Share

Chapter 4

Sebuah suara terpaksa membuyarkan mimpi Cailey kecil yang tidur dengan piyama kebesarannya. Cailey mengucek kedua matanya, pupilnya mencoba menyesuaikan cahaya di kamarnya.

Suara geraman bersamaan dengan teriakan kembali terdengar.

PRANGG

Cailey menuruni ranjangnya begitu mendengar suara seperti barang pecah belah yang dilempar paksa. Cailey berjalan perlahan mengikuti arah datangnya suara. Ia memekik tertahan saat mendapati kedua orang tuanya bertekuk lutut kepada seekor serigala hitam dengan manik merah menyala.

“Kumohon jangan bunuh kami,” kata mama. Serigala tersebut menggeram, diikuti oleh kelima serigala di belakangnya.

Serigala itu mengeluarkan cakarnya yang tajam. Wajah bengisnya menghadap orang tua Cailey dengan tatapan penuh intimidasi.

Perlahan papa mengorek sakunya, mengeluarkan sebuah besi seukuran 15 cm dengan ujungnya yang runcing. Dengan sekali gerakan, papa merobek punggung serigala dihadapannya. Serigala itu meronta-ronta dengan cakarnya yang semakin menajam. Kelima serigala dibelakangnya menggeram dengan posisi siap menerkam.

Serigala-serigala tersebut melompat ke arah orang tua Cailey. Papa berusaha menghadang dengan mengamankan mama di belakangnya. Serigala-serigala itu kembali menggeram, kali ini geramannya lebih keras.

Detik berikutnya, keenam serigala tersebut menerkam orang tua Cailey, menggigit, menusukkan cakar-cakarnya tepat di jantung, dan mencabiknya hingga organ-organ kedua orang tua Cailey keluar berceceran.

Cailey memekik, boneka teddy bear yang sedari tadi dipegangnya terjatuh. Lalu Cailey berjalan mundur perlahan dari tempat persembunyiannya. Tetapi, salah satu serigala terbesar dengan bulunya yang hitam menoleh ke arah Cailey.

Manik merahnya yang menyala menatap Cailey.

Cailey terbangun dengan napas terenggah-enggah tak beraturan. Ia kembali mendapatkan mimpi buruk semenjak empat tahun terakhir. Yang paling menyebalkan adalah bahwa mimpi itu adalah memorinya dua belas tahun silam.

Cailey membenci mimpi itu. Ia membenci kedua orang tuanya. Bukan, bukan benci karena sebuah kesalahan atau apa, melainkan benci karena orang tuanya meninggalkan dirinya tanpa sepatah kata pun.

Tetapi satu hal yang terus melekat di hati Cailey, Cailey lebih membenci serigala. Hewan terkutuk yang membuatnya kehilangan kebahagiannya.

Cailey masih mengingat bagaimana serigala itu menatapnya dua belas tahun yang lalu. Entah mengapa serigala itu pergi begitu saja tanpa membunuhnya seperti yang ia lakukan kepada kedua orang tuanya.

Entah mengapa tatapan itu tak asing.

Cailey memakan sarapannya, sendirian. Ia memakan roti tawarnya dengan kasar. Julian belum juga kembali. Sudah lima juta kali Cailey menghubunginya---baiklah itu berlebihan. Lima puluh kali Cailey menghubunginya, tetapi yang terdengar hanyalah suara operator yang berhasil membuatnya muak.

Cailey mendengus dan mengganti pakaiannya dengan celana pendek diatas lutut beserta kaos tanpa lengan berwarna hitam. Ia pakai leg holster berisi dua buah pistol yang ia sampirkan di pinggang, sepasang sepatu bot setinggi betisnya dan kacamata hitam yang dilengkapi kamera perekam. Juga, bayonet serta amunisi cadangan yang ia selipkan di boots-nya. Tak lupa dengan arloji beserta alat pelacak yang terhubung untuk menunjukkan arah Sistem Pemosisi Global, yang ia pakaikan di tangan kirinya. Kali ini Cailey benar-benar siap untuk mengejar kembali buronannya.

Cailey mengendarai Porsche miliknya yang dikirimkan Gal kepadanya, menuju tempat terakhir kali ia mengejar Gyula, hutan.

Sebuah suara musik dengan ringtone Adventure of a Lifetime dari Coldplay disertai getaran mengalihkan konsentrasinya pada jalanan. Ponselnya berbunyi, tertera tiga huruf alfabet disana, Gal, Direktur utama MI6.

Klik

Dengan segera ia pasang earphone-nya ke telinga.

