Share

Bab 7

Sudah satu bulan aku menggunakan bedak pengasih dari Ki Slamet sama dengan temanku yang lainnya. Kini penghasilan aku dan Cahyati semakin membaik, terkadang kami membawa pulang uang sampai Rp 300.000 sekali tampil.

Lumayan bukan, sedikit demi sedikit aku dapat membelikan furnitur untuk Emak di rumah. Kemarin sudah terkumpul dua juta rupiah, aku membeli kasur dua set untuk kamar emak dan kamarku. Melihat adik-adik tidur dengan layak di atas kasur membuatku sangat senang.

Setidaknya tentu saja mereka tidak akan merasakan sakit dan dingin seperti dulu lagi. Bedakku pun sudah hampir habis, aku harus segera pergi ke rumah Ki Slamat lagi. Kalau bisa, kali ini aku pergi kesana sendiri dan diam-diam saja, dalam hatiku terbesit pikiran andai aku bisa mendapat Mustika atau sejenisnya sebagai pemikat yang berbeda dari teman-teman biasanya. Mungkin aku bisa mendapat duit saweran lebih banyak lagi.

"Cahyati, Aku mau ke rumah Ki Slamet Kamu mau ikut bareng tidak?"

"Hari ini Aku tidak enak badan Tari, bagaimana? apa Kamu tidak apa-apa ke rumah Ki Slamet sendiri?"

"Ya sudah, tidak apa-apa Aku mau ke sana terlebih dahulu ya, besok kalau bedakmu habis akan Aku antarkan."

"Iya Tari."

Kebetulan sekali Yati tidak ikut, aku akan bebas bertanya-tanya kepada Ki Slamet. Sejujurnya aku belum puas jika masih memiliki penghasilan yang sama dengan Cahyati, dan dengan teman-teman yang lain. Aku harus memperoleh penghasilan yang lebih baik dari mereka. Dan aku harus jadi Ratu Jaipong yang tak ada bisa menandingi aku. Kesempatan, kali ini aku pergi hanya sendiri ke tempat ki Slamet.

"Punten..."

(Permisi)

"Mangga.."

(Silakan)

"Eh Kamu Wangi, tumben Kamu datang tidak bersama Tanjung?"

"Iya Aki, Aku tidak datang bersama Tanjung, Dia sedang tidak enak badan dan memilih tidur di rumah saja."

"Oh begitu, kamu ke sini ada apa? Apa bedakmu sudah habis?" 

"Sebetulnya Ki, Wangi kesini ada keperluan lebih dari sekedar meminta bedak pengasih, ya memang bedak yang aki doakan juga sudah mau habis Ki."

"Apa yang Kamu inginkan Wangi?"

"Ki Slamet, apa Aki bisa bantu Wangi untuk menjadi yang terbaik dari teman-teman Wangi? Wangi ingin mendapat saweran lebih banyak Ki."

"Aki sejak dulu hanya dapat membuka Aura dan ilmu pengasihan saja Wangi, tidak bisa lebih dari itu."

"Tapi apa ada ilmu di atas ini Ki, contohnya apa begitu yang Aki tahu dan dengar?"

"Ada, Kamu harus memasang susuk Wangi, dan Kamu harus menjalani ritual-ritualnya, tapi itu berat, apa Kamu sanggup?"

"Saya mau mencobanya Ki."

"Kamu harus menemui Ki Anom, Dia tinggal di Ciamis apa Kamu siap dan tidak keberatan ke sana? Karena jarak nya cukup jauh dari sini."

"Saya siap Ki, Aki tuliskan saja alamat lengkapnya."

"Baiklah Wangi, sejak awal Kau kemari Aki sangat tahu pribadimu, kamu lebih bersemangat dan berapi-api dari mereka yang lain."

"Iya Aki."

"Apakah Kau merasa jika sedang tampil di panggung itu bukan dirimu?"

"Iya Ki, bagaimana Aki tahu?"

"Kau memang tidak sendiri Tari, Kau selalu dirasuki dan di ikuti oleh arwah Nyi Mas Srinti.”

"Siapa itu Aki, siapa Nyi Mas Srinti."

"Nyi Mas Srinti adalah guru dari Mak Lastri, dia adalah ratu jaipong yang sangat terkenal zaman dulu, hanya saja Dia meninggal dengan tragis."

"Kenapa Aki?"

"Dia di racun oleh seseorang, tapi belum jelas siapa yang membunuhnya dahulu."

