Rose Watson, seorang mahasiswa miskin dan gemuk. Ia memiliki sahabat dekatnya Lindsay yang selalu mencovernya untuk segala hal. David Robinson, seorang atlit sepak bola yang berbakat dan terkenal sebagai model, adalah kakak kandung dari Lindsay. Ia memiliki hobi membully Rose dan kegemukannya. Sosok David dan Rose tak pernah bisa bersama tanpa ada pertengkaran, dan selalu Rose yang menangis di akhir. Bagaimana kalau mereka harus bekerja sama, untuk mensukseskan pertunangan Lindsay? Akankah mereka damai? Atau terjadi pertengkaran yang lebih hebat?
Lihat lebih banyakAku mahasiswa miskin yang mengandalkan beasiswa, aku pendek dan bertubuh gempal. Yup... hidupku sempurna. Aku cukup berbakat di dunia seni, khususnya di bidang lukisan. Aku berhasil mendapatkan beasiswa full-coverage dan bertemu dengan teman sejatiku, teman yang menyelamatkanku dari putus sekolah. Lindsay Robinson.
Lindsay Robinson adalah putri dari keluarga konglomerat asal Yunani. Ia cantik, tinggi, putih, dan dari atas ke bawah tubuhnya semua terpasang barang branded. Sangat bertolak belakang denganku. Ia mengambil jurusan business management untuk meneruskan bisnis ayahnya kelak, karena kakak dari Lindsay sangat tidak tertarik dengan dunia bisnis. Ia adalah seorang atlet, pemain sepak bola internasional. Bukankah itu luar biasa? "Rose... Rose...!" Suara seorang perempuan memanggilku dari belakang. Aku sekarang berada di area kampus, di depan fakultasku. Aku menoleh dan melihat Lindsay berjalan dengan wajah kesal ke arahku. Ia memakai setelan burberry dari atas ke bawah. Sahabatku yang satu ini memang lebih cocok sebagai seorang fashion model di peragaan busana merek high fashion. Tak ada yang melekat di tubuhnya yang bukan merupakan keluaran barang high fashion. Ia bahkan memakai sebuah tas yang lebih mirip keranjang ibu-ibu ke pasar... dan ia membelinya dengan harga 500 juta. Ya, dia memang segila itu."Rose Watson! Kau sungguh sahabat yang menyebalkan! Berani-beraninya kau tak hadir di acara ulang tahunku semalam! Aku menunggumu semalaman!" omelnya kepadaku.Aku memang tak memenuhi undangannya. Sebuah pesta ulang tahun yang kedua puluh. Lindsay menyewa sebuah klub mahal hanya untuk merayakan ulang tahunnya. Ia hanya mengundang sepuluh temannya—termasuk aku, dan kakak lelakinya. Si atlet sepak bola internasional dan memiliki gelar best butt of the year, ya betul, pantatnya indah. Benar-benar gila! Dialah yang menjadi alasan aku menolak datang di pesta itu. Karena dua nama tak bisa bersama, nama Rose dan David tak bisa berada terlalu dekat, kami membutuhkan jarak ribuan meter untuk saling hidup tenang dan damai. Seperti sebuah magnet yang bertolak belakang.David Robinson memiliki hobi memprediksi ukuran pakaianku yang ekstra size, juga memprediksi banyaknya persentase lemak yang tertimbun di tubuhku, ya, dia semenyebalkan itu."Aku masuk angin. He he," jawabku menyengir kuda. Otakku sedang memproses alasan paling epic untuk kejadian itu... dan kepala cerdas ini menghasilkan jawaban itu, masuk angin. Ya, aku memang cerdas!"Still... kau seharusnya mengabariku! Mengirim pesan atau apalah. Lagi pula kau bisa minum obat dan berangkat mengenakan jaket lalu menyewa taksi! Kau hanya making excuse!" tuduhnya. Dan memang ia benar, aku hanya beralasan. Ia bisa marah besar kalau aku mengeluarkan alasanku sebenarnya, aku tak mau bertemu David."Aku benar-benar sakit, Linds! Sorry..." rengekku dengan wajah paling menyedihkan yang kupunya."Kau nanti sore, wajib ke apartemenku. Aku sedang mempersiapkan acara pertunanganku dengan Rick, seminggu lagi di Ritz Carlton. Kau wajib datang, tak ada alasan apa pun, kalau perlu aku akan menyeretmu untuk datang," ancamnya dengan jari telunjuk mengacung ke arahku.Hmm, aku harus beralasan apa lagi? Semoga saja si pria seratus persen otot itu tidak ada. Ya... dia selalu membanggakan dirinya yang tak memiliki lemak barang