Home / Fantasi / Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin / Bab 117. Ruangan yang Menolak Diam

Share

Bab 117. Ruangan yang Menolak Diam

Author: Quennnzy
last update Last Updated: 2025-08-22 15:31:01

Langkah kaki mereka berdua menggema pelan, seperti gema itu tak ingin hilang, melainkan mengikuti mereka dari belakang. Alura menatap dinding-dinding batu di sekelilingnya, tapi ia merasa seolah dinding itu bernapas. Retakan-retakan kecil di batu mengalirkan hawa dingin, seperti ada sesuatu di baliknya yang menunggu untuk keluar.

"Ruangan ini … tidak biasa," gumam Alura, suaranya hampir hilang ditelan gaung.

Rafael berjalan di sampingnya, tatapannya lurus ke depan. Mata kelamnya meneliti setiap detail tanpa menoleh. Ia tidak banyak bicara, tapi dari rahangnya yang mengeras, Alura tahu suaminya itu juga merasakannya.

Udara makin berat. Setiap napas seperti melewati air yang kental. Lantai di bawah kaki mereka tidak rata, beberapa batu terasa lebih hangat dibandingkan yang lain, seolah baru saja dilewati sesuatu.

"Apakah kau mendengarnya?" tanya Alura tiba-tiba, berhenti sejenak.

Rafael memutar kepalanya sedikit. "Suara apa?"

Alura menggigit bibir. "Seperti … bisikan. Sangat jauh,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 118. Di Ambang Keluar

    Langkah-langkah mereka terasa semakin berat, seakan setiap inci dari lorong itu dipenuhi dengan sesuatu yang sengaja menghisap tenaga. Dinding yang sejak tadi tampak kokoh kini seperti berdenyut halus, hidup, bernafas bersama udara yang menekan dari segala sisi. Alura menggenggam jubahnya lebih erat, jemarinya bergetar bukan hanya karena dingin yang merambati tulang, tetapi juga karena kesadaran bahwa lorong ini tidak mungkin terbentang tanpa maksud. Dari jauh, samar-samar, ia melihat sebuah cahaya. Bukan cahaya dari api, bukan pula pantulan kristal. Itu lebih menyerupai seberkas sinar putih keperakan yang memantul dari ujung lorong, tipis namun memanggil. “Rafael,” bisiknya, suaranya nyaris lenyap tersedot ruang yang sepi. “Kau melihat itu?” Rafael berhenti sejenak, matanya yang tajam menyipit ke arah sumber sinar. “Aku melihatnya,” jawabnya pelan. Tidak ada ketergesaan dalam nadanya, hanya kewaspadaan. Ia tahu, di tempat seperti ini, setiap tanda harapan bisa saja hanya umpan. N

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 117. Ruangan yang Menolak Diam

    Langkah kaki mereka berdua menggema pelan, seperti gema itu tak ingin hilang, melainkan mengikuti mereka dari belakang. Alura menatap dinding-dinding batu di sekelilingnya, tapi ia merasa seolah dinding itu bernapas. Retakan-retakan kecil di batu mengalirkan hawa dingin, seperti ada sesuatu di baliknya yang menunggu untuk keluar. "Ruangan ini … tidak biasa," gumam Alura, suaranya hampir hilang ditelan gaung. Rafael berjalan di sampingnya, tatapannya lurus ke depan. Mata kelamnya meneliti setiap detail tanpa menoleh. Ia tidak banyak bicara, tapi dari rahangnya yang mengeras, Alura tahu suaminya itu juga merasakannya. Udara makin berat. Setiap napas seperti melewati air yang kental. Lantai di bawah kaki mereka tidak rata, beberapa batu terasa lebih hangat dibandingkan yang lain, seolah baru saja dilewati sesuatu. "Apakah kau mendengarnya?" tanya Alura tiba-tiba, berhenti sejenak. Rafael memutar kepalanya sedikit. "Suara apa?" Alura menggigit bibir. "Seperti … bisikan. Sangat jauh,

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 116. Bisikan yang Menolak Diam