"Maka jika ada pagelaran tari, Aki selalu memerintahkan untuk membakar kemenyan serta kembang tujuh rupa, agar jiwanya tenang dan tidak mengganggu, tapi ternyata tidak, tetap saja dia mengganggu dan membantumu saat tampil."

"Bagaimana dengan Aku Ki?"

"Ya Dia sangat suka denganmu Wangi, kecantikanmu sangat mirip dengannya dahulu, kemampuan tarimu pun sama dengannya."

"Jadi Ki?"

"Ya Nyi Mas Srinti akan selalu mengikutimu dan menjagamu jika kamu manggung di manapun."

"Aku harus seperti apa Ki jadinya?"

"Kau cukup memakan 1 kuncup bunga kantil saat Kamu akan manggung, agar Kamu tetap nyaman dan tenang."

"Oh begitu Ki."

"Ya...tapi jika Kamu tidak ingin Dia mengganggumu lagi Kau harus benar-benar berhenti dari Jaipong."

"Aku belum bisa Ki."

"Ya kalau begitu lakukan saja, semua yang akan Kamu lakukan. pergilah segera ke Ki Anom dan ingat pesan-pesanku tadi jika kamu mau tampil di panggung."

"Baik Ki, terima kasih."

Ki Slamet memang hebat, dia sampai tahu segalanya yang terjadi dan aku alami. Aku harus segera pergi ke Ki Anom. Mungkin bulan depan karena aku harus menyiapkan segalanya terlebih dahulu. Pantas saja, aku merasa aneh dan tidak nyaman jika pentas.

Aduh

Kembang-kembang tanjung

Kembang Tanjung

Da di buruan

Aduh

Kota-kota Bandung

Kota Bandung

Indah nian...

Lagu kembang tanjung ini telah membiusku, aku berlenggak-lenggok mengikuti irama kendang, membius pemuda-pemuda agar memberi saweran kepadaku.

jaipong, sungguh telah menjadi hidup dan jiwaku kini. Pundi-pundi rupiah pun kian datang kepadaku. Seakan masa lalu kini mulai berbalik arah padaku, ya aku sudah bisa membeli apa yang aku inginkan, makanan enak, biaya sekolah adik-adikku, merenovasi rumah, membeli motor pribadi, perhiasan bahkan kosmetik sesuka hatiku.

Setelah aku tahu apa yang terjadi padaku di atas panggung, maka aku akan tenang. Nyi Mas Srinti telah membaur ke dalam tubuhku. Secara tidak langsung arwah Nyi Mas Srinti selalu merasuk dan membantu jiwaku untuk mencari rupiah. Dan itu sangat menguntungkan bagiku.

Mak Lastri dan kawan-kawan kian kagum kepadaku, mereka bilang aku sudah bagai terbius jika sudah di atas panggung. Jujur aku sih tidak tahu apa yang terjadi jika aku menari di atas panggung sekarang. Nyi Mas Srinti total merasukiku.

Dan aku akan sadar jika sudah pulang ke rumah dan memperoleh hasil, tapi ya sudahlah bagiku ini merupakan Anugrah dan ladang uang, baik untukku maupun keluargaku. Tak lupa sedikit-sedikit aku pun membaginya dengan teman-temanku.

***

Beberapa minggu kemudian.

Sudah terkumpul uangku untuk pergi ke rumah Abah Anom, ya aku harus pergi ke sana. Aku akan mengejar segala kesempurnaanku. Kelak tak akan ada yang bisa menandingi Auraku lagi. Dengan bekal alamat dari Ki Slamet aku harus nekat mencari rumah Ki Anom. Mungkin nanti, beberapa hari lagi jika sedang sepi job menariku. Aku akan ijin pergi ke sana.

Aku tidak dapat izin jika masih banyak job tari, dan aku tidak ingin mereka tahu aku pergi keluar kota untuk memasang susuk, bisa gawat kalau mereka ingin ikut denganku, terutama Cahyati. Aku harus pergi sendiri, mungkin lebih baik aku menyewa mobil dan supir saja nanti.

Memang dia Cahyati sahabatku sejak kecil, tapi aku merasa akhir-akhir ini dia menjadi saingan untukku. Aku mulai kesal kepadanya, dia selalu bergantung padaku, dan dia selalu ingin memiliki barang-barang yang cenderung sama denganku.

Dan akhir-akhir ini dia selalu curiga, dan selalu mengomentari segala tindakan jika sedang di atas panggung. Ya aku harus menyusun rencana yang matang untuk pergi ke rumah ki Anom, dan jangan sampai ada yang tahu hal ini. Cukup aku yang tahu dengan ki Slamet.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status