Dia sangat memperhatikanku, sudah beberapa bulan ini aku jalani hubungan kisah pacaranku dengan Febri. Tanggal 21 di setiap bulan, dia selalu memberiku ucapan dan hadiah hari jadian kami. Terkadang memberiku kue tar, boneka atau coklat kegemaranku. Aku sadari dia sangat-sangat menyayangiku. Banyak hal yang hilang dari diriku kini, yang pasti kebebasan, semakin hari aku merasa sangat-sangat terkekang sekali.
Walau hanya untuk bersapa dengan sahabat dan teman laki-laki, hanya berucap hai saja Febri selalu marah dan cemburu. Itu hal yang selalu aku kesal, apa pun harus terpantau olehnya, harus izin darinya. Kadang aku berpikir, aku ini baru jadi pacarnya kenapa sih harus terkekang seperti ini. Bagaimana kalau sampai menikah nanti, dan sifat cemburu berlebihnya itu semakin menjadi-jadi setiap harinya. Benar-benar membuat aku lelah. Ingin putus susah, ingin mendua kapan waktuku untuk mendua, berangkat, pulang sekolah atau sore hari pun dia selalu main ke rumahku. Dari ya
Cita-cita Febri sangat tinggi, dia ingin menjadi dokter atau teknik sipil sama seperti aku, dia pintar dan berasal dari keluarga yang berduit. Sangat sayangjika tidak kuliah di Universitas yang terbaik di pulau Jawa. Beda halnya dengan aku yang anak seorang janda dan hanya bekerja sebagai guru biasa, tidak bisa berharap bercita-cita tinggi untuk keluar kota dan kuliah di universitas yang mahal biayanya. Harus banyak berpikir keadaan ekonomi dan kemampuan orang tua.“Feb, Kamu mau kuliah di Jogjakarta ya?”“Iya Sin, doakan Aku ya, semoga lolos seleksi ke universitas yang Aku inginkan.”“Iya, pasti akan Aku doakan Febri dapat kuliah di tempat yang terbaik”“Sintia juga semangat ya, Kamu akan lanjut di Bandung atau di Lampung kuliahnya Sin?”“Akan aku coba semuanya Feb, Sintia berusaha yang terbaik dulu sesuai cita-cita Sintia.”“Ingat satu hal Sintia, setialah di sini untukku.”“Iya, semoga saja bisa setia ya Febri.
Aku mengunci diriku dalam kamarku, berhari-hari atau berminggu-minggu lamanya dan aku akan membukanya jika Kiki dan teman-temanku mengetuk kamar ini dan mencariku saja, aku trauma, benar-benar trauma akan kejadian pahit itu. Aku yang ceria kini mendadak termenung sedih, teman-teman mungkin heran dengan perubahan sikapku. Dan rasa percaya dan sayang kepada Hery pun seketika luntur dan hancur. Pasrah, bagaimana saja Tuhan memberikan jalan yang terbaik. Sintia benar-benar hancur, kosong dan terluka.Di lain sisi, Hery berkali-kali meminta maaf kepadaku, tapi entah mengapa bukan rasa sayang atau cinta yang tersisa, tapi satu hanya rasa kecewa, benci dan menyesal telah mengenalnya selama ini. Aku pun berpikir lebih baik aku harus menjauh dari Hery demi masa depan dan mimpi-mimpiku, persetan dengan janjinya yang akan menikahiku dan melamarku dengan segera. Aku tidak mau hidupku hancur lebih dalam lagi, hidupku hancur, hati orang tuaku pun pasti akan menangis karena
”Sintia tidak setuju kalau Mama menikah kembali, apa pun alasannya Ma, Sintia keberatan.”“Tapi ini hidupnya Mama, ini keputusan Mama untuk menikah kembali.”“Tapi dia tidak seperti almarhum Papa, karakter dan kepribadiannya sangat bertentangan dengan Papa.”“Karena Kamu belum mengenalnya Sintia.”“Apa pun itu Sintia tidak setuju Ma!”Mama tetap menikah dengan pilihannya itu, susah sekali melarangnya walau hampir semua keluarga tidak memberikan restu, tapi lambat laun restu itu mereka berikan senilai nominal materi yang bapak tiriku berikan kepada om dan tanteku. Mama tetap nekat dengan pilihannya. Calon papa tiriku itu seperti yang aku bilang, beliau baik, hanya saja keras kepala, egois dan tidak mengenal aturan atau tata krama. Rumah bagaikan terminal, acak-acakan dan tak terurus lagi. Mereka semau-maunyamulaitidak betah di rumah dan lebih suka bepergianke dalamkota atau luar kota bahkan deng
“Kak, berapa seriusnya hubungan Kita?”“Serius dong Sin, insya Allah sampai berumah tangga.”“Kak, ada yang harus Sintia ungkapkan, bagaimana pentingnya arti Virgin bagi Kakak?’“Sin, kenapa bicara hal itu, semua kan tabu Sin.”“Ya Sintia mau dengar saja pendapat dari Kakak, bagaimana kalau Sintia sudah tidak perawan lagi?”“Kamu Serius Sin?”“Iya, Aku pernah trauma alami kasus pemerkosaan dulu.”“Betul Sin, kapan dan siapa yang jahati kamu.”“Awal kuliah dulu Kak, Siapa dan kapan biarlah semua menjadi rahasia Sintia, hampir 5 tahun ini Sintia pendam kak.”“Ya Sin, kakak hargai semua itu, Aku mengenalmu sudah cukup lama Sin, Kamu baik, dan Kakak sayang tulus kepadamu.”“Kakak, terima kekurangan Sintia?”“Iya, masa lalu biar menjadi sebuah masa lalu, apalagi Kita sudah mau menikah dan bertunangan.”“Terima kasih kak.”Hari ini, aku mengakui kekuranganku, dan Roby sepertinya sudah tahu dan t
“Sin, apa maksud dari pesan SMS Hery ini?”“Hery SMS, memang Dia bilang apa?”“Jadi begini kelakuan Kamu, ini yang dibilang mau nikah, ini yang di bilang jujur!”“Apa Kak? boleh Sintia pinjam Hp dulu, boleh Sintia baca pesan dari Hery Kak.”“Sudahlah, ini Hp Kamu, kita batal nikah, kita selesai Sin cukup.”Roby meninggalkan aku dan tempat makan siang kami. Badan aku gemetar seakan tak percaya, banyak mata yang memandang di sekelilingku, aku mencoba tenang, membaca isi pesan SMS Hery untukku. Dan berusaha menahan tangis yang mulai menetes di pipiku ini. Aku pun mengambil Hp yang tergeletak di meja dan membaca isi pesan dari Herry.“Terima kasih ya Sintia, aku sangat puas sekali dengan permainan kamu di ranjang kemarin, aku sangat suka Sin.”Pucat pasi seketika, aku hanya bisa diam setelah membacanya, mencoba untuk jangan pingsan dan panik. Aku kembali ke ruang kerjaku, aku tak bisa meninggalkan pekerjaanku sebaga
Masih berusaha tidak percaya dengan semua ini, hari semakin hari berjalan, ya benar mereka lamaran juga. Tampak wajah bahagia di foto yang mereka sebarkan lewat FB, aku membawa motorku dengan ngebut sekali sore ini.“Sin, ayo pulang?”“Aku mau sendiri dulu Bang.”“Sin, Kamu tidak apa-apa? Kamu sudah janji kan sama Abang?’“Ya, aku mau pulang.”Aku simpan motor dan tasku segera, aku ambil album foto pertunanganku dengan Roby, aku peluk, aku menangis, aku menjerit sejadi-jadinya, Ya Allah, sakit, aku tidak sanggup melihat semua kenyataan ini. Mama dan Papaku masuk dan mendobrak pintu kamarku, mereka berusaha menenangkan aku, memeluk, menciumku, ya Allah aku ingin MATI .Sungguh sulit semua yang aku alami, aku ingin mati rasanya, tapi melihat wajah mama aku merasa iba, siapa lagi anak yang mereka miliki selain aku.Malam ini aku tidur menggunakan gaun warna ungu yang Roby berikan untukku. Gaun y
Semua lebih pasti, lebih nyata dan lebih cepat. Mertua dan para orang tuaku tampak kaget dengan rencana aku dan Rahman untuk segera menikah. Sampai-sampai mertuaku menanyaiku, apakah aku hamil? Lucu sekali, tapi apa mau di kata, aku benar-benar mau menikah.Ada yang bilang jika terlalu terburu-buru takutnya gagal di tengah jalan karena aku belum mengenalnya dengan baik, tapi banyak juga orang tua yang bercerita kalau pernikahan mereka sebuah perjodohan atau dengan seseorang yang benar-benar baru di kenal, alhamdulillah lancar-lancar saja.Akhirnya, aku bertunangan dengan Rahman, ke tiga pihak orang tua pastinya kelimpungan, begitu pula mama dan papa kandungku yang dari Bandung harus dadakan ke Lampung. Arfan Yudhi Rahman, aku sering memanggilnya dengan sebutan kak Rahman atau kak Yudhi.Keluarga Yudhi agak kaget dengan statusku, yang di bilang agak rumit asal – usul keluarganya. Tapi aku kenal Yudhi, dia akan vokal untuk memaksa dan
Seperti yang aku bilang sebelumnya, pernikahanku bisa di bilang gampang-gampang sulit. Banyak orang tua dengan segala keinginannya untuk acara pernikahanku, banyak perdebatan-perdebatan di antara mereka sampai sering tidak seia sekata. Waktu yang cukup singkat mempersiapkan segala kebutuhan.Sampai undangan pun aku bingung harus memberikan kepada teman-temanku, benar-benar waktunya mepet dan aku benar-benar tidak punya banyak waktu karena kerja sangat padat setiap harinya.Mama dan tante Jaja, mereka yang bisa di bilang sangat pontang-panting menyiapkan segala pernikahanku. Sedangkan papa tiriku, jangan di tanya lah, beliau hanya membuat kekacauan saja, membakar amarah dan perbedaan dengan pihak orang tua dan keluarga kandungku. Kalau aku bisa teriak, aku ingin menikah saja sendiri, pernikahan yang simplle saja tanpa segala hal yang serba rumit seperti ini, bahkan sampai akan di gelar dalam tiga kali resepsi pernikahan.