“Ash, apa kau sudah menemukan tersangka?”

“Ya, tetapi aku kehilangan jejaknya,” jawab Cailey.

“Bagaimana bisa?”

“Dia masuk ke hutan saat aku mengejarnya. Jangan khawatir, aku pasti dapat menemukannya kembali,”

“Baiklah, apa ada sesuatu yang kau butuhkan?”

“Umm sebenarnya, aku kehilangan Julian,”

“Apa? Bagaimana bisa?!” Cailey mengernyit mendengarkan suara keras dari ponselnya.

“Uhh..itu..aku tak bisa menjelaskan kondisinya. Tetapi, bisakah kau melacaknya untukku?”

Terdengar helaan napas di seberang telepon.

“Baiklah, Ken akan menghubungimu. Kupercayakan tugas ini padamu. Jangan kecewakan kami,”

“Ya, pak.”

Klik

Cailey memutuskan sambungan teleponnya begitu sampai pada perbatasan hutan. Ia memutuskan untuk keluar dari mobilnya dan berjalan kaki memasuki hutan. Melihat medan yang tidak memungkinkan untuk menggunakan mobilnya.

Pepohonan pinus adalah hal yang pertama kalinya menyapanya. Jika dipikir-pikir, sudah lama sekali Cailey tak pergi ke hutan. Terakhir kalinya saat sekolahnya mengadakan camping pada kegiatan pramuka dahulu.

Cailey tidak yakin akan menemukan Gyula disini. Sepertinya tidak mungkin ada manusia yang cukup bernyali untuk tinggal di hutan yang menurutnya cukup menyeramkan seperti ini. Sejak pertama masuk pun, Cailey tidak menemukan rumah satu pun di dalamnya. Bahkan di pinggiran hutan pun juga jarang sekali ada bangunan.

Entahlah, Cailey hanya mengikuti firasatnya. Entah mengapa dirinya yakin. Firasatnya terkadang dapat bekerja dengan baik.

Semakin ia berjalan memasuki hutan, semakin banyak pohon-pohon tinggi yang menghalangi cahaya matahari masuk ke dalam hutan. Sehingga, hutan menjadi lebih gelap dan mencekam meskipun pada siang hari.

Ptak

Cailey mengernyitkan dahinya. Matanya membulat dengan sempurna saat ia menyadari sesuatu. Suasana hutan yang mencekam dengan suara-suara aneh mengingatkannya pada Samara, seorang gadis kecil yang menjadi hantu pada film The Ring yang ia lihat satu bulan yang lalu bersama Julian. Bukankah latar film itu adalah sumur yang berada di hutan?

Memikirkannya, Cailey bergidik ngeri, ia memeluk tubuhnya saat pori-porinya mulai membesar dengan bulu kuduk yang terangkat ke atas. Jujur saja Cailey tidak pernah takut dengan mafia, preman, ataupun orang jahat lainnya di dunia. Tetapi nyalinya menciut begitu melihat film-film horror dengan berbagai jenis rupa hantu. Apalagi hantu pada film The Ring yang legendaris.

Cailey membuang jauh-jauh pemikirannya. Lagipula, hantu tidak muncul pada siang hari bukan?

Lupakan film itu, lupakan film yang telah membuatnya insomnia selama tujuh hari tujuh malam itu. Astaga ini sangat memalukan baginya.

Cailey mengumpulkan keberaniannya untuk mengikuti suara itu, bisa jadi itu Gyula bukan?

Suara itu semakin keras saat ia menghampirinya lebih dekat. Dan---

Oh shit! Ternyata hanya suara ranting yang terkena angin.

Cailey hampir berpikir bahwa itu benar-benar Samara, hanya karena suasana hutan yang membuatnya ngeri dan perasaan cemas yang aneh sejak pertama kali Cailey menginjakan kakinya di hutan ini.

Pada sisi lain hutan, Zachary tengah sibuk memberikan arahan bersama Betanya, Liam. Malam ini adalah malam purnama, sehingga banyak sekali serigala yang berkeliaran di luar sana. Termasuk para rogue yang memasuki teritori miliknya.

Zachary memerintahkan para warrior, sebutan untuk prajurit yang dimilikinya, untuk memperketat wilayah. Mengamankan wilayah pack serta memberi perlindungan kepada setiap anggota pack. Mereka para werewolf diberikan kekuatan lebih pada saat malam purnama, sehingga Zachary akan ikut terjun langsung dalam keamanan teritori.

Lagipula, berpatroli ternyata menyenangkan baginya. Zachary menjadi menyesal untuk tidak bekerja sebagai polisi. Menghukum orang lain adalah hobinya, bukankah itu pekerjaan yang sangat cocok untuknya?