    Langkah Alura terasa berat ketika ia memasuki ruangan itu. Pintu yang mereka buka sebelumnya sudah menutup rapat di belakang, menimbulkan gema yang seolah mengunci mereka dari segala jalan kembali. Dinding-dinding batu yang berdiri kokoh di sekeliling tak lagi terlihat seperti batu biasa. Ada retakan halus yang berdenyut pelan, seakan-akan ruangan itu bernafas, hidup, dan mengawasi setiap gerak mereka. Udara di dalam sini pekat, bukan sekadar dingin, melainkan menekan, seperti tangan tak kasat mata yang perlahan mencengkeram paru-paru. Alura menarik napas panjang, namun dadanya tetap terasa sesak. “Ini… berbeda,” gumamnya. Rafael tidak menjawab. Ia berdiri beberapa langkah di depan, tatapannya tajam meneliti sekeliling. Ada kilatan singkat di matanya, dingin seperti biasanya, tapi juga berhati-hati. Tangannya sudah dekat dengan gagang pedang, meski ia tahu senjata tidak selalu berguna menghadapi apa pun yang menunggu mereka di balik pintu-pintu Gerbang. Beberapa saat, hanya ada k

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 115. Jejak yang Terkubur Dalam

    Langkah Alura terdengar jelas di ruang batu itu. Suara kecil dari sepatu yang menyentuh lantai seolah menjadi satu-satunya tanda bahwa mereka masih ada di dunia nyata, bukan sekadar tersesat dalam mimpi buruk yang dipenuhi bayangan. Udara di dalam sini semakin berat. Bukan hanya karena ruangan itu dipenuhi dengan debu yang tidak pernah bergerak, tapi juga karena bisikan yang seakan mengisi rongga telinga. Bisikan yang sama, berulang kali menyebut nama - nama yang sudah mereka kenal. Silvanna. Alura merasakan kulitnya meremang setiap kali gema itu terdengar. Nama itu sudah tidak asing lagi, tapi cara ruang ini mengulanginya, seolah menekan luka yang belum kering. Rafael berjalan di sampingnya dengan langkah mantap, tidak terganggu. Setidaknya, begitu tampaknya. Tapi Alura sudah cukup lama bersamanya untuk tahu: setiap kali rahang Rafael mengeras, setiap kali tangannya terkepal meski tidak ada musuh, itu berarti ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan. “Berapa jauh lagi menurutmu?” s

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 114. Pintu dengan Nama

    Udara di ruangan itu semakin berat. Seolah setiap tarikan napas Alura menelan serpihan bayangan yang menempel di paru-parunya. Di hadapan mereka, pintu batu dengan nama Silvanna terukir jelas, menunggu dalam diam yang mengancam. Rafael masih berdiri di sampingnya, tubuhnya kaku seperti patung. Jemarinya belum melepaskan lengan Alura, seakan ia tahu bahwa satu detik saja ia lengah, Alura akan menyentuh ukiran itu. “Kenapa harus ada namanya di sini?” bisik Alura. Suaranya gemetar, bukan karena takut semata, melainkan karena keingintahuan yang semakin menyesakkan dada. “Jika benar ia… bagian dari masa lalu, kenapa jejaknya harus terkubur di tempat ini?” Rafael tak menjawab dengan segera. Sorot matanya tajam, menelusuri setiap goresan ukiran seolah mencari jawaban yang tak tertulis. Baru setelah hening panjang itu, ia berucap pelan. “Karena ada nama-nama yang tak seharusnya diingat, apalagi dipanggil kembali.” Alura menoleh, menatap wajah Rafael dari dekat. “Tapi nama itu sudah kembal

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 113. Nama yang Tidak Pernah Diam

    Pintu itu berderit, lambat tapi penuh bobot, seakan setiap inci kayunya menahan sejarah yang tidak mau dibuka lagi. Dari celah gelap yang terbentuk, udara dingin keluar, membawa serta bisikan samar yang tidak bisa disebut suara, tapi cukup jelas untuk menusuk telinga mereka. Silvanna. Nama itu menggema, bukan pertama kalinya, bukan asing. Justru sebaliknya, nama itu pernah mereka dengar, pernah mereka simpan di sudut pikiran, dan kini muncul lagi, di tempat yang seharusnya hanya menyisakan ujian. Alura merasakan napasnya tercekat. Bukan terkejut karena nama itu asing, tapi karena ia tahu persis apa artinya jika nama itu dipanggil di sini. Ruang ini tidak memilih kata sembarangan. Nama yang keluar dari mulutnya adalah nama yang menuntut jawaban. Rafael berdiri kaku di sampingnya. Mata dinginnya menatap ke dalam kegelapan, tapi ada sesuatu di rahangnya yang mengeras. Alura mengenalnya cukup untuk tahu ini bukan sekadar kewaspadaan. Ada memori, ada dendam, mungkin ada rasa bersalah y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status