Klap!
Jedar! Sebuah Guntur besar menyambar pada gua tempat harimau putih tinggal. Seketika gua tersebut langsung hancur berkeping-keping. Harimau putih tersebut berhasil menghindari sambaran petir dengan langsung meninggalkan tempatnya. Gentala Surendra dan teman-temannya yang mendengar raungan keras dari harimau sebelum menerkam Nayaka Manggala, hendak masuk ke dalam gua, namun sambaran Guntur yang menghantam gua tersebut membuat mereka terkejut. Setelah gua tersebut hancur harimau putih keluar dari sarangnya yang membuat Gentala Surendra dan teman-temannya semakin terkejut. Niat awal mereka yang ingin menjinakkan harimau putih mendadak menghilang setelah melihat ukuran dari harimau putih yang ternyata sangat besar bahkan melebihi 2 ekor sapi dewasa. "Lari!" Gentala Surendrah dengan cepat memerintahkan teman-temannya untuk meninggalkan tempat tersebut setelah mereka melihat harimau putih yang mengejar ke arah mereka. Padahal harimau tersebut tidak mengejar mereka melainkan menghindari Guntur yang menghancurkan sarangnya tersebut. Gentala Surendra dan teman-temannya serta harimau putih meninggalkan gua yang telah hancur berkeping-keping. Di bekas gua yang telah hancur berkeping-keping tersebut, tubuh milik Nayaka Manggala terlihat masih utuh meskipun sebagian tertimbun dengan bebatuan. Sambaran guntur tadi juga mengenai dirinya sehingga ia seketika mati. Namun Guntur yang barusan turun tersebut bukanlah Guntur biasa melainkan sebuah jiwa dari alam khayangan yang turun. Deg! Jantung Nayaka Manggala kembali berdetak, seketika matanya juga terbuka dengan melihat langit yang mendung. Argh! Duar! Bebatuan yang menindih sebagian tubuh hengkara langsung tersingkir setelah sebuah gelombang kejut menyebar dari tubuh Nayaka Manggala begitu matanya terbuka. "Langit mendung? Itu benar-benar langit!" Nayaka Manggala bangkit berdiri dengan pakaian yang sudah compang-camping, tangannya menghafal kuat dengan merasa tubuh yang benar-benar nyata. "Ini bukanlah tubuhku! Mengapa aku bisa menggerakkannya?" Sring! Mata Nayaka Manggala yang berwarna hitam mendadak berubah menjadi merah dengan pupil yang tajam seperti mata harimau. "Sepertinya aku berpindah jiwa ke dalam tubuh anak ini! Aku tidak menyangka, aku Raja Agung Nayaka Manggala, penguasa Kuil Iblis di alam kayangan berhasil hidup kembali." Nayaka Manggala mengepalkan tangannya dengan kuat, sembari mendongak menghadap langit mendung. "Muridku Pujaningsih Prameswari, pengkhianatan yang kamu lakukan terhadapku pasti akan aku balas. Lalu kalian 4 penguasa kuil alam khayangan yang lain aku akan kembali dan menuntut balas atas perbuatan kalian! Tunggulah pembalasanku!" Deg! Ugh! Tiba tiba Nayaka Manggala memuntahkan darah dari mulutnya, tubuhnya terasa lemas kembali hingga membuatnya berlutut di tanah. Uhuk! "Sepertinya tubuh ini benar-benar tidak mampu menahan jiwaku yang terlalu kuat! Jika aku tidak segera melakukan sesuatu tubuh ini akan hancur dan aku tidak akan bisa membalaskan dendamku!" Nayaka Manggala bergegas duduk bersila sembari yang memfokuskan tenaga dalamnya pada pusat dantian miliknya. ******** Beberapa saat yang lalu sebelum sambaran guntur dari langit yang membawa jiwa Maharaja Nayaka Manggala Wismaya turun ke Bumi Kencana ( sebutan alam bawah). Di alam kayangan sebuah