satu persen pun, sedangkan aku memiliki lebih dari tujuh puluh persen lemak. Apakah aku pernah memastikannya? Tentu tidak... Geez! Merepotkan sekali. Sejak kecil aku sudah besar seperti ini, mau diet macam apa pun. Ya, seperti inilah tubuhku sejak lahir. Setidaknya aku pintar! Juga berbakat! Ya kan?"Apa pun yang terjadi, aku akan menyeretmu ke apartemenku. Aku akan menyuruh David membopongmu. Setidaknya ia bisa menggunakan otot-ototnya itu agar lebih berguna," keluh Lindsay dan membuatku tertawa terbahak-bahak."Let's eat. Aku lapar... kau mau kan mentraktirku? Minggu ini uangku belum cair," pintaku dengan tragis.Lindsay sudah tahu betul keadaan perekonomianku. Semester kemarin aku hampir saja putus kuliah, uang beasiswaku belum cair dan aku harus membayar semua biaya semester ini dalam jangka waktu dua hari. Lindsay adalah penyelamatku... ia membayarkan biaya semester ini."Thanks, kau menyelamatkanku semester ini. Beasiswaku entah kenapa lama sekali cairnya, aku mencari tambahan untuk hidup dari membuat ilustrasi freelance," ucapku di kantin. Lindsay membelikan dua porsi spaghetti. Saat kubilang dua porsi, bukan berarti untukku dan untuk Lindsay. Dia adalah tipe perempuan yang suka menyiksa diri, seperti sekarang, Lindsay lebih menikmati sebuah salad tanpa mayonaise sambil mendengarkan omongan sahabatnya dengan sabar."Gak masalah, itu uang David!" jawabnya enteng. Jawaban itu sontak membuatku hampir memuntahkan semua spaghetti nan nikmat yang masih kukunyah di dalam mulutku ini."Uang dia?! Kenapa baru bilang sekarang, sih?!" protesku."Waktu itu, cuma David yang punya uang cash sebanyak itu. Uang jajanku sudah habis, jadi cuma dia yang bisa kumintai uang. Lindsay tertawa.“Lagian kalau David, kamu nggak perlu bayar, uang dia banyak kok! Dia baru aja jadi brand ambassador dari brand celana dalam,” jawab Lindsay dengan ceria.
'Bagaimana ini? Aku sudah sering diledek oleh pria itu, dan sekarang dia juga yang sudah membayar SPP-ku. AGH!'Lindsay mendapatkan happy endingnya. Sehari setelah resepsi pernikahanku di Brazil, ia melangsungjan resepsi pernikahannya di hari berikutnya..di tempat yang sama…sama meriahnya dengan dirinya berbalut gaun indah dan mempesona. Lindsay menjalani pernikahannya dengan indah..ia dan Lucas berlibur ke beberapa pulau eksotis seperti Maldies, Bali dan Jeju…untuk bulan madu mereka. Mereka baru berhenti berpergian untuk bulan madu, saat Lindsay postif hamil dua bulan kemudian. Bukankah itu sangat enak? Lindsay maksudku, ia bisa mendapatkan bulan madunya selama dua bulan, traveling ke tempat indah..sebelum cooling down di Vegas karena hamil. Sementara aku, sejak pernikahanku… aku tak boleh berpergian kemanapun menggunakan persawat… karena kehamilanku, tentu saja. Perutku sudah sangat besar…bahkan aku tak bisa tidur dengan terlentang lagi… aku hamil anak kembar lagi! Dave dengan sperma yang seperti Sparta! Bagaiamana mungkin ia menggunakan kondom dan masih bisa membuatku hamil
Hal yang paling menyebalkan di dunia adalah menunggu. Aku berada di aula depan kastil kami di Brazil… menghadiri pernikahan super megah dari Dave dan Rose. Ya mereka akhirnya akan menikah, setelah diketahui Rose sedang mengandung anak Dave, mungkin hari ini adalah usia kandungannya yang ke delapan minggu. Seharusnya ini adalah upacara pernikahanku… namun semua itu akhirnya ditunda karena Dave lebih memiliki alasan urgensi. Sementara aku dan Lucas masih berjarak tempat..ia masih di Guatemala.Lucas kemarin malam berjanji akan datang, ia berusaha akan datang…menyelesaikan semua urusannya di sana…dan terbang di penerbangan pertama. Aku sampai sekarang belum bertemu dengannya, padahal acara sebentar lagi akan dimulai. Agh… kenapa ayah menjadi sangat menyebalkan..aku menyesal karena ak ikut dengan Lucas ke Guatemala, bahkan kami belum melaksanakan malam pertama kami. Damn it! Aku sudah protes kepada ayah, dan ia hanya menjawab bahwa Lucas belum m
