Seminggu berlalu. Mike tetap menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya di hari-hari libur - sesekali mengulangi pelajaran yang sudah ia dapatkan di semester pertama.
Ia merasakan ada yang kurang. Ia tahu ini kesalahannya. Mengabaikan Mega membuatnya menyesal. Sesampainya Mega di kampung, tidak ada sekalipun kabar dari Mega untuknya. Mike menantikan kabar darinya seperti seseorang yang merindukan kabar dari kekasih hatinya yang pergi jauh.
Terkadang Mike berpikir bahwa ia aneh. Ketika Mega ada di dekatnya, ia memperlakukannya layaknya sahabatnya, saudarinya. Kini, ketika Mega jauh ia merindukannya setengah mati. Ia merasakan ada yang ikut hilang.
Ketika Mega berada di dekatnya, Mike sama sekali tidak membalas perasaannya. Mike kuat dengan egonya bahwa Mega hanya seorang sahabat baginya. Sama sekali tidak ada tumbuh rasa suka pada diri Mega.
Mike berusaha menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya. Pergi pagi pulang malam. Berharap sedikit melupakan sosok Me
Pembaca nan budiman. Mohon dukungannya untuk karya sederhana ini. Semoga isi karya ini berkenan bersemayam di hatimu sekalian. Terima kasih.
Mike langsung merebahkan tubuhnya ketika ia telah tiba di kost. Pikirannya masih menerawang jauh memikirkan Tania, gadis yang ia temui barusan di taman, yang duduk sendirian di tempat biasa dia dan Mega selalu menghabiskan waktu berdua. Tatapan matanya yang tajam, sentuhan lembut tangannya kala menjabat tangan Mike dan juga tawanya ketika menyadari tingkah Mike yang aneh kala menawarinya tumpangan meski baru pertama kali bertemu, terkenang rapi dalam ingatan Mike. "Sepertinya malam ini aku tidak akan bisa tidur karena memikirkan Tania." Sejenak tak ada lagi bayangan Mega saat ini. Tambah lagi, Mega sama sekali belum menghubunginya. Mike mengetahui ide gilanya pun dari adiknya, Tania. Kini, sudah ada tiga gadis bernama Tania di hidupnya; keponakan Tante Mery, adik Mega, dan gadis yang baru saja ia temui dan kini telah mulai menghantui pikirannya. "Besok aku harus kesana lagi setelah pulang kerja," gumamnya nekat dalam hati. "Tapi kali ini
"Tak ada yang salah ketika jatuh cinta. Bahkan ketika anda tak jatuh cinta pada orang yang sedang berusaha mendapatkan cintamu tetapi pada orang lain" . . . Mike membisu setelah Tania sudah siap dan duduk di belakangnya. Jantungnya berdegup kencang. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan untuk memulai percakapan. Tania duduk tepat di belakangnya dan dia hanya diam menatap fokus ke depan. Sesekali Mike memainkan rem, sengaja agar Tania bisa memberinya pelukan tiba-tiba. Entah apa yang merasukinya untuk melakukan ide gila itu. Hatinya semakin berdegup kencang tak karuan. Apa yang harus ia katakan untuk memulai percakapan dengan Tania? Mike berpikir keras - bertanya-tanya dalam hati. "Pelan-pelan saja. Aku sedang tidak buru-buru," kata Tania tiba-tiba membuyarkan pikiran Mike dan membuka percakapan. Mike tersenyum kecil, kebingungannya kini terjawab, Tania yang akhirnya lebih dahulu mengajak berbicara. "Maaf,
"Sungguh, tak ada satu pun lelaki yang menghendaki perkelahian antara dua gadis karena dirinya".... Di dalam kamar kost, Mike sedang gelisah - seperti orang yang akan gila memikirkan hutang yang tidak bisa lagi ia terbayarkan. Mike mondar-mandir tak jelas sendirian di dalam kamar. Pikirannya kacau. Sesekali menggaruk-garuk kepalanya, melirik handphone dan kembali berjalan mondar-mandir mengitari meja di dalam kamar kost hingga beberapa kali. Jika Anda pernah melihat seseekor binatang peliharaan yang dimasukkan ke dalam sebuah kurung, seperti itulah Mike saat ini. Hari ini ia tidak masuk kerja, besok ia akan masuk shift malam. Mike berharap hari ini ia akan menghabiskan waktunya bersama Tania. Berjalan-jalan mengelilingi Jakarta, mengunjungi beberapa taman, dan mungkin singgah ke beberapa tempat makan jika lapar. Bisa jadi juga mereka akan ke Ancol, membiarkan tubuh mereka terbakar oleh panas matahari yang menyengat, berjalan di
"Anda akan menjadi benar-benar gila ketika menyadari anda telah melakukan hal gila demi seseorang atas nama cinta" . . . Mike berusaha melupakan semua pikiran yang mengganggunya seharian - memikirkan Tania yang sama sekali tidak memberikan kabar padanya untuk bertemu, memikirkan Mega yang akan kembali dan memintanya untuk menjemputnya di bandara. Ia berusaha keras mencari cara agar ia bisa menyelesaikan persoalannya dengan Mega, menjelaskan bahwa ia tidak bisa menerima Mega untuk menjadi kekasihnya. Mike tahu ia melakukan ini bukan karena ia telah jatuh cinta pada Tania tapi karena ia memang tidak mau menjadikan Mega kekasihnya. Ia hanya ingin Mega akan mencintai dia sebagai sahabat, sebagai saudaranya. Memikirkan hal ini membuatnya kelelahan hingga tertidur. Mike lupa apa yang ia pikirkan terakhir sebelum akhirnya ia tertidur pulas. Benar-benar melelahkan dan membingungkan. Mike tersadar dari tidurnya lalu membuk
"Sepertinya pada dirimu aku telah menemukan tuan atas puisi-puisiku yang telah lama membisu"... Mike masih tertegun. Kakinya gemetar, tak bisa melangkah. Ia bediri di depan meja, sedikit menunduk menatap kosong pada meja di kamar kostnya yang terbuat dari papan lalu difernis rapi. Kedua tangannya menopang di atas meja. Pikirannya berkecamuk hebat. Masih terngiang dengan jelas di telinganya kata-kata Mega barusan. Mike mencoba melupakan, menganggap biasa saja karena ia tidak akan memaksakan kehendaknya untuk luluh dan membalas cinta Mega padanya tetapi penegasan Mega benar-benar mengganggunya. Mike bisa saja dengan jelas mengatakan pada Mega bahwa ia tidak akan bisa menerima cinta Mega. Mike bisa saja mengabaikannya tetapi ia tidak bisa. Yang ia pikirkan sekarang adalah Tania, apa yang akan terjadi jika ia menolak Mega dan Mega tahu ia mencintai gadis lain. Mike mundur seketika dan mendapati ranjangnya. Ia merebahkan tubuhnya mencoba
"Sahabat adalah segalanya. Ia mampu mengangkat dan meringankan bebanmu ketika kamu berada di luar rumahmu. Ia bisa kamu jadikan bahu untuk bersandar sejenak jika kamu lelah dengan hidupmu."... Mike memarkirkan sepeda motornya lalu masuk ke dalam kamar kostnya. Ia mengganti setelan kerjanya dengan setelah jersey tim sepak bola kesayangannya, Barcelona. Di bagian punggung jerseynya bertuliskan nama pemain kebanggan tim itu, Messi yang bernomor punggung sepuluh. Hari ini ia tidak akan kemana - mana jadi ia memutuskan untuk mengenakan jersey ini untuk bersantai di kostan. Mike memang seperti itu jika sudah menjalankan tugas shift malamnya, tidak ingin kemana-mana. Hanya ingin melepas lelah, mengistirahatkan penat setelah bekerja, dan mencoba melupakan persoalan cintanya bersama Mega dan Tania. "Ah, lagi-lagi urusan cinta yang harus dipikirkan." Setelah mengganti pakaian, Mike melangkah menuju tempat dimana dispenser dile
Mike segera membuka pintu kamar kostnya ketika mendengar suara sepeda motor berhenti di lorong gang tepat di depan kost. Dengan jelas ia melihat seseorang sedang menghentikan sepeda motornya lalu mengambil handphone dari sakunya. Mike sengaja membiarkan - menyaksikan orang itu kebingungan mencari kostnya. Lalu seketika itu juga Mike mendengar handphonenya berdering di dalam kamar. Mike membiarkannya tanpa mempedulikannya. Mike masih berdiri menatap Kevin sambil tertawa kecil. Ia terus memperhatikannya dari depan kostnya. Dia menurunkan handphone dari telinganya lalu mengarahkan pandangannya mencari ke sekeliling. Tentu saja Kevin kebingungan. Alamat yang telah Mike kirimkan memang benar dan dia telah sampai tetapi yang mana kamar kost Mike, dia tentu tidak mengetahuinya. Mike tersenyum kecil memandanginya. "Hahaha, kamu sengaja tidak menjawab teleponku ya. Dasar," celoteh Kevin ketika pandangan matanya menemukan Mike sedang berdiri memandangin
Mike baru saja tiba di tempat kerja. Setelah serah terima shift jaga, ia mengambil alih tugas di meja utama pintu masuk hotel.Pada jam-jam seperti ini memang banyak tamu yang berkunjung - ada yang sendiri, ada yang membawa pasangan.Ia menyapa satu per satu tamu yang berkunjung dan memeriksa setiap mereka yang datang.Hal seperti ini ia lakukan sudah hampir tiga tahun semenjak ia diterima bekerja disini sebagai security.Mike bersyukur bahwa pekerjaan ini dapat membantu kehidupannya dan juga kini membantu biaya kuliahnya. Mike mencintai pekerjaannya.Tidak seperti malam-malam sebelumnya, malam ini ia lebih fokus pada pekerjaan. Pikirannya tidak terbagi antara Mega dan juga Tania.Setelah pertemuannya tadi pagi dengan Kevin, ia sudah memutuskan untuk mengenalkan Mega kepada Kevin. Ia bisa memanfaatkan kesempatan ini - Kevin pintar bermain musik; bermain gitar dan piano.Sedangkan Mega, gadis yang berbakat menulis puisi, ia nanti bisa