peristiwa besar terjadi. Maharaja Nayaka Manggala Wismaya yang merupakan penguasa di kuil iblis dibunuh oleh empat penguasa kuil di alam kayangan lainnya setelah ia mencoba untuk menerobos ranah keabadian dari ranah jalan abadi yang begitu didambakan oleh semua orang di muka bumi termasuk di alam khayangan. Upaya empat penguasa kuil tersebut berhasil setelah satu-satunya murid milik Maharaja Nayaka Manggala Wismaya yang bernama Pujaningsih Prameswari berkhianat. Ia diam-diam memiliki hubungan dengan salah satu putra penguasa kuil yang lain. Ya bersedia berkhianat pada gurunya karena terhasut oleh pasangannya yang juga dihasut oleh ayahnya untuk menggagalkan penerobosan yang dilakukan oleh Maharaja Nayaka Manggala Wismaya. Karena jika sampai penerobosan tersebut berhasil maka Maharaja Nayaka Manggala Wismaya akan menjadi orang pertama yang hidup abadi di alam khayangan tanpa bisa dibunuh. Namun siapa sangka jika jiwa dari Maharaja Nayaka Manggala Wismaya yang seharusnya hancur setelah kematiannya justru turun ke alam bawah dan masuk ke dalam tubuh seorang tukang sapu dari Perguruan Cakra Kembar. ******* Ranah di alam khayangan dibagi empat kategori yaitu: • Alam Pradana meliputi alam kembali ke asal. • Alam Madya meliputi alam hidup dan mati dan alam transformasi dewa. • Alam Wira meliputi alam jalan abadi. • Alam Setiawan meliputi alam keabadian. Ranah di alam bawah (Bumi Kencan) juga di bagi menjadi beberapa kategori yaitu: • Alam Pradana meliputi alam pengumpulan tenaga dalam, penyatuan alam, dan mata kehidupan dimana masih masih terdiri dari 9 tingkatan atau bintang. • Alam Madya meliputi alam cakrabuana dan jiwa suci dimana masih masih terdiri dari 9 tingkatan atau bintang. • Alam Wira meliputi alam kefanaan dan Nirvana dimana masih masih terdiri dari 9 tingkatan atau bintang. • Alam Setiawan meliputi alam pelepasan diri dan kembali ke asal. Mereka yang mencapai ranah alam kembali ke asal akan langsung naik ke alam khayangan. ****** Secara perlahan kabut berwarna hitam mengelilingi tempat Nayaka Manggala duduk. Bof! Kabut hitam tersebut adalah energi alam yang diserap oleh Nayaka Manggala. Sring! Matanya tiba-tiba terbuka dengan kilatan merah. "Ranah pengumpulan tenaga dalam bintang satu. Aku tidak menyangka akan memulai kembali dari awal seperti ini. Tetapi dengan begini aku bisa memperkuat pondasi agar di masa depan saat hendak menerobos ranah keabadian bisa lebih mudah." Nayaka Manggala lalu memperhatikan keadaan tubuhnya yang begitu kurus hingga beberapa tulang nampak jelas. Bahkan terlihat beberapa bekas luka lama yang kemungkinan sulit hilang serta beberapa luka baru seperti lebam habis dipukuli oleh benda keras. "Dari ingatan yang bercampur dari pemilik tubuh sebelumnya, tubuh ini adalah milik seorang tukang sapu dari Perguruan Cakra Kembar. Orang ini begitu Malang dengan kehidupan yang selalu dirundung oleh murid-murid dari perguruan tersebut terutama orang yang bernama Gentala Surendra. "Dialah orang yang membawa tubuh orang ini ke sini untuk dijadikan umpan guna memancing harimau putih yang ingin dijadikan hewan peliharaan. "Benar-benar nasib yang buruk, tetapi jangan khawatir. Karena kamu telah bersedia memberikan tubuhmu untuk aku gunakan, aku akan membalaskan tentangmu nak." Nayaka Manggala bangkit