Share

23. Malam Terpanjang

Januari dengan telaten mengompres lukaku dengan es batu. Sesekali aku meringis menahan nyeri. Kadang mengumpat dan menjambak rambutnya yang baru tumbuh itu demi menahan sakit. Januari juga menjerit-jerit karena kelakukanku. Sesekali dia memencet hidung atau lukaku yang menyebabkan aku menyumpahinya dengan kata-kata kotor.

"Bangsat, ini sakit!" teriakku ketika Januari lagi-lagi menekan luka di tanganku. 

"Hush, kamu ngomong kayak preman gitu."

"Abis, sakit. Udah, ah. Aku bukannya sembuh kalau kayak gini. Yang ada tulangku lama-lama patah karena ditekan terus sama kamu."

"Apa--"

Omongan Januari terpotong oleh suara salam seseorang yang kemudian disusul oleh ketukan sepatunya yang mendekat ke arah kami. Terlihat sosok jangkung berambut botak membawa sekantung belanjaan. Ia menaruh barang bawaannya di atas meja. Kemudian, matanya memerhatikan aku dan Januari bergantian.

"Ternyata r

Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status