Deg

Zachary memegang erat dadanya. Jantungnya terus bereaksi dan berdetak tak karuan, seolah sebentar lagi jantung itu dapat meloncat keluar dari tubuhnya.

Tunggu, aroma ini?

Zachary merasakannya, takdir itu, takdir yang selalu dibicarakan ibunya kepadanya. Benar, Zachary merasakan pertanda itu.

Hari semakin gelap, entah karena mendung atau hari yang semakin sore. Pepohonan yang tinggi serta lebat benar-benar menghalangi Cailey untuk sekedar melihat langit.

Sialnya, Cailey melupakan senternya. Baterai ponselnya lemah, sehingga tak memungkinkan untuk menggunakanannya saat ini.

Sial, kekeras kepalaanya tidak menginginkan untuk menyerah secepat ini. Cailey tidak ingin kembali sebelum ia mendapatkan informasi mengenai Gyula, meskipun hanya satu informasi sekecilpun.

Krek

Krek

Cailey memutar bola matanya, adrenalinnya selalu terpacu saat ia mendengarkan suara aneh. Tetepi, ia tidak ingin tertipu lagi kali ini.

Krek

Krek

Baiklah, Cailey mulai takut sekarang.

Cailey bergeming di tempatnya, menunggu apakah itu hanya suara angina dan ranting. Suara itu berhenti. Ia memutuskan untuk mengabaikannya kali ini. Ia rasa itu benar-benar angin. Tetapi sebelum Cailey melangkah, tiga ekor serigala besar menghadangnya. Cailey hampir melompat karena terkejut, lantaran ini pertama kalinya Cailey melihat serigala setelah kematian kedua orang tuanya. Biasanya Cailey hanya melihatnya melalui National Geographic Channel.

Apa serigala selalu sebesar ini?

Grr

Ketiga serigala itu menggeram, dengan ludah yang menetes dari mulutnya. Gigi-gigi nya begitu tajam. Cailey yakin mereka dapat mengoyak dagingnya dengan mudah. Cailey bergerak cepat untuk meraih senjatanya. Ia mengambil ancang-ancang untuk menyerang. Karena percayalah, berlari bukan merupakan pilihan yang tepat. Serigala-serigala itu pasti dapat mengejarnya lebih mudah.

“Mari bermain wahai hewan terkutuk!” seru Cailey dengan menyeringai.

Cailey menodongkan pistolnya kedepan. Saat Cailey akan menarik pelatuknya seekor serigala menerjangnya dengan cepat. Serigala itu bahkan berhasil mengigit tangannya.

Sial, pistol miliknya terlempar. Selagi Cailey merintih, kedua serigala lainnya menerjang dan menggigit kaki serta bahunya. Pergerakannya begitu cepat, hal tersebut seakan sudah diluar nalarnya.

"Akh," Cailey meringis. Sial sekali Cailey tidak berpengalaman untuk berkelahi dengan hewan. Cailey bahkan belum sempat melalukan serangan apapun.

Cailey mengeluarkan pistol lainnya dan segera ia tembak kepala serigala dihadapannya. Satu serigala lumpuh. Kedua serigala lainnya menatapnya geram. Pandangannya mengabur, Cailey menarik pelatuknya kembali.

DORR

Sayang sekali, Cailey hanya mengenai kakinya. Pandangannya semakin mengabur, Cailey tetap berusaha menarik pelatuknya kembali, tetapi tangannya begitu lemas akibat gigitan serigala tadi. Sehingga, pelurunya melenceng mengenai sebuah pohon yang berada dalam beberapa meter di hadapannya. Cailey mengernyit saat melihat serigala yang ia tembak pada kepalanya tadi kembali bangkit.

Kedua serigala lainnya itu kembali berusaha menerjang Cailey, mereka menggigiti lengannya. Tubuh Cailey sangat lemas, ia dapat merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Cailey benar-benar tidak dapat melawan mereka kembali.

Pandangannya semakin mengabur, tetapi Cailey dapat melihat kedua serigala tersebut terlempar di hadapannya. Cailey mengernyitkan dahinya kembali. Ia gerakkan maniknya ke samping dan mendapati seekor serigala yang bertubuh lebih besar, sedang menatap kearahnya.

Sebelum kelopak matanya benar-benar menutup, serigala itu melolong. Maniknya yang seabu awan mendung menjadi pandangan terakhir Cailey, sebelum kegelapan mendera penglihatannya. Serigala itu menghajar kedua serigala yang menyerangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status