Mike baru saja tiba di tempat kerja. Setelah serah terima shift jaga, ia mengambil alih tugas di meja utama pintu masuk hotel.
Pada jam-jam seperti ini memang banyak tamu yang berkunjung - ada yang sendiri, ada yang membawa pasangan.
Ia menyapa satu per satu tamu yang berkunjung dan memeriksa setiap mereka yang datang.
Hal seperti ini ia lakukan sudah hampir tiga tahun semenjak ia diterima bekerja disini sebagai security.
Mike bersyukur bahwa pekerjaan ini dapat membantu kehidupannya dan juga kini membantu biaya kuliahnya. Mike mencintai pekerjaannya.
Tidak seperti malam-malam sebelumnya, malam ini ia lebih fokus pada pekerjaan. Pikirannya tidak terbagi antara Mega dan juga Tania.
Setelah pertemuannya tadi pagi dengan Kevin, ia sudah memutuskan untuk mengenalkan Mega kepada Kevin. Ia bisa memanfaatkan kesempatan ini - Kevin pintar bermain musik; bermain gitar dan piano.
Sedangkan Mega, gadis yang berbakat menulis puisi, ia nanti bisa
Mike memarkirkan sepeda motornya di samping sepeda motor para pengunjung yang lain. Penjaga parkiran, seorang bapak setengah tua menyalaminya. Dia mengenali Mike karena sudah beberapa kali mampir kesini."Baru muncul lagi nih bang," kata bapak setengah tua penjaga parkiran itu menyapa Mike dengan dialeg Jakartanya.Mike membalas sapaannya sambil memberikan senyuman pada bapak setengah tua itu. Mega masih berdiri menunggunya.Mike dan Mega kembali ke taman - Mike menjemputnya di kostnya menepati janjinya tadi pagi. Setelah hampir sebulan tidak bertemu dengannya, malam ini Mega dan Mike kembali bertemu di taman ini - taman yang pada malam-malam sebelumnya Mike bersama Mega menghabiskan waktu mereka, hanya berdua, sekedar melepas lelah setelah pulang dari kampus.Mike melangkah menuju trotoar jalan tempat Mega berdiri setelah memastikan sepeda motornya sudah diparkir dengan aman, menyapa penjaga parkir itu lagi lalu melangkah masuk ke dalam taman bersama Meg
Mike kembali ke kostnya setelah mengantarkan Mega pulang ke kostnya. Tidak seperti malam-malam sebelumnya pikirannya selalu berkecamuk memikirkan Mega. Semua yang telah terjadi tadi di taman semoga bisa menghilangkan perasaan cinta Mega kepadaku, batinnya. Mike bisa bernapas dengan lega kini. Yang harus ia lakukan sekarang adalah berusaha untuk tetap dekat sama Mega layaknya sahabat dan saudarinya sendiri agar dia tidak merasa Mika menghilang darinya. Dan satu lagi yang paling penting ialah harus mempertemukan Mega dan Kevin. Bagaimanapun caranya. Tawarannya pada Mega belum disetujui oleh Mega tapi paling tidak, ada sedikit harapan karena Mega telah berjanji akan mengabari - ia masih memikirkannya. Mike mempunyai keyakinan, bukan sebuah kebetulan Kevin menemuinya lagi setelah sekian lama di Jakarta. Kevin hadir di saat yang tepat. Mike meraih handphonenya, melirik jam di layarnya lalu pikirannya seketika tertuju pada Tania. Mike tidak sempat melihat Tania lag
Semester kedua perkuliahan kini telah dimulai lagi. Mike sudah mengatur waktu kerjanya dengan baik agar kuliahnya tidak terganggu. Ia pergi ke kampus tiga hari full dan sisanya ia fokus untuk bekerja. Mike melangkah masuk ke halaman kampus. Tiba-tiba ada suara yang menyapanya dari belakang. "Mike, tunggu aku," suara itu menghentikan langkah Mike. Mike sudah sangat mengenali suara itu. Ia menoleh dan mendapati Mega berjalan ke arahnya. "Hai, Mega. Aku kira kamu sudah sampai duluan," katanya sambil meberikan tangan menyalami Mega. Mega hanya tersenyum. "Bagaimana, kamu sudah siap menghadapi semester baru?" tanyanya seketika sambil melangkah menuju ke kelas. "Siap tidak siap, harus siap,hehehe," jawab Mega sekenanya sambil tertawa kecil. Mike berjalan memasuki ruangan kelas diikuti Mega. Ketika sampai di depan pintu kelas, Mega memintanya untuk masuk terlebih dahulu. Ia hendak ke toilet. Mike mengangguk kecil lalu memasuki ruangan kelas d
Satu Tahun Kemudian . . . Suara sepeda motor memecah keheningan area kost Mike. Ia membiarkannya bunyi beberapa saat - memanasi mesinnya - kemudian beranjak pergi. Ia akan melaju bersama sepeda motornya menuju kostan Tania. Mike dan Tania semakin dekat setelah beberapa bulan sering bertemu, selalu diantar pulang. Kesibukannya untuk mempersiapkan sidang skripsinya waktu itu memang membuatnya tidak bisa kemana-mana, barulah sekarang ia selalu punya waktu untuk berdua dengan Mike. Mereka sering bertemu setiap akhir pekan di taman, tempat biasa. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Tania menggantikan posisi Mega dan yang selalu menemani Mike disana. Mike menyadari bahwa ia memang menyukai gadis itu. Dari setiap pertemuan, ia merasakan kenyamanan yang dirasakan Tania pada dirinya. Memang benar, Tania tak lagi malu-malu ataupun mengganggap setiap omongan Mike adalah rayuan semata. "Tania, tolong kau jaga keselamata
Mike kembali ke kostnya setelah mengantar Tania. Ia masuk dan segera mengunci pintu. Mike juga menyempatkan diri masuk ke kamar mandi dan membersihkan wajahnya. Ia sedikit memberikan perawatan pada kulit wajahnya. Mike lalu kembali ke ranjang dan merebahkan tubuhnya tanpa mengganti pakaian yang tadi ia kenakan. Melelahkan memang. Tapi ia sudah lega kini. Mega telah menjadi milik Kevin. Mega menerima ungkapan perasaan Kevin yang dinyatakan dalam bentuk lagu di cafe tempat mereka bertemu tadi. Mike dapat merasakan betapa bahagianya Kevin ketika Mega melangkah maju, menghampirinya lalu memberikan tangannya digenggam Kevin. Akhirnya, rasa cinta yang pernah hilang kini tumbuh kembali setelah ia bertemu Mega. Mike pun tak menyangka Kevin seromantis ini. Apalagi semua orang yang berada di dalam cafe merekam moment indah dan tak terlupakan bagi dirinya. Harapan Mike saat ini hanya satu. Semoga Mega membunuh perasaannya padanya dan melihat Kevin sebagai
Mike sama seperti kebanyakan orang lainnya yang memilih Jakarta sebagai tempat untuk merantau. Tujuan ia datang ke Jakarta pun mungkin sama seperti kebanyakan orang - untuk kuliah, juga untuk bekerja. Ketika menginjakan kaki pertama di Jakarta - kota yang tak pernah tidur - Mike masih seperti orang yang baru pertama kali merantau padahal ia pernah meninggalkan kampung halamannya dan pergi merantau ke Jayapura, di Tanah Papua. Sejak menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA, Mike memutuskan pergi ke Jayapura, menerima tawaran dari salah satu sepupunya yang sudah lebih dahulu merantau dan bekerja disana. Ia masuk kerja mengikuti saudaranya yang adalah seorang operator alat berat di sebuah perusahaan kontraktor, PT. Agung Mulia Iriana. Hari-harinya ia habiskan dengan bekerja, keluar masuk hutan mengerjakan jalan penghubung Trans Papua dari Kabupaten Abepura hingga Kabupaten Keerom. Itulah sebabnya ia merasakan hal yang baru ketika tiba di Jakarta.
"Non scholae sed vitae discimus : bukan untuk sekolah tetapi untuk hidup kita belajar - pepatah kuno bahasa latin" ... Hari yang ia tunggu-tunggu: mendaftar kuliah. Semangatnya luar biasa. Mike melangkah penuh semangat melewati pintu gerbang kampus - menyapa beberapa orang yang lewat lalu berjalan terus menuju sekretariat pendaftaran penerimaan mahasiswa baru. Semoga saja tak banyak yang antri di dalam sana karena ia harus buru-buru pulang, batinnya. Hari ini jadwal Mike shift siang dan ia tidak boleh terlambat. Jika terlambat, ini menjadi pertama kalinya ia terlambat datang ke tempat kerja. Mike bekerja sebagai seorang satuan pengaman (satpam) pada sebuah hotel ternama di kota ini. Gaji ia bekerja disini lumayan untuk dia membiayai kuliahnya sendiri dan juga untuk keperluan mendadak di kampung. Menjadi anak sematawayang bukanlah hal mudah. Tambah lagi ayah - tulang punggung keluarga - telah pergi untuk selama-lamanya dan ibu i
Semester pertama telah Mike lalui dengan nilai yang memuaskan. Waktu liburan akan ia isi dengan kesibukan bekerja tanpa ada izin cuti sedikitpun seperti yang ia lakukan ketika dalam masa ujian karena ia butuh waktu untuk fokus menghadapi ujian. Hubungan pertemanannya dengan Mega berjalan baik. Selalu pulang bersama-sama setelah jam kuliah selesai. Kadang mereka menyempatkan diri singgah ke taman untuk sekedar duduk berdua dan saling berbagi cerita. Semuanya berjalan seperti biasa. Mike sama sekali tak ada perasaan lebih pada Mega - ia sudah seperti saudari semata wayang bagi Mike, selalu ada di saat Mike butuh bantuannya. Tugas kuliah pun kadang dikerjakan bersama-sama. Tapi Mike tak tahu seperti apa perasaan Mega padanya. Sama sekali ia belum melihat ada tanda-tanda bahwa Mega menyimpan rasa suka padanya. Mega memang selalu pandai menyembunyikan perasaannya - seperti waktu itu ketika ia harusnya kecewa ketika Mike sudah janji akan mengantarny