bulan telah berlalu, kehidupan rumah tangga Setya dan Raniah masih tampak baik-baik saja hingga saat ini. "Raniah, wajahmu tampak pucat, lebih baik kita periksa ke dokter sekarang." Setya sebenarnya akan berangkat ke kantor, tapi saat melihat istrinya yang sepertinya tidak baik-baik saja membuat Setya mengurungkan niatnya."Raniah tidak apa-apa kok, Kak. Ini hanya sedikit pusing saja," jawab Raniah dengan nada lemah."Tapi, Ran--""Mmph!" Raniah menutupi bibirnya dan bangkit dari berbaringnya, wanita itu berjalan cepat menuju kamar mandi dan Setya segera mengejarnya lalu berhenti di depan pintu."Sayang, kamu tidak apa-apa?!" seru Setya seraya mengetuk pintu kamar mandi.Raniah mengucurkan air dari keran saat ia selesai mengeluarkan isi perutnya yang hanya berisi cairan kuning dan terasa pahit di lidah, wanita itu tampak sangat lemah dan ia berusaha keluar dari kamar mandi, saat pintu ia buka Setya segera menangkap tubuhnya yang hampir ambruk."Raniah!" seru Setya panik saat Raniah ja
Setya menoleh pada DYL dan menghela napas lega, kali ini Setya masih selamat, tapi entah nanti, mungkin Galuh akan memiliki rencana lain selain hal yang demikian?"Gadis itu ingin mengguna-gunaimu, Setya. Kamu harus lebih berhati-hati lagi. Aku merasa ada rencana jahat untukmu dan Raniah dari Galuh."Usai DYL berkata, pintu ruangan ada yang mengetuk."Masuk!" sahut Setya.Pintu dibuka dan seorang office boy datang dengan membawa alat kebersihan di tangannya, disusul oleh Galuh yang kembali ikut ke dalam ruangan. "Ya tolong bersihkan meja saya," titah Setya pada OB tersebut."Baik, Pak." OB itu mengangguk dan segera membereskan kekacauan yang disebabkan oleh Galuh. "Apakah Bapak mau saya buatkan lagi minumnya?" tanya Galuh dengan panggilan formal karena di dalam ruangan itu ada karyawan lain.Setya menoleh ke arah Galuh. "Tidak, tidak usah. Mh, mau apa kamu datang ke ruanganku?" tanya Setya, seraya berjalan ke arah sofa dan mendudukkan dirinya di sana."Ini, Pak Hendra menyuruh saya me
Satu suap, dua suap, tiga suap dan seterusnya, Setya tersenyum saat buburnya sudah habis, kini dia menyodorkan air minum pada istrinya.Raniah menerimanya dan meminum airnya, lalu memberikan gelasnya kembali pada Setya.Mereka kemudian saling pandang, Setya merasakan perubahan ekspresi pada wajah istrinya. "Kenapa, Raniah?" tanya Setya sedikit khawatir.Raniah menggeleng, ekspresinya seperti sedang menahan sesuatu. "Mmh!" Raniah menutup bibirnya seperti ingin muntah."Raniah, kenapa?" tanya Setya seraya mengulurkan keduatangannya, tapi dengan cepat Raniah menggeleng.Waniita itu segera menuruni ranjang dan berlari ke dalam kamar mandi. "Raniah!" panggil Setya seraya mengetuk pintu."Hooek, hoeek!" Raniah mengeluarkan semua bubur yang tadi ia makan hingga tak bersisa, tubuhnya jadi lemas kembali karena mengeluarkan energi lebih untuk mengeluarkan semua isi perut hingga kembali kosong.Tangannya terulur dan membuka keran untuk membersihkan bekas muntahannya, segera ia membersihkan bibir
Keduanya menuruni anak tangga seraya bergandengan tangan, Raniah terlihat lebih baik saat ini. Keduanya berjalan menuju meja makan untuk melakukan makan malam.Danu Adji tersenyum menyambut keduanya datang. "Ayo, Raniah duduk, kamu mau makan buah?" tanya Danu penuh perhatian.Raniah dan Setya duduk di tempat mereka masing-masing, dan wanita itu mengangguk."Iya, Ayah. Raniah mau makan buah mangga yang manis dan dingin," sahut Raniah.Danu tersenyum dan menoleh pada Rum. "Bi, berikan apa yang Raniah mau," titah Danu pada pembantunya."Baik, Tuan Besar," sahut Rum.Wanita tua itu pun segera membuka pintu kulkas, mengambil mangga dan akan mengupasnya. "Bi, biar saya yang kupaskan," pinta Setya."Jangan, Den. Biar bibi saja yang kupas, Aden makan saja," tolak Rum sopan."Iya, Kakak makan saja, nanti buahnya biar bibi yang kupaskan." Raniah menggenggam punggung tangan suaminya."Tidak apa-apa, Raniah." Setya menggenggam balik tangan istrinya."Tapi, Kak--""Sayang, biarkan suamimu mengurus
Dokter selesai memeriksa kondisi kandungan Raniah, Setya dengan sigap membantu istrinya untuk turun dari ranjang dan menuntunnya untuk duduk di kursi.Mereka duduk di hadapan Dokter yang kini tersenyum pada keduanya. "Ibu dan janinnya sangat baik dan sehat, usianya sudah 6 Minggu, di 3 bulan pertama ibu hamil biasanya akan merasakan mual, muntah dan pusing.Ibu dan Bapak tidak usah khawatir karena ini normal, tapi tetap harus ada asupan gizi dan makanan juga minuman yang sehat, saya akan berikan vitamain, harus diminum setiap hari." Dokter menjelaskan.Setya pun mengangguk, lalu dia ingin bertanya sesuatu yang menurutnya penting harus ia ketahui. "Dok, saya mau tanya," ucapnya ragu."Iya, silakan. Bapak mau tanya apa? Jangan ragu-ragu," sahut dokter."Bagaimana untuk masalah hubungan ...." Setya menggantung ucapannya saat Raniah menyenggol lengannya."Apaan sih, Kak," bisik Raniah dengan hanya menggerakkan bibirnya tanpa suara, dan delikan matanya membuat Setya tidak jadi melanjutkan
Mobil warna hitam memasuki halaman rumah besar Danu Adji, tampak Raniah keluar dari mobil dan tersenyum. "Terima kasih ya Dok sudah repot-repot mengantarkan saya," ucap Raniah."Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu, sampai jumpa." Dokter tersebut melambaikan tangan.Raniah juga melambaikan tangan. "Hati-hati di jalan, Dok. Sampai jumpa."Dokter itu tersenyum ramah dan melajukan mobilnya kembali meninggalkan halaman rumah tersebut, Raniah berbalik badan dan memasuki rumah. Tampak rumah sangat sepi, dia tidak tahu di mana Danu Adji atau pembantu rumah mereka. "Sepi banget, mobil kak Setya juga tidak ada, sebenarnya kak Setya ke mana, apakah masih di rumah sakit?"Raniah benar-benar bingung atas menghilangnya Setya yang tiba-tiba. "Sudah pulang, Raniah?" suara Danu Adji yang tiba-tiba terdengar membuat Raniah terkejut."Ayah, bikin kaget saja," sahut Raniah seraya mengelus dadanya yang berdebar.Danu Adji melangkah lebih dekat pada Raniah yang tampak kaget dan bingung. "Kamu kenapa,
Inilah yang diinginkan Galuh dan Andre, ketika seseorang menyembunyikan satu kesalahan, maka orang tersebut akan berbohong, dan untuk menutupi kebohongan satu, maka dia akan membuat kebohongan lainnya.Kali ini, Setya yang seumur hidupnya tidak pernah bohong, kini pertamakalinya ia berbohong, dan itu sangat tidak nyaman baginya. Raniah yang sudah sangat percaya pada Setya pun percaya saja tanpa harus berpikir dua kali, dia kini hanya tersenyum. "Ya ampun, Kak. Tidak apa-apa sih kalau Kakak memang sangat sibuk, tapi setidaknya kasih tahu dulu, kan Raniah bisa pulang sendiri. Untung tadi ada dokter yang baik hati mau anterin Raniah pulang." Raniah memegang lengan suaminya seraya tersenyum.Setya semakin merasa bersalah pada istrinya, bisa-bisanya dia tertipu oleh permainan seseorang dan meninggalkan Raniah sendirian di rumah sakit. Setya pun tersenyum tipis dan menggenggam punggung tangan istrinya yang ada di lengannya. "Maafkan kakak yah, Ran. Kakak benar-benar lupa, maafkan kakak yah.
Setya melepas kedua tangan Raniah yang melingkari perutnya, laki-laki itu berbalik badan dan menatap istrinya, Setya tidak berdaya dengan keadaan ini, ia ingin sekali menceritakan kegundahan di hatinya, tapi kondisi Raniah sedang dalam keadaan lemah.Dia takut istrinya akan shock atau nanti kepikiran hal yang tidak-tidak, hal yang Setya sendiri tidak tahu dia benar-benar melakukannya atau tidak, yang pasti Setya tidak ingat kejadiannya.Setya merangkum wajah istrinya. "Jangan banyak berpikir, Raniah. Kakak tidak mau kamu jadi sakit. Lebih baik kita turun dan makan malam." Setya memaksakan tersenyum dan mengecup kening istrinya dengan perasaan dalam.Keduanya kemudian tersenyum dan Setya merangkul pundak istrinya untuk segera berjalan keluar dari kamar mereka. Setya harus bisa bersikap biasa di depan semua orang termasuk pada ayahnya sendiri, dia tidak mau ada yang curiga dengan masalah yang sedang ia hadapi saat ini, laki-laki itu juga tidak akan tinggal diam.Setya dan Raniah kini sa