Bab 16
Bicara Dari Hati Ke HatiMas Broto mengajakku ke halaman samping dimana bunga-bunga anggrek tidak terawat dan hampir sebagian besarnya mengering. Mungkin benar kata satpam tadi, di sini tidak ada pelayan karena tidak ada yang patah bekerja lama-lama."Mau ngomong apa, sih?" Pria itu bertanya dengan nada dibuat semanis mungkin. Terlihat sekali matanya yang jelalatan itu saat memindaiku."Aku tahu Mas Broto dan Mbak Mika sedang bertengkar. Maaf jika aku ikut campur. Namun sepertinya aku tahu siapa wanita yang belakangan ini mas kencani."Pria itu langsung terhenyak begitu aku membuka suara."Kamu tahu siapa dia?" Aku mengangguk dengan seyakin yakinnya."Iya, kamu benar, Din. Aku menjalin hubungan dengan tetanggamu."Sudah kuduga."Hidup itu pilihan, Mas. Apakah Mas Broto akan meninggalkan wanita itu dan mempertahankan keluarga Mas? Atau Mas akan memilih mBab 17Dinas Ke Luar Negeri"Ya ampun kamu itu, ya. Bukannya pesan makanan untuk dua polisi aja, malah minta yang dihidangkan langsung di atas meja." Mulut Ibu misuh-misuh ketika pelayan menyajikan makanan untuk kami pilih salah satu. Aku tersenyum menanggapinya."Aku kan nggak mau sampai Ibu lapor ke Mbak Mika atau ke Mas Akbar kalau Ibu kelaparan selama tinggal denganku. Nah, karena hidangannya sudah lengkap semua, silahkan Ibu makan sampai perut Ibu kenyang," ujarku langsung duduk dan mengambil gulai ayam favoritku. "Kamu itu, ya. Kupikir ditinggalkan dua hari ini kau akan berubah dan bersikap lebih baik. Tapi nyatanya sama saja. Kau itu malah bersikap sombong dan pamer begini. Kau pikir dengan sogokanmu ini Ibu akan senang dan hati Ibu akan mencair, gitu? Nggak Dina, sampai kapanpun Ibu nggak akan pernah menyukai kamu terlebih menerima kamu sebagai menantuku," timpal Ibu dengan ketus. Sementara
Bab 18FitnahAku menoleh ke arah ibu yang tersenyum sampai melambaikan tangannya kepada Linlin, tak lupa Mbak Mika pun melakukan hal yang sama. Mereka tak menghargaiku adik iparnya masih di sini berdiri dengan sedihnya melepas kepergian suamiku."Bu, kenapa Linlin bisa barengan bersama dengan Mas Akbar? Apa Ibu tahu sesuatu?" tanyaku dengan alis mengkerut, menatap wajah itu yang langsung berubah masam selepas Linlin menghilang di balik lorong."Apaan sih kamu, jangan suudzon ya kalau bicara. Percuma aja kamu sholat kalau masih berpikiran buruk.""Bukan begitu maksudku, