perapian lagi. “Ak ak, uk uk.”Membuyarkan lamunan Purbasari, Lutung yang menunjuk-nunjuk