Semester kedua perkuliahan kini telah dimulai lagi. Mike sudah mengatur waktu kerjanya dengan baik agar kuliahnya tidak terganggu. Ia pergi ke kampus tiga hari full dan sisanya ia fokus untuk bekerja.
Mike melangkah masuk ke halaman kampus. Tiba-tiba ada suara yang menyapanya dari belakang.
"Mike, tunggu aku," suara itu menghentikan langkah Mike. Mike sudah sangat mengenali suara itu. Ia menoleh dan mendapati Mega berjalan ke arahnya.
"Hai, Mega. Aku kira kamu sudah sampai duluan," katanya sambil meberikan tangan menyalami Mega. Mega hanya tersenyum.
"Bagaimana, kamu sudah siap menghadapi semester baru?" tanyanya seketika sambil melangkah menuju ke kelas.
"Siap tidak siap, harus siap,hehehe," jawab Mega sekenanya sambil tertawa kecil.
Mike berjalan memasuki ruangan kelas diikuti Mega. Ketika sampai di depan pintu kelas, Mega memintanya untuk masuk terlebih dahulu. Ia hendak ke toilet. Mike mengangguk kecil lalu memasuki ruangan kelas d
Satu Tahun Kemudian . . . Suara sepeda motor memecah keheningan area kost Mike. Ia membiarkannya bunyi beberapa saat - memanasi mesinnya - kemudian beranjak pergi. Ia akan melaju bersama sepeda motornya menuju kostan Tania. Mike dan Tania semakin dekat setelah beberapa bulan sering bertemu, selalu diantar pulang. Kesibukannya untuk mempersiapkan sidang skripsinya waktu itu memang membuatnya tidak bisa kemana-mana, barulah sekarang ia selalu punya waktu untuk berdua dengan Mike. Mereka sering bertemu setiap akhir pekan di taman, tempat biasa. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Tania menggantikan posisi Mega dan yang selalu menemani Mike disana. Mike menyadari bahwa ia memang menyukai gadis itu. Dari setiap pertemuan, ia merasakan kenyamanan yang dirasakan Tania pada dirinya. Memang benar, Tania tak lagi malu-malu ataupun mengganggap setiap omongan Mike adalah rayuan semata. "Tania, tolong kau jaga keselamata
Mike kembali ke kostnya setelah mengantar Tania. Ia masuk dan segera mengunci pintu. Mike juga menyempatkan diri masuk ke kamar mandi dan membersihkan wajahnya. Ia sedikit memberikan perawatan pada kulit wajahnya. Mike lalu kembali ke ranjang dan merebahkan tubuhnya tanpa mengganti pakaian yang tadi ia kenakan. Melelahkan memang. Tapi ia sudah lega kini. Mega telah menjadi milik Kevin. Mega menerima ungkapan perasaan Kevin yang dinyatakan dalam bentuk lagu di cafe tempat mereka bertemu tadi. Mike dapat merasakan betapa bahagianya Kevin ketika Mega melangkah maju, menghampirinya lalu memberikan tangannya digenggam Kevin. Akhirnya, rasa cinta yang pernah hilang kini tumbuh kembali setelah ia bertemu Mega. Mike pun tak menyangka Kevin seromantis ini. Apalagi semua orang yang berada di dalam cafe merekam moment indah dan tak terlupakan bagi dirinya. Harapan Mike saat ini hanya satu. Semoga Mega membunuh perasaannya padanya dan melihat Kevin sebagai
Mike sama seperti kebanyakan orang lainnya yang memilih Jakarta sebagai tempat untuk merantau. Tujuan ia datang ke Jakarta pun mungkin sama seperti kebanyakan orang - untuk kuliah, juga untuk bekerja. Ketika menginjakan kaki pertama di Jakarta - kota yang tak pernah tidur - Mike masih seperti orang yang baru pertama kali merantau padahal ia pernah meninggalkan kampung halamannya dan pergi merantau ke Jayapura, di Tanah Papua. Sejak menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA, Mike memutuskan pergi ke Jayapura, menerima tawaran dari salah satu sepupunya yang sudah lebih dahulu merantau dan bekerja disana. Ia masuk kerja mengikuti saudaranya yang adalah seorang operator alat berat di sebuah perusahaan kontraktor, PT. Agung Mulia Iriana. Hari-harinya ia habiskan dengan bekerja, keluar masuk hutan mengerjakan jalan penghubung Trans Papua dari Kabupaten Abepura hingga Kabupaten Keerom. Itulah sebabnya ia merasakan hal yang baru ketika tiba di Jakarta.
"Non scholae sed vitae discimus : bukan untuk sekolah tetapi untuk hidup kita belajar - pepatah kuno bahasa latin" ... Hari yang ia tunggu-tunggu: mendaftar kuliah. Semangatnya luar biasa. Mike melangkah penuh semangat melewati pintu gerbang kampus - menyapa beberapa orang yang lewat lalu berjalan terus menuju sekretariat pendaftaran penerimaan mahasiswa baru. Semoga saja tak banyak yang antri di dalam sana karena ia harus buru-buru pulang, batinnya. Hari ini jadwal Mike shift siang dan ia tidak boleh terlambat. Jika terlambat, ini menjadi pertama kalinya ia terlambat datang ke tempat kerja. Mike bekerja sebagai seorang satuan pengaman (satpam) pada sebuah hotel ternama di kota ini. Gaji ia bekerja disini lumayan untuk dia membiayai kuliahnya sendiri dan juga untuk keperluan mendadak di kampung. Menjadi anak sematawayang bukanlah hal mudah. Tambah lagi ayah - tulang punggung keluarga - telah pergi untuk selama-lamanya dan ibu i
Semester pertama telah Mike lalui dengan nilai yang memuaskan. Waktu liburan akan ia isi dengan kesibukan bekerja tanpa ada izin cuti sedikitpun seperti yang ia lakukan ketika dalam masa ujian karena ia butuh waktu untuk fokus menghadapi ujian. Hubungan pertemanannya dengan Mega berjalan baik. Selalu pulang bersama-sama setelah jam kuliah selesai. Kadang mereka menyempatkan diri singgah ke taman untuk sekedar duduk berdua dan saling berbagi cerita. Semuanya berjalan seperti biasa. Mike sama sekali tak ada perasaan lebih pada Mega - ia sudah seperti saudari semata wayang bagi Mike, selalu ada di saat Mike butuh bantuannya. Tugas kuliah pun kadang dikerjakan bersama-sama. Tapi Mike tak tahu seperti apa perasaan Mega padanya. Sama sekali ia belum melihat ada tanda-tanda bahwa Mega menyimpan rasa suka padanya. Mega memang selalu pandai menyembunyikan perasaannya - seperti waktu itu ketika ia harusnya kecewa ketika Mike sudah janji akan mengantarny
"Apapun akan aku lakukan untuk bisa bersamamu, bahkan melawan dunia jika harus - M.B. Sogen "...Mike meraih handphonenya - memeriksa beberapa pesan whatsapp yang masuk. Beberapa pesan hanya berupa broadcast renungan harian Katolik. Ada juga pesan grup yang hanya ucapan selamat pagi.Tapi jarinya seketika berhenti pada sebuah pesan dari Mega. Tidak biasanya pagi-pagi sekali Mega sudah mengirim pesan. Mike mengkliknya - ia tertegun melihatnya. Benarkah ini ?SENJAAda yang berbedaPada senja yang temaramSemilir angin membelai mesraAku mematung - tatapanku hampaPada baris-baris awan yang saling mengejar di udaraAda yang anehAku jelas merasakannyaAku yakin aku tak salahYa, aku telah jatuh cintaPada lelaki yang mengisi hari-harikuBermalam-malam lalu masih tiadaMasih hampa disinidi hati kecilkuNamun kini tiba-tiba mencekik leherkuCinta; rasa itu datang tiba
Hari yang melelahkan - Mike melaju, menarik kencang gas sepeda motornya. Kantuk dan lelah tak bisa ia tahan lagi. Mike ingin segera tiba di kostnya dan merebahkan tubuhnya. Persetan dengan mandi dan tubuh yang bau keringat. Memang baru kali ini Mike merasakan lelah yang amat sangat. Selama ini ia tak pernah terlambat tidur malam. Apalagi waktu tidur terhitung hanya satu setengah jam. Sama sekali belum pernah ia lakukan. Semenjak kepergian om Bram ia memang jadi susah tidur. Pikirannya selalu tertuju pada sosok perempuan setengah tua yang ia tinggalkan seorang diri di kampung - mengurus dirinya sendiri dan ayam-ayam di kandang, kira-kira dua ratus ekor. Ingin sekali rasanya ia pulang ke sana. Om Bram tidak lagi membantu ibu. Tak mungkin juga istri om Bram, tante Mery yang harus menggantikan posisi om Bram, suaminya. Tambah lagi mereka tidak mempunyai anak. Tante Mery kini tinggal sendirian. Rencananya, Tania, keponakan tante Mery yang akan tinggal bers
"Hujan tak selalu hanya meninggalkan genangan. Ada kenangan yang juga ia tinggalkan." ... Mike tiba dengan cepat di kost Mega. Tidak butuh waktu lama karena memang Mike sudah tahu di mana letak kost Mega berada. Ia menghentikan sepeda motornya, memastikan sudah terparkir dengan aman lalu melangkah masuk. Tapi ada yang aneh. Tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam kost. Sejenak ia perhatikan rak sepatu yang diletakkan di luar. Tak ada satu pun sepatu atau sendal di sana. Mike mencoba mengetuk. Tak ada jawaban. Tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh guntur yang diikuti kilat. Ada beberapa gadis keluar dari kamar kost masing-masing berlari menuju jemuran untuk mengangkat jemuran. Tak satupun dari mereka yang menyapa Mike seolah-olah tak menyadari ada orang yang berdiri disitu. Mike masih mematung. Pikirannya menerawang jauh. "Dimana Mega? Ini masih siang, dan hari ini masih libur. Pergi kemana dia?" Mike bergumam bertanya-tany