Terlalu kejam jika aku bilang takdir hidupku tidak beruntung. Mungkin yang tepat untuk menyiratkannya adalah takdirku kurang beruntung seperti kalian. Kenalkan aku adalah Sintia, anak semata wayang yang dulunya di adopsi sebagai anak kandung secara legalitas. Selama 35 tahun hidupku penuh liku, bisa di bilang aku seorang yang terbentuk dari keluarga yang brochen home, pelarianku dengan mengejar hobi dan mencari sahabat sebanyak-banyaknya. Aku lebih nyaman bercerita dan membagi kisah hidup dengan teman laki-laki. Inilah yang menjadikan mereka semua sebagai Teman Tapi Mesra dalam hidupku. Alasannya sih simplle, karena teman laki-laki pintar memegang rahasia dan pandai memberikan nasehat yang positif. Kisah hidupku terus berliku, bagaikan obak pantai. Baik masalah keluarga, masalah teman kecil yang sering membulying, masalah percintaan, pekerjaan, rumah tangga maupun lainnya. Aku terus berusaha mencari jalan keluar yang baik dan aku berusaha untuk kuat dan bertahan dalam segala cobaan hidup. Bagaimana untuk jangan menjali gila atau bunuh diri karena itu semua. "True Story" Novel Sintia Series
View More“Gis. Lo waras gak sih?”
Ruang rapat itu seketika hening. AC yang sudah dingin mendadak jadi makin dingin setelah suara cempreng Lola naik satu oktaf. Dua orang di meja langsung saling lirik dan spontan menundukkan kepala setelah lagi-lagi penulis senior mereka dimaki di depan umum. Gista berdiri di depan layar proyektor. Ekspresinya datar, meski baru saja dibilang waras tidaknya. Suaranya seperti tak bernada menjawab pertanyaan retoris yang tertuju padanya. “Rent Boyfriend sedang laris, Mbak. Ini–” Gista langsung berhenti bicara setelah satu tangan Lola terangkat tinggi. Telunjuk berkuku panjang hasil manikur salon mahal itu teracung lurus ke layar di belakang Gista. “Gis,” suara Lola lelah, “gue hargai riset lo. Presentasi lo bagus. Tujuan meeting kita hari ini emang nyari naskah dewasa yang cocok sama Megalitera. Tapi Gis, naskah lo masih kering banget. Feel dewasanya gak ada yang masuk semua. Kurang bold, flat banget, gak ada nuansa erotica romance-nya sama sekali. Lo ngerti maksud gue, kan?” Gista mengangguk. Ekspresinya datar membuat Lola sedikit tak sabar. Telunjuk editor itu kembali mengarah kepada slide presentasi di belakang Gista. “Tema lo udah outdated banget. Vibes-nya kayak anak SMA yang putus asa nyari temen kondangan biar gak keliatan jomblo. Gak ada hook-nya sama sekali. Sumpah deh, Gis. Empat tahun bareng gue, lo tuh dapet apa aja?” Lola berdiri tiba-tiba. “Meeting kelar. Gista, deadline lo 24 jam. Mau lo riset orang ciuman kek! Mau lo sewa gigolo sekalipun! Kalo lo gak bisa kasih naskah yang spicy, sori, I’m cutting you off for good.” Gista terdiam. Pandangannya mengikuti Lola dan dua orang lain yang keluar ruang rapat. Baru setelah tak ada seorang pun di ruang meeting itu, Gista duduk menggelosor di kursi. Ponselnya berdenting menampilkan pesan dari Lola, editornya, yang masih mengkritisi rapat pitching draf novel terbarunya. Gista membereskan laptop. Creative pitching hari ini gagal lagi. “Satu lagi. Nanti malem jangan lupa lo hadir di award penghargaan. I’m watching you there.” kata Lola menyelinapkan setengah dirinya di pintu rapat. Di koridor kantor, dia bertemu rekan kerjanya yang lain. Mereka melihatnya penuh arti. Berita tentang Gista yang lagi-lagi dimaki editor pasti sudah tersebar ke seantero penerbitan yang cuma satu lantai ini. Dan Gista tak peduli. Dia berjalan dengan dagu terangkat tinggi tanpa menoleh sama sekali. Baginya gosip tak penting. Yang utama sekarang adalah bagaimana premis muncul di kepalanya dalam 24 jam. ~~~ Malamnya, Gista terjebak di sudut ballroom hotel bintang lima. Segelas lemonade di tangan, gaun pinjaman, dan heels tinggi membuatnya tersiksa. Namun, wanita itu apik menyembunyikan perasaannya. Dia tampak santai, meski kepalanya dipenuhi ancaman lay off dari Lola yang tak urung membuatnya pusing. Gista menyesap minuman. Malam penghargaan industri buku yang didatanginya kali ini membuat nyali ciut. Dia merasa salah tempat. Seperti Upik Abu yang nyasar ke sarang keluarga kerajaan. Sayang, dia tak