Share

Calon Istriku

Selamat Membaca

HAVE A NICE DAY

"Aku sangat mengagumimu bahkan, semua Putri Kerajaan sepertinya selalu membicarakanmu. Semua orang ingin menjadi Dirimu dan semua orang ingin dekat denganmu," ucap Fatma dengan jujur.

Rasi tercengang mendengar ucapan Fatma, setahunya banyak yang membencinya. Bahkan, ketika Dia berkeliling untuk melihat dunia luar di Kerajaannya sendiri Dirinya dikatakan arogan, sombong, tidak punya hati. Termasuk Naira, di mata Gadis itu Rasi melihat kebencian mendalam.

Di Kepalanya, semua memori buruk itu terus berputar. Fatma yang bahkan seperti bicara omong kosong bagi Rasi karena, yang Dia dengar justru sebaliknya. Apakah hanya orang Kerajaannya yang membencinya?

"Kak Rasi, itu Kakakku. Dia sangat tampan, kan?" tanya Fatma pada Rasi yang masih termenung.

"Kak Rasi," ucap Fatma mengangetkan Rasi dari lamunannya.

"Oh, iya. Apa tadi?" tanya Rasi, Dia sudah kembali dari lamunannya.

"Itu namanya Pangeran Afni, Dia kakakku." Fatma menunjuk suatu tempat.

Di sana ada sekelompok Pangeran yang sedang memanah sesuatu, sepertinya Mereka sedang mencoba membuat para Putri Kerajaan kagum. Karena, banyak Tamu Kerajaan yaitu, para Putri Raja yang juga ada di taman istana.

Para pangeran itu pasti sedang menarik hati Mereka dengan cara menunjukkan keahlian memanahnya, Fatma dari tadi selalu memuji Pangeran Afni di depan Rasi. Tapi, yang pertama kali terbayang justru Laki-laki yang menyelamatkan Naira ketika, Rasi bertengkar dengannya.

"Tidak!" ucap Rasi sedikit berteriak.

"Ada apa?!" tanya Fatma yang terkejut.

"Oh, tidak Aku melupakan sesuatu." Rasi berbalik dan hendak pergi. Tangan Fatma memegang lengannya.

"Tunggu dulu, biar Aku ikut. Boleh,kan?" tanya Fatma memohon.

"Iya, sebenarnya Aku hanya ingin menaruh makanan ini saja." Rasi menunjukkan nampan yang dari tadi dibawanya.

"Pelayan," panggil Fatma pada Pelayan yang sedang melayani para putri itu.

Rasi sangat terkejut, karena Mereka semua saat ini sedang melihat Rasi dan Fatma. Seorang Pelayan mendatangi Mereka lalu, Fatma memintanya untuk menaruh nampan yang Rasi bawa.

"Itu siapa?" tanya Mereka dan ada juga yang berbisik.

"Bukankah itu Fatma? Dia bersama siapa? Sangat cantik," puji seorang Pangera entah ,pangeran dari mana.

Rasi mulai gerah dengan suasana itu, Dia tidak suka diperhatikan seperti itu. Biasanya di Kerajaan, Mereka akan menunduk setiap bertemu Rasi. Tapi, Mereka justru melihatnya dengan berani. Apa karena, Mereka anak-anak Raja?

"Kak Rasi, Mereka sebelumnya hanya mendengarmu saja. Hanya Aku satu-satunya yang mengenalmu, ayo Kita ke sana." Fatma menarik tangan Rasi menuju tempat para Pangeran.

"Kenapa Fatma membawaku ke mari? Aku tidak suka," batin Rasi. 

Pergaulan Rasi yang dibatasi, mungkin itu sebabnya Dia tidak terbiasa bertemu Mereka. Tapi, sebagai seorang Putri Raja. Rasi sudah tahu apa yang harus Dia lakukan jika, berada dalam posisi seperti itu.

Selama bertahun-tahun Rasi dilatih oleh Grita untuk bersikap anggun, berbicara dengan halus. Rasi berusaha menahan amarahnya yang kadang meluap secara tiba-tiba saat ada sesuatu yang tidak Dia sukai meski, sebelumnya Rasi tidak pernah bersikap demikian. 

Kalau hari ini Rasi sampai membuat keributan maka, tidak tanggung-tanggung Ratu akan mengirimnya ke Asrama. 

"Aku tidak mau itu terjadi! Aku tidak mau dikirim ke Asrama," batin Rasi.

"Fatma, siapa gadis cantik yang bersamamu?" tanya seorang Pemuda yang Rasi tidak tahu namanya.

"Dia Kakakku," jawab Fatma santai.

"Wah, lihat Pangeran. Adikmu memiliki Kakak baru," ucapnya.

"Biarkan saja," ucap Pangeran itu.

Posisinya membelakangi Mereka karena, Dia sedang fokus terhadap buah mangga yang akan dipanahnya. 

"Dia sangat cantik," ucap temannya.

"Tidak ada yang lebih cantik dari calon Istriku," jawabnya.

"Sombong sekali," batin Rasi.

"Kalau begitu biar Aku saja yang berkenalan dengannya." Dia mendekati Rasi.

"Jangan dekat-dekat!" ucap Fatma, Dia tidak membiarkan orang itu mendekati Rasi.

"Santai. Kalau melihat dari penampilanmu, keanggunanmu dan wajahnya yang seperti teratai. Kau pasti Putri Raja, tidak perlu mengambil hati ucapannya. Kau cukup dengarkan Aku karena, hanya Aku yang menyadari kecantikanmu. Siapa namamu Tuan Putri?" tanyanya. Dia mengeluarkan kata-kata yang sok romantis sehingga, membuat para Putri lainnya cukup ramai di belakang.

Anak panah melesat dan tepat sasaran. Mangga itu jatuh, salah satu dari Mereka mengambilnya dan memberikannya pada sang pemilik.

"Fatma, apa perlu Aku memberitahunya namaku?" tanya Rasi pada Fatma.

"Tidak perlu Kak," jawab Fatma.

"Baiklah, jangan beritahu. Aku akan mencari tahunya," ucapnya.

"Hei, Pangeran Jiwon tidak boleh keluar dari taman ini," ucap Fatma.

Pangeran yang bernama Jiwon itu bertanya pada semua Putri yang ada di sana tetapi, Mereka juga tidak tahu. Dia kembali dengan tergesa-gesa.

"Baiklah, Aku menyerah. Tapi, Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan hatimu," ucapnya.

"Kakak, Kau yakin tidak ingin tahu nama Kakak baruku?" tanya Fatma.

"Tidak," jawabnya.

Pangeran Afni yang ternyata lebih fokus pada sasaran berikutnya, Dia memanah beberapa mangga. 

"Rasi," panggil Agra. Dia datang menemui Rasi.

Suasana hening, bahkan Pangeran Afni menjatuhkan panahnya. Rasi tersenyum pada Agra, pesona yang sesungguhnya keluar. Inner beauty Rasi terpancar jelas saat Dia tersenyum tulus ketika, bicara dengan Agra. 

Para Putri kerajaan, termasuk Fatma memandang Agra begitu dalam. Fatma bahkan tidak berkedip sama sekali, Dia memperhatikan Agra dari atas sampai bawah. Para Pangeran merasa jengah karena, perhatian semua tertuju pada Agra. 

"Ekhem...Kau Agra, kan?" tanya Pangeran Afni. Mengulurkan tangannya dan berkenalan dengan Agra.

"Iya, Aku Agra dan Kau pasti Pangeran Afni dari kerajaan Lotusha." Agra menyambut tangan Pangeran Afni.

"Iya, Kita pernah bertemu sebelumnya. Kau bisa memanah?" tanya Pangeran Afni. Mereka berdua langsung akrab.

"Ya tentu," jawab Agra. Dia juga sangat terbuka dengan semua, apalagi Agra sering latihan memanah dan menggunakan pedang.

"Mau latihan bersamaku?" tanya Pangeran Afni, tapi setelahnya Dia memandang Rasi.

"Boleh," jawab Agra singkat. 

Mereka memanah buah mangga, sekaligus menolong Prajurit yang ditugaskan untuk memetiknya. Keduanya sama-sama mahir, dua orang dan dua pohon mangga yang berbuah lebat. Keranjang masing-masing sudah hampir penuh tapi, latihan masih berlangsung.

Baik Agra atau Pangeran Afni sama-sama belum berhenti. Namun, jika diperhatikan itu bukan seperti latihan. Itu seperti sebuah pertandingan, Mereka sangat antusias menonton Pangeran Afni dan Agra yang menunjukkan kebolehannya dalam memanah.

"Sudah berhenti dulu! Keranjang buahnya sudah penuh," ucap Rasi. Dia berusaha menghentikan keduanya.

Agra dan Pangeran Afni berhenti ketika, Rasi yang memintanya. Para prajurit itu kemudian, mengambil keranjang buahnya. Mereka sangat senang karena, tidak perlu memanjat pohon mangga. Meski pohonnya tidak terlalu tinggi.

"Fatma, Aku akan ke dalam." Rasi meninggalkan taman istana, begitu juga Fatma dan para Putri yang ikut.

"Hei, kenapa semuanya pergi?" tanya Pangeran Jiwon.

To be continue

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status