berdiri dengan kembali menatap pada langit mendung yang sebentar lagi akan turun hujan. "Kalau tidak salah di alam bawah terdapat tiga aliran bela diri. "Yang pertama adalah Aliran Kebenaran di mana mereka mengakui jika mereka adalah airan yang berpegangan teguh pada nilai nilai kebaikan dan kebajikan, namun pada kenyataannya mereka tetap berperang satu sama lain dan membunuh, kebenaran yang mereka maksud tidak benar-benar putih melainkan hanya kebanyakan dari yang mereka lakukan adalah kebaikan. "Yang kedua adalah Aliran Sesat yaitu orang-orang yang melakukan penyimpangan dari nilai kebaikan dan kebajikan. "Sementara yang ketiga adalah Aliran Iblis, itu adalah aliran di mana orang-orang lebih dari sekedar gila dibandingkan dengan aliran sesat. Mereka melakukan apa saja untuk mengejar kekuatan dan tidak memperdulikan Apa itu nyawa manusia yang sebenarnya bahkan nyawa orang-orang biasa bukan seorang praktisi beladiri. "Mengingat aku adalah penguasa kuil iblis tentu saja aku lebih familiar dengan aliran sesat dan juga aliran Iblis. Namun dari ingatan pemilik tubuh sebelumnya jika Perguruan Cakra Kembar adalah perguruan dengan aliran Kebenaran. Sebelum menjadi kuat aku harus berpura-pura menjadi seperti mereka untuk menjaga diriku sendiri. "Baiklah! Karena tujuan telah ditentukan maka ayo kita memulai langkah selanjutnya!" Duar! Tiba-tiba dari dari kejauhan terdengar suara ledakan yang membuat Nayaka Manggala langsung menoleh ke arah sumber suara. "Mangsanya telah tiba! Saatnya kita memulai perburuan!"Nayaka Manggala melonjakan tenaga dalamnya hingga membuat sebuah kabut hitam yang menyelimuti tubuhnya membuat pandangan pangeran ketiga dan beberapa pengawal yang tersisa menjadi terhalang. Tangan Nayaka Manggala yang diselimuti tenaga dalam segera menyentuh perut dari Batari Cahyaningrum. Sruak!! Tiba-tiba ia menarik paksa keluar api Surgawi dari tubuh Batari Cahyaningrum yang gagal memurnikannya. Batari Cahyaningrum sangat kesakitan dengan hal tersebu. Ia sampai mengerang keras. Arrghh! Bruk! Begitu api surgawi keluar, Batari Cahyaningrum merasa tubuhnya sangat lemah bahkan ia sampai tengkurap di tanah. Penglihatannya mulai kabur seiring dengan luka dalam yang dimilikinya akibat gagalnya penerobosan. Tenaga dalam di dalam tubuhnya juga kacau hal tu memperburuk keadaannya. Nayaka Manggala yang melihat api surgawi di tangannya segera mem
Di dalam gua, ratu medusa atau Batari Cahyaningrum berusaha memurnikan api surgawi. Tangannya yang menyentuh api surgawi terasa sangat panas namun berusaha ditahannya. "Ternyata api surgawi sepanas ini, tenaga dalam yang kugunakan untuk melapisi tanganku bahkan rasanya tidak berguna. Aku harus segera memurnikan apapun yang terjadi. Semakin lama memurnikannya keadaan akan semakin buruk." Api surgawi perlahan masuk ke dalam tubuh ratu Medusa lalu berputar-putar di sekitar dantian ya yang menjadi pusat dari tenaga dalam seorang seniman beladiri. Ratu Medusa memejamkan matanya dengan mencoba fokus untuk memurnikan api surgawi agar menyatu dengan dantiannya. Tenaga dalam miliknya menyewa mengelilingi tubuhnya. Keringat bercucuran membasahi wajah cantik yang sangat mempesona. Giginya sedikit menggeretak menahan rasa sakit dan panas yang membakar tubuh. Aliran darahnya semakin cepat. Ugh! Bruk!
Keributan yang disebabkan oleh serangan dari Gunung Madayana dan respon dari pasukan dari Gunung Pelangi langsung membuat kacau keadaan Gunung Pelangi Irawan selaku penatua pertama dari Gunung Pelangi dengan cepat memberikan arahan kepada para penghuni dari Gunung Pelangi. "Semuanya segera bergerak, saat ini ratu kita sedang berusaha untuk melakukan terobosan dan apapun yang terjadi kita harus menghentikan para pengganggu ini.""Baik penatua!" sahut kompak orang-orang dengan mengangkat senjatanya"Penatua yang lain tolong juga bergerak untuk melakukan yang terbaik guna melindungi ratu kita!" lanjut Irawan Penatua dari Gunung Pelangi yang lain segera dengan cepat bergerak untuk menghentikan para penyusup yang datang ingin menghancurkan tempat mereka.Nayaka Nayaka Manggala yang melihat pergerakan dari orang-orang Gunung Pelangi segera bergerak menyusup dengan memanfaatkan nafas pil penyembunyi miliknya menerobos menuju tempat ratu Medusa yang ingin melakuka
Nayaka Manggala mampir ke kediaman sesepuh kedua, tujuannya untuk meminta izin berlatih di hutan dekat sekte sehingga tidak bisa hadir di kediaman selama beberapa hari ke depan.Namun baru saja ya memasuki altar kediaman sesepuh kedua, ia sudah dihadang oleh Batari Cendatari yang menantang bertarung Nayaka Manggala . Batari Cendatari memiliki ranah satu tingkat di atas Nayaka Manggala ."Kakak senior benar-benar ingin menantangku?" tatap Nayaka Manggala yang sebenarnya enggan meladeni kakak seniornya tersebut Batari Cendatari menitipkan matanya dengan kembali menghunuskan pedangnya ke arah adik juniornya tersebut. "Apa tahu kamu benar-benar kuat, tapi aku ingin mencoba sendiri. Kamu hanya berada satu tingkat di bawahku, Aku ingin tahu seberapa jauh perbedaan di antara kita!"Nayaka Manggala menganggukkan kepala dengan menyadari maksud dari kata seniornya tersebut."Baiklah kalau begitu! Tetapi segeralah menyerah jika memang kau sudah tidak sanggu
Nayaka Manggala pergi ke Pasar Weling setelah mendengar jika keberangkatan dari sesepuh ke-5 untuk menggagalkan evolusi Ratu medisa masih akan dilaksanakan beberapa hari lagi."Sebelum pergi kembali berpetualang aku harus menjual apa yang sudah aku dapatkan selama perjalanan kemarin. Memang benar jika cincin ruang sangat luas, akan tetapi menyimpan barang-barang yang tidak berguna hanyalah buang-buang tempat."Sesampainya di Pasar Weling , Nayaka Manggala menjual semua hasil buruannya selama perjalanan kemarin.Seperti yang biasanya, butuh waktu cukup lama bagi pelayan Paviliun untuk menghitung jumlah koin emas yang didapatkan dari penjualan barang-barang hasil buruan. Banyak orang yang terkejut melihat banyaknya hasil buruan yang di keluarkan oleh Nayaka Manggala ."Bagaimana bisa murid itu mendapatkan banyak barang buruan?""Di hutan dekat perguruan tidak begitu banyak binatang iblis yang bisa diburu, kalaupun ada kebanyakan akan rusak karena pertarung
Beberapa hari kemudian, Nayaka Manggala kembali ke perguruan setelah bepergian cukup lama. Namun baru saja ia masuk ke kediaman penatua kedua untuk melaporkan dirinya yang telah kembali, Batari Candawani yang sedang berlatih di altar segera menghadangnya dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut. Meskipun ia tidak tahu pada tingkat berapa Nayaka Manggala telah berada, namun ia bisa merasakan jika batasan dari ranah penempaan tulang telah berhasil ditembus. "Bagaimana bisa kamu menerobos ranah penyatuan alam secepat ini?" tatap Batari Candawani dengan sangat terkejut dan tidak percaya Nayaka Manggala dengan santai menjawab, "sudah kubilang jika tak ada yang bisa tak mungkin kulakukan." Mendengar jawaban tersebut Batari Candawani mengerutkan keningnya dengan kesal, "Kata-katamu itu sungguh sangat menyakitkan bagiku." Nayaka Manggala yang merespon namun dia bisa mengerti perasaan dari kata seniornya tersebut. Bagaimanapun j