bisa menolak perintah Lola yang memaksanya datang ke pesta bergengsi ini sebagai perwakilan Megalitera. “Eh, lo udah denger? Malam ini Akash Salim datang. Dia CEO Salim Publishing yang baru menang penghargaan publisher terbaik tahun ini.” “Seriusan? Yang gosipnya suka one night stand itu, kan?” “Yoi. Malam ini bakal tidur bareng siapa dia? Yang bening banyak banget di sini.” “Yang jelas bukan sama kita. Dengar-dengar dia pilih-pilih. Sukanya cuma sama yang high quality doang. Remahan kayak kita gak bakal dilirik sama dia.” Gista mengangkat alis. Gosip sekelompok wanita yang duduk tak jauh darinya membangkitkan rasa penasaran. Dia tahu Salim Publishing adalah salah satu penerbit besar di Indonesia. Namun, Gista baru tahu jika CEO-nya ternyata doyan one night stand. Dia sedang memikirkan tentang riset untuk novel erotiknya, saat suara kasak-kusuk keras kembali mengusik perhatiannya. Gista menoleh dan melihat banyak pandangan tertuju ke satu orang yang tengah berjalan menuju bar. Sosok pria berjas hitam, berambut licin sempurna, dan sangat jangkung itu memang menarik perhatian kaum hawa. Profil wajahnya dari samping juga hampir sempurna, dengan rahang tegas, bibir yang bagus, dan hidung mancung. Gista menggaruk pelipis. Kakinya melangkah begitu saja ke bar. Sepertinya yang berani mendekati pria itu hanya dirinya. Bar praktis kosong saat dia menghampiri Akash. Dan tanpa canggung, Gista mengamati lekat-lekat CEO yang sedang jadi artis malam itu. Lalu Akash menoleh. Pandangan mereka bertemu. Kepala Gista sedikit miring, bingung bagaimana mendeskripsikan sosok di depannya. Sementara Akash mengangkat sebelah alis dan menatapnya dingin. Gista bisa merasakan tatapan tajam menusuk punggungnya. Pasti dari wanita-wanita yang mengidolakan Akash. Dia tak ambil pusing. “Pak Akash.” Akash meliriknya. Gista menatap Akash lamat. Mata berona hazel coklat membuat Gista terpaku. Rahang dan hidung bagai pahatan dewa. Ia mengerjap—menelan salivanya kembali. “Saya Gista. Dari Megalitera,” katanya. Akash mengangkat alis. “Dan?” Ada hening sebentar sebelum dia menunggu jawaban. “Saya cuma mau bicara sebentar, soal—” “Soal kunjungan ke Megalitera? Saya gak minat,” potong Akash “Bukan, Pak.” “Megalitera penerbit ranking berapa? Sori, kapan-kapan aja,” lanjutnya seraya menenggak minuman. Gista mengerjap. “Bukan pak.” Ada hening merayap keduanya. “Bapak mau gak tidur sama saya?”Bagian 1 (Kisah Masa Lalu)Hari KelahirankuNamaku Sintia, aku terlahir di Bandung tanggal 23 September 1985, di seorang Bidan desa teman ibuku. Aku dilahirkan dari ibunda yang bernama Eni suryani dan ayah yang bernama Wito. Bagi mereka lahir itu anugerah, tetapi bagiku itu awal kepergianku, ya aku akan di adopsi. Tidak lain tidak bukan yang akan mengadopsi ku adalah Kakak dari papa kandungku sendiri, yang tidak punya keturunan karena menderita penyakit dan sangat menginginkan keberadaan anak dalam rumah tangganya.Hal itu berawal saat ibu kandungku yang sedang mengandungku tiga bulan bingung mendapatkan kenyataan bahwa ia akan memiliki seorang anak kembali, Sedangkan beliau sudah memiliki empat orang anak yang masih kecil - kecil. Akhirnya mereka berniat membantu kakaknya agar memiliki anak, ahli waris dan teman saat tua nanti. Ya mungkin saja keputusan yang mereka ambil telah di diskusikan dan menjadi jalan keluar yang tepat.“Wito ke mana En, mas
Sudah hampir tiga tahun sejak ayah dan ibuku meninggal. Namun faktanya, kini persoalan sengketa tanah dan rumah tampaknya belum juga usai. Aku lelah, dan bisa dibilang jika aku sudah menyerah.Saya telah memberikan amanah kepada kakak laki-laki saya, untuk membantu mengurus semua ini. Entah kenapa hal yang biasanya mudah menjadi sulit dan rumit seperti ini mereka buat. Ya, itu karena bibi dan paman saya terus bertindak buruk, seolah-olah mereka tidak puas dengan hasil yang saya berikan dan jalan yang saya berikan. Saya telah pasrah dengan semua permintaan mereka untuk menjual harta dan warisan mama dan papa. Dan pada saat proses penjualan pertama saya juga hadir dalam transaksi tersebut. Padahal dari kecil hati saya menjerit dan sakit hati karena kehilangan warisan yang saya miliki dari ibu dan ayah. Meski sangat berat, terpaksa saya jual, dengan alasan menjaga hubungan baik antar keluarga. Saya berharap dengan keputusan saya semuanya akan berakhir, tetapi
Tahun terus berjalan walau sering terseok-seok dalam masalah. Malam ini aku iseng mulai melihat tentang hoki, keberuntungan, rasi bintang, shio ataupun tentang tarot. Kebetulan ada tarot online yang melintas di dinding Geoglle info saat membaca berita. Tak harus tunggu lama aku langsung mengklik nya dengan cepat. Aku masuk ke link admin, mereka meminta aku memasukan nama, tanggal lahir dan jenis kelamin. Langsung deh iseng, aku isi semua itu tanpa ragu. Beberapa detik kemudian aku berganti layar. Admin meminta agar aku memilih kartu tarot secara online sebanyak 3 lembar. Karena ketutup semua jelas saja aku klik secara acak. Tak lama kemudian layar HP memperlihatkan layar 3 kartu yang aku pilih. Sosok wanita sederhana itu kartu pertama yang aku dapat, sosok permaisuri dalam kematian, dan sosok permaisuri yang tampak duduk anggun dalam singgasananya. Tak lama berselang setelah aku melanjutkan pilihan lanjutan munculnya penjelasan dari ke tiga kartu
Semenjak mama dan papa meninggal, selain mengurus Suami dan anak aku pun mulai mengisi kekosongan hariku dan kegiatanku, aku berjualan pulsa HP dan token listrik, membantu suami menjalani bisnis percetakan, jualan Online Shop kecil-kecilan, dan menulis puisi dan novel di sela-sela mengajar. Itu merupakan hobi dan kegiatan baruku. Walau aku tidak bisa berkarier seperti dulu lagi tapi aku harus tetap dapat berkarya di kelilingi kegiatan anak-anak. Alhamdulillah mas Dwi sebagai suami sangat mengertikan aku, beliau selalu mendukungku, walau tidak banyak modal yang dapat di berikan tapi dukungan itu menjadi sangat penting dan berharga sekali. Begitu pun aku, dengan kebebasan untuk berkarya, bergaul dan berkegiatan dari yang Dwi berikan padaku aku harus berikan segala yang terbaik, seperti mengurus rumah ku, anak-anakku dan keperluan mereka dengan baik. Apalagi jika mereka sakit, merawat, menjaga dan memperhatikannya menjadi hal yang lebih penting dari segala aktiv
Sudah hampir dua tahun mama dan papa meninggal. Terkadang masih timbul rasa sedih yang masih sesekali muncul di benakku. Teringat masa kecilku dulu, di saat mama dan papa yang sangat mencintaiku, dan memberikan ku segala hal yang terbaik. Rindu sekali saat-saat itu Mama yang sering menelepon ku, mengingatkan aku makan, mengingatkan aku Shalat, aturan jam 21.00 malam harus sudah ada di rumah saat pacaran, atau berbeda pendapat dalam mengasuh ketiga anakku, dan segala celoteh Mama yang sering membuatku gemas dan kesal. Atau sosok dia papaku, kalau aku sakit atau jatuh papa akan menjadi orang yang paling cemas, buru-buru membawa aku ke dokter atau mengurut kaki dan tangan ku jika terkilir, bahkan papa jua lah yang selalu menangis kalau dulu melihat aku di putus in pacar-pacarku atau gagal mengarungi rumah tangga. Terkadang beliau menjadi teman, dan kadang menjadi musuh terbesarku jika beda pendapat. Tapi kini mereka sudah tiada, aku pun hanya dapat merin
Usia kami aku dan mas Dwi kini sudah tak muda lagi, Mas Dwi sudah 43 tahun dan aku hampir 37 tahun. Belum lama sih kami mengarungi hidup bersama membentuk rumah tangga, yang baru ini, tak terasa sudah menginjak 5 tahunan bersama dalam rumah tangga. Tiga orang anak-anak yang lucu pun memberikan keindahan dan kebahagiaan tersendiri bagi hari-hari kami, dan mas Dwi kian rajin bekerja, demi memberikan segala kebutuhan yang terbaik untuk kami, begitu pun aku yang terus berusaha membantu dengan cara dan gayaku kini. Walau semua itu perlu 1 kata iklas dan perjuangan. Iklas menerima takdir tuhan baik kebaikan ataupun paket ujian-ujian yang Allah berikan kepada kami. Mas Dwi masih selalu romantis, jika saja aku masih muda pasti ingin menambah seorang anak lagi, hal itu mungkin akan memberikan keramaian lebih di rumah ini, tapi sudah cukup tiga anak saja. zaman sekarang memiliki anak banyak cendrung harus memiliki finansial yang baik, kita harus ter
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments