Share

Mission one

Author: Tasya
last update Last Updated: 2021-07-03 16:20:54

Sinar mentari pagi memasuki celah ventilasi udara membuat seorang gadis yang tengah tertidur menggeliat dalam selimutnya. Daisy menggosok kedua matanya sembari terduduk bersandar di punggung ranjangnya.

Entah malam ini tidurnya sangat nyenyak, ia mencoba menengok ke sekeliling kamar namun tidak ada siapa pun di kamar itu selain dirinya sendiri. Sungguh ia merasa tidurnya ditemani seseorang tapi entah siapa? Apa itu Louis? Tidak mungkin! Karena Louis tidak seberani itu.

Tapi aroma mint masih tercium di indra penciumanmya. Ia menengok ke arah jendela dan sebentar bukankah jendela itu terbuka? Tapi kenapa sekarang malah tertutup rapat?

Aneh!

Daripada bergulat terus dengan pikirannya lebih baik Daisy bergegas untuk keluar dari kamar itu sebelum keluar ia tidak lupa mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu.

Aroma dari arah dapur membuat perut Daisy tidak sabaran untuk mendekatinya, di sana berdiri seorang lelaki bertubuh atletis yang terbalut kaos hitam yang ketat dengan apron yang menyampir ditubuhnya.

Dengan gerakan cepat seolah koki handal ia membolak balikan masakanya. Daisy meneguk salivanya ketika lelaki itu menengok dengan wajah peluh membanjiri pelipisnya.“Kamu sudah bangun rupanya.”

Daisy mendudukan pantatnya di kursi dapur melihat setiap pergerakan lelaki itu yang kini fokus kembali ke aktivitasnya.

Lelaki itu melangkah mendekatinya, “Makanlah, aku membuatkan ini untukmu.” Lelaki itu meletakan pancake dipiring Daisy kemudian dia mengambil sesuatu dilemari pendingin. Lelaki itu menambahkan beberapa buah di pancake tersebut dan tidak lupa menambahkan madu di atasnya sehingga sangat mantap dan terlihat sangat menggiurkan.

Daisy menatap lelaki itu dengan tersenyum. “Terimakasih Ben,” ucap Daisy dengan jemarinya terulur untuk menggenggam sendok kemudian mengambil beberapa potong pancake untuk dilahapnya.

“Oh iya, dimana Louis?” tanya Daisy pada Benson yang kini mendudukan diri di kursi samping Daisy.

Benson mengambil potongan pancake untuk dilahapnya dengan menatap Daisy. “Louis pagi-pagi sekali pamit, katanya ada sedikit masalah. Dia menghilangkan kartu penduduk aslinya."

Sudah Daisy duga pasti saja hal ini terjadi lagi, Daisy menggelengkan kepalanya. “Louis memang teledor, entah kenapa hal sekecil itu bisa terjadi. Dulu dia sempat kehilanganya juga, sudah hampir 15 kali dia menghilangkan kartu penduduknya.” Daisy terkekeh jika ia mengingat kejadian itu, raut wajah tegang Louis sangat lucu ketika dia mencari benda yang di hilangkannya.

Benson tersenyum untuk menanggapi Daisy. Namun ada yang aneh ketika melihat Benson mengendus-endus makanannya kemudian beralih ke pakaian yang dia kenakan sehingga membuat Daisy menautkan alisnya. “Kenapa Ben? Ada masalah dengan makanannya?” tanya Daisy yang kini melihat Benson masih tetap mengendus.

“Apa kamu mencium bau sesuatu?” tanya Benson menatap Daisy lekat, Daisy menggelengkan kepalanya tak bisa berkata karena mulutnya yang penuh potongan pancake.“Bau ini sangat tak asing, tapi baunya berasal dari tubuh Daisy. Apa tadi malam dia kesini?” monolog Benson.

Daisy menautkan alisnya bersamaan menatap Benson. “Bau apa Ben? Bau tubuhku? Ya, aku tahu aku belum mandi jadi tolong. Jangan terlalu frontal seperti itu,” gerutu Daisy. Daisy tahu bahwa dirinya belum mandi tapi setidaknya Benson menghargai dengan cara berpura-pura tidak tahu saja bukanya malah mengatakan dengan terang-terangan. Sungguh Daisy malu di hadapan lelaki itu.

“Buk-bukan seperti itu maksudku, aku hanya bertanya apa kamu merasa mencium bau sesuatu?” balas Benson dengan raut wajah yang merasa bersalah.

Daisy mencebikan bibirnya. “Sudahlah Ben... Aku mau mandi,” rajuk Daisy ia bangkit dari tempatnya melangkah meninggalkan Benson yang masih setia di kursinya.

“Apa salahku?” monolog Benson.

Setelah sesi rajuknya selesai kini Daisy dan Benson berada di dalam mobil, dengan kecepatan sedang Benson membelah jalanan.

Rupanya untuk kembali menuju kota hanya butuh 30 menit, Benson terkekeh mendengar Daisy yang terus mengomel meruntuki Louis yang lebih memilih berjalan melewati hutan selama perjalan 5 jam.

Ternyata Benson yang sudah lebih tahu tentang seluk beluk hutan ini dia menjelaskan bahwa ada jalan pintas dari kota untuk menuju mansionnya. Jika kalian kenapa tidak tanya langsung Benson? Justru akibat ponsel Daisy kehabisan daya baterainya sehingga membuat perbincangan antara dirinya dan Benson terputus sepihak. Dan ponsel Louis? Dia meninggalkannya di hotel.

***

“Saya akan berinvestasi di perusahaan anda bagaimana?” saran seorang gadis yang terduduk di kursi meja seberang dengan menatap lelaki yang menginjak usia kepala empat di hadapannya.

“Mohon maaf nona. Saya tidak tertarik dengan saran anda,” tolaknya dengan tersenyum ramah.

Gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya. “Hem... Jika saya memberi Roi seratus persen dengan harga tujuh puluh lima dollar, bagaimana?” tawar gadis itu dengan menaik turunkan alisnya.

Lelaki itu meneguk salivanya dengan mengetuk-ngetuk jemarinya di atas meja mencoba berpikir tentang tawaran fantastis dari gadis di hadapannya. “Saya akan memberi penuh secara langsung kepada anda, dengan begitu perusahaan anda akan melonjak tinggi.”

“Jika saya boleh tahu, apa tujuan anda berinvestasi di perusahaan saya?” tanya lelaki itu dengan menopang dagu yang kini menatap lekat gadis di hadapannya menelusuri matanya mencoba mencari kebenaran di sana.

Gadis itu tersenyum, “Saya mendapat keuntungan sedikit dari perusahaan anda, tapi saya mendapat nama dari perusahaan anda.”

Lelaki itu mengangguk-angguk kepalanya. “Anda tahu nona, perusahaan saya tidak seperti perusahaan lainya. Dan perusahaan saya sangat berbahaya…,” bisik lelaki itu dengan memajukan tubuhnya tepat di hadapan wajah gadis itu.

Sehingga membuat gadis yang menatapnya bergidik mendengar setiap kata yang diucapkan lelaki itu.“Saya tahu, maka dari itu saya tertarik dengan perusahaan anda tuan," ucap gadis itu dengan tersenyum.

Gadis itu mencoba tidak gugup di hadapan lelaki yang kini tersenyum tipis padanya. Senyuman namun bukan sekedar senyuman melainkan senyuman tanda peringatan.“Apa anda yakin dengan perkataan anda. Nona?” tanya lelaki itu dengan bersandar di kursi kebesarannya.

“Tentu, dan jika anda ragu dengan saya. Coba lihatlah data diri saya,” ucap gadis itu dengan melemparkan berkas dokumen ke arah lelaki itu sehingga diterima dengan cepat.

“Hem… Baiklah, lalu apa yang saya akan lakukan pada para investor lain?” tanya lelaki itu setelah membaca kemudian menutup kembali berkas data diri gadis di hadapannya.

Gadis itu memainkan jemarinya dengan menatapnya. “Tidak masalah, anda terus saja bekerja sama dengan para investor lain.”

Gadis itu mencoba menyenderkan punggungnya pada punggung kursi.“Dan dengan begitu, perusahaan anda semakin bertambah besar bukan?” lanjutnya lagi dengan bersedekap tangan.

Lelaki itu berpikir sejenak dia sebenarnya tergiur akan tawaran gadis itu. Tetapi, sebenarnya apa tujuan gadis itu? Mendapatkan nama? Tidak mungkin kalau hanya ingin mendapatkan nama sehingga dia rela dirinya rugi. " Hem… Baiklah saya terima tawaran anda. Nona," ucap lelaki itu membuat gadis di hadapannya tersenyum kemenangan.

Gadis dengan kuncir kuda kini menyodorkan kertas ke arah lelaki itu. “Silahkan tanda tangani di sini,” perintah gadis itu dengan menunjuk dokumen yang baru saja ia serahkan.

Melihat lelaki itu langsung menandatangani tanpa dilihat membuat gadis itu terheran. “Tunggu! Apa anda tidak membaca terlebih dahulu?” saran gadis itu pada lelaki yang kini bergerak mencoret kertas itu dengan gerakan cepat.

“Tidak perlu... Saya percaya dengan anda. Nona,” sahutnya dengan tersenyum lebar.

Gadis itu tersenyum miring namun tak diketahui lelaki itu, “Baiklah... Senang bekerja sama dengan anda. Tuan Liam Osbert,” ujar gadis itu dengan mengulurkan tangannya ke arah lawan jenisnya.

“Selamat bergabung di perusahaan Osrd. Nona Ava Lawrence!” sambut Osbert, membalas uluran tangan dari gadis di hadapannya yang tersenyum manis kepadanya.

“Mari kita mulai!” monolog Ava dengan tersenyum miring menyeringai.

***

Daisy kini menunggu kedatangan seseorang di restoran ternama di Romania yang terkenal dengan ciri khas makananya yang sangat enak. Kini dimejanya terdapat berbagai macam makanan yang sangat lezat aromanya sehingga tercium di indra penciuman. Daisy melahap detik itu juga makanannya.

Salah satu makanan yang membuat Daisy penasaran ialah makanan yang diberi nama Varza A La Cluj makanan yang terbuat dari olahan daging cincang, asinan, kubis dan bumbu-bumbu di panggang jadi satu kedalam oven. Dan biasanya makanan khas ini disajikan dengan krim asam.

Selain Varza A La Cluj Daisy memesan Sarmale yang hampir mirip dengan siomay Indonesia. Bedanya Sarmale adalah kubis yang berisikan daging bisa daging sapi, daging kambing, daging babi, daging ayam, dan daging ikan. Daisy memilih Sarmale berisi daging sapi karena ia menyukai daging sapi, sarmale dinikmati dengan jagung dan krim asam.

Terdengar langkah kaki yang menuju mejanya, tepat di hadapan Daisy. Dua orang lelaki berdiri dengan wajah yang nampak khawatir dan penasaran. Mereka mendudukan diri di kursi yang masih kosong dimeja itu, kemudian menatap lekat Daisy. Daisy yang di tatap mengerutkan keningnya.“Kenapa kalian menatapku seperti itu?” tanya Daisy dengan menautkan alisnya.

“Bagaimana?” tanya salah satu lelaki itu dengan menatap lekat Daisy.

Daisy menatap kedua lelaki di hadapannya yang kini menatapnya lekat. “Hemm…,” gumam Daisy sehingga membuat kedua lelaki itu menghela nafas.“Tenang saja, semua beres!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Queen Of Eternity   33. Moonstone pack

    Lelaki dengan stelan jas itu hanya diam menatap setumpuk kertas di mejanya, matanya terus bergerak mengikuti rangkaian tulisan di kertas tersebut."Tuan, kenapa kau hanya tidak membawanya kembali saja ke sini? Kenapa tuan justru menghapus semua ingatannya tentang istana ini?" Lelaki itu menutup kertas yang ia baca, melepaskan kacamata yang bertengger di hidup mancungnya seraya memijit tulang hidup dengan memejamkan matanya."Situasi Moonstone sedang tidak baik, saya tak mau jika dia kenapa-kenapa bila berada di sini." Helaan nafas panjang terdengar, lelaki itu juga sangat menginginkan wanitanya terus bersama di sampingnya."Apa tuan tidak takut bila salah satu dari mereka mengetahui keberadaannya?"Lelaki itu diam, namun dibalik rautnya menyimpan banyak sekali rahasia. "Mereka tidak akan dengan mudah menemukannya, kau tenang saja Ben.""Hanya saja kali ini saya sedikit takut tuan."Arthur menepuk pundak Benson, "tidak apa-apa dia aman di lingkungannya. Kita harus fokus pada para komp

  • Queen Of Eternity   Arthur

    Daisy kini terduduk di ruang meja kerjanya. Kejadian kemarin masih sangat menggangu pikirannya. Tentang Arthur, yang sudah membuat tidur nyenyaknya terganggu.Lelaki yang tiba-tiba datang ke kediamannya dan mengklaim dirinya seorang istri.“Will," ucap Daisy pada William yang kini tengah sibuk dengan setumpuk kertas.“Hem." “Apa kau tahu tentang Arthur selain pengusaha?”William menghentikan aktivitasnya, menurunkan kacamat yang sedari tadi bertengger di hidungnya.“Soal apa? Asmaranya?”“Memangnya dia pernah dekat dengan siapa?”William terdiam menatapku dengan ribuan tanda tanya. “Aku heran kenapa Arthur tiba-tiba datang ke rumahmu dan bilang bahwa kau istrinya. Apa yang kau lakukan terhadapnya sampai bisa membuat dia bertekuk lutut di hadapanmu.”“Eh? Maksudmu?"William menghela nafasnya, dia berpindah tempat duduk di kursi kosong samping Daisy.“Setauku, dia anti di sentuh oleh perempuan manapun. Tapi kabar terakhir soal asmaranya dia pernah dekat dengan aktris Celine tapi ntah h

  • Queen Of Eternity   Mimpi?

    Daisy bangun dengan nafas tersengal, mengambil air dari nakas untuk segera ia teguk. Tapi pergerakannya terhenti ketika ia melihat sekelilingnya. Ini kamarnya. Kamar sesungguhnya, kamar dirinya di dunia manusia."Apakah ini mimpi? Tapi jika mimpi semuanya terasa nyata dan aku mengingat jelas dari awal diriku pertama kali bertemu dengan Arthur," gumamnya seraya memegang kepalanya yang sedikit berdenyut."Tingg...tongg!"Terdengar suara bel rumahnya, ia bergegas keluar dari kamarnya untuk segera membuka pintu utama. Alangkah terkejutnya ketika mendapati Louis dan William, tanpa aba-aba Daisy memeluk satu persatu kawannya itu."Loh... Loh ada apa ko tiba-tiba kau memeluk kami seperti itu?" kata William heran. "Tidak. Hanya saja aku merindukan kalian," jawabnya tak ingin membahas apa yang terjadi dengan dirinya."Baru aja kemarin kita bertemu sy, aneh kamu." Kali ini Louis yang berkata."Masa sih? Ko aku lupa ya?" "Heleh... Kau kebanyakan nonton film sih jadinya pikun!" seru William."

  • Queen Of Eternity   Kehidupan Daisy sebenarnya

    Daisy sangat lega ketika melihat Louis selamat dari kejaran para anak buah para peneliti itu. Ia tak kunjung melepaskan pelukannya, terus menyucap syukur.Daisy tak tahu akan berapa lama lagi pencarian terhadap lelaki itu, tapi ia sangat berterimakasih pada lelaki yang kini menyandang sebagai suaminya itu berkat dia Louis ditemukan."Sy, maaf."Kata itu terlontar dari mulut Louis, perkataan maaf yang membuat Daisy terheran."For what?"Melepaskan pelukannya dan kini menatap lekat wajah Louis."Mungkin suatu saat nanti kamu tahu, sebelum terlambat aku lebih dulu meminta maaf padamu atas apa yang kuperbuat selama ini. Dan mungkin suatu saat nanti kamu akan lebih-lebih membenciku.""Ayolah, kita hanya terpisah dan kau tak perlu meminta maaf hanya karena kita beda jalur untuk menyelamatkan diri." Daisy tertawa kecil menanggapinya. Ia tahu temannya itu mungkin merasa bersalah sebab telah meninggalkannya sendirian di hutan.Louis menatap Arthur yang kini sudah memberikan tatapan tajam, Arth

  • Queen Of Eternity   Siapa dalangnya

    Arthur tak bisa menahan lagi amarahnya ketika seseorang di depannya tak menjawab pertanyaan darinya. Lelaki itu hanya tersenyum walaupun sekujur tubuhnya kini penuh dengan darah."Waktumu hampir habis, jika kau tak berkata tentang kebenarannya mungkin bisa jadi kau akan selamanya terperangkap di sini.""Silahkan saja, jika kau tak ingin tahu siapa yang menculik Daisy dan menjadikannya eksperimen itu."Arthur sangat geram dia dengan gesit mencengkram kerat kerah lelaki itu."Katakanlah bedebah!"Kembali mengingat tentang masa kecilnya, dimana bayangan-bayangan kejadian yang membuat Arthur hilang ingatan sementara setelah mendapatkan kabar bahwa teman kecilnya menghilang.Dia berupaya untuk bisa menemukan teman kecilnya itu, bahkan pencarian itu bertahun-tahun lamanya. Bahkan ia rela menghabiskan separuh hidupnya untuk hidup di lingkungan manusia hanya demi mencari keberadaan gadisnya."Aku akan jelaskan tapi kau harus berjanji takkan memberitahunya?""Kenapa? Apa kau takut muncul di de

  • Queen Of Eternity   Merindukan duniaku

    Arthur tak tahan ketika melihat seluruh badan Daisy terekspos. Perlahan mendekati gadisnya, tangannya sudah membelai punggung mulus itu. Kedua matanya sudah menandakan bahwa dirinya kelaparan. "Baumu sangat manis." Dia berkata seraya mengendus, mengecup tak lupa memberi jilatan kecil pada punggung itu.Daisy melenguh mendapatkan perlakuan dari Arthur membuat dirinya memejamkan mata menikmat kegelian nikmat. Arthur membalikkan tubuh Daisy, matanya kini tertuju pada dua gundukan yang pas baginya. Memeras dan memainkan ujungnya. Rasa geli menjalar diseleluruh tubuh Daisy. Rasa geli yang aneh, rasa geli yang berbeda ketika Arthur sudah memasukan pada mulutnya memainkan gundukan itu dengan lidahnya.Sangat sangat nikmat pikir Daisy yang baru pertama kali melakukan hal dewasa seperti itu. Mereka berperang dalam kegelapan, malam itu Arthur tak membiarkan Daisy tidur sama sekali, dia terus menggempurnya habis-habisan.Keesokan paginya Arthur lebih dulu bangun dari Daisy ia menatap wajah dama

  • Queen Of Eternity   Wedding day

    Daisy tampak benar-benar berbinar ketika melihat dirinya sendiri di pantulan cermin.Arthur memeluknya dari belakang."Bagaimana kau suka atau tidak? Kalo tak cocok kita bikin lagi yang baru sesuai dengan keinginanmu," bisik Arthur."Aku suka! Sangat-sangat seperti yang aku inginkan!" Gaun pengantin berwarna putih ukurannya dibuat sesuai dengan bentuk tubuh yang ramping. Coraknya yang simpel dan dibagian dadanya terdapat berlian Azura yang terselip, sungguh dia sangat diratukan oleh Arthur. Bersanding dengan Arthur membuat sisi manlynya hilang digantikan dengan sisi feminin.Tak terasa air mata jatuh membasahi pipinya, ia merindukan kedua orang tuanya mungkin jika mereka hadir pasti suasana yang sangat bahagia. “Kenapa menangi, hem?” Arthur mengusap air mata Daisy tampak khawatir pada gadisnya."Aku merindukan kedua orang tuaku."Arthur tiba-tiba diam seolah sedang memikirkan sesuatu. "Kau bisa melihatnya nanti," katanya.“Maksudmu?”Arthur tak membalas perkataan Daisy ia melenggang

  • Queen Of Eternity   Gathering of nobles

    Semua orang di istana sibuk sebab hari ini di adakan pertemuan para bangsawan. Namun hanya Daisy yang diam saja di kamar, ia hampir mati karena kebosanan. Sebab Arthur mengurungnya di kamar alih-alih agar ia tak diculik katanya. Terdengar konyol di telinga, namun apa boleh buat."Ayoklah Ben, aku ingin keluar jalan-jalan!"Daisy memohon pada Benson yang di tugaskan untuk menjaganya di kamar. Apalagi situasi antar keduanya kembali normal tanpa kecanggungan seperti semula."Tidak! Pangeran Arthur melarangmu untuk keluar," katanya."Aku bosan Ben! Kau tahu, aku sangat-sangat bosan!" Daisy mondar-mandir dengan memegangi kepalanya.Melihat itu Benson yang sedang asik membaca buku menghela nafas. Lalu ia bangkit merapikan kembali buku-buku yang berceceran menaruhnya pada rak buku.Sudah dua puluh buku yang ia baca dari pagi sampai sore itu sebagai bukti bahwa dirinya sangat penat juga."Ayo!" kata Benson.Berjalan beriringan tak lupa menyapa para pelayan dan pengawal. Dan memang benar suasa

  • Queen Of Eternity   Neckle

    Sorotan cahaya membuat Daisy memejamkan mata ketika Benson memberikan penemuannya. Setelah mengambil alih benda itu betapa mengejutkannya ketika benda itu persis yang dimiliki Louis. Kalung kebersamaan."Aku menemukannya di hutan, batu di dalamnya membuatku tertarik untuk memungut benda itu." Benson menjelaskan jujur apa adanya."Ini milik Louis dan ini kalung persahabatan kita. Lihatlah... Jika kau perhatikan lebih teliti kau bisa menemukan huruf abjad di dalamnya." Daisy menunjukkan pada Benson hingga jarak mereka sangat intim.Benson mengangguk membenarkan bahwa dirinya juga melihat huruf L terukir rapih di dalam batu itu. Bau manis pun membuatnya menahan nafas ketika berdekatan dengan Daisy."Ini adalah batu Azura. Batu yang sangat langka yang hanya bisa ditemukan di hutan tertentu.""Jadi dari mana batu itu berasal?"Daisy tersenyum tipis memandang lekat kalung milik Louis. Mengingat kembali tentang bagaimana caranya bisa menemukan batu itu."Kami bertiga menemukan ini dibagian h

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status