Aku tak menerimanya, mataku memandang lurus ke arah matanya yang memohon."Aku tak suka susu." Jawabku ketus. "I just wanna sleep...in peace! Tak bisakah aku tidur?""Kau boleh tidur setelah meminum ini, kau muntah dan kehilangan tenaga...please Rose!""Kalau ini semua akibatmu, kenapa aku yang harus merasa susah.""Aku menderita saat tahu kau hamil dan kehilangan anak kita setelahnya, aku sering bermimpi dua anak lelaki lucu yang memiliki wajahmu dan warna rambutku... Rose..Mereka anak kita yang meninggal... Aku selalu menangis saat bangun tidur saat bermimpi mereka..jika saja semua baik-baik...mereka mungkin sudah lahir dan sangat menggemaskan..." Ia seperti orang yang meratap. Aku bisa melihat kesedihan dalam wajahnya.Kalau ia sudah seperti ini, aku tak bisa lagi mengelak. Akhirnya aku meminum habis susu itu, dan ia tersenyum lebar. Setelah meletakkan gelas susu itu..ia menunduk dan mencium perutku yang masih datar."Sehat terus... anak-
Aku menghabiskan waktu dua hari lagi di pantai yang sama dimana Dave dan aku kembali bersama. Ya.. aku sudah yakin dengan keputusan itu. Sejak saat itu juga, Dave memindahkan semua barang-barangnya ke kamar yang sama denganku."Persetan dengan penunggu kamar pojok! Aku tak mau lagi tinggal di kamar itu. Aku rela membeli berdus-dus kondom kalau perlu." Ucapnya suatu malam, saat aku memaksanya kembali ke kamar. Tentu saja ia mengatakannya dengan tenang dan penuh senyum. Yang ada di kepalanya adalah urusan ranjang. Thats it!"The condom part... Is actually not included!" Jawabku malas. Aku sedang berbalas pesan dengan Lindsay."It is! Tentu saja...! Apa mulai sekarang aku bisa melakukannya tanpa kondom?!"Pft... Ia terus mengulanginya. Ia sengaja membicarakan hal semacam itu agar ia mendapatkan jalur mulus melancarkan aksinya. Biasanya aku selalu terperdaya.Aku diam, malas membalas. Bahkan rambutku belum kering dari kejadian di kamar mandi baru
Ia melepaskan ciumannya, memangku dengan serius. "Be mine... Aku tak mau menunggu...now! Be mine! Linds... Please! Marry me!""Bukankah kau memang sudah jadi suamiku?" Jawabku masih terengah."Kau masih marah? Aku melakukannya hanya karena aku menginginkanmu...so bad Linds... Aku tak bisa melihat kau dengan pria lain." Ucapnya lagi."Hmm...""Kau boleh menghukumku.. apapun itu, tapi... Nikahi aku dulu...""Apa aku bisa menolak?" Tanyaku."No.. aku akan membawamu langsung ke altar.. saat ini..detik ini!" Ucapnya. Ia meletakkanku ke kursiku semula.Ia menyetir mobil dengan cepat. Aku hanya diam.. masih setengah shock dengan welcome kiss dari Lucas. Ia bilang mau menikah sekarang juga? Semoga saja ia hanya bercanda.Sepuluh menit berikutnya kami berada di parkiran sebuah capel. Ia tak bercanda!"Lucas!" Protesku."Please..Linds... I can't... Just can't stand it anymore!" Pintanya dengan sungguh-sungguh.
Aku masih tak percaya dengan apa yang Dave barusan bilang. Jadi dia dan Rose bersama?! Bagaimana bisa?! Apa jangan-jangan Dave menggunakan dukun untuk memantrai Jen? Ini di luar akal sehat?! Bahkan aku adiknya saja tak percaya Dave dan Rose akan bersama. Satu karena Rose dan Dave tidak satu kutub...mereka berlawanan, dua karena ada Louis?! Bagaimana bisa Rose meninggalkan Louis?!Aku ingin bicara langsung dengan Rose.. memastikan. Apa yang dikatakan oleh Dave benar. Tapi setiap kali aku meneleponnya kembali, nomor itu tidak diaktifkan.Nonna masuk ke dalam kamar, dengan segelas tehnya..sebuah teh dengan gelas elegan dari dinasti kuno. Mungkin dari dinasti Ming? Entahlah.. yang jelas itu adalah cangkir berharga lebih dari 15000USD dan selalu dibawa kemana-mana oleh Nonna. Rasa tehnya akan hambar kalau diseduh di gelas biasa. Huh the perks of being rich right?!"Linds..." Sapa Nonna dengan wajah senyum elegannya. Ia duduk di kursi yang menghadap jendela..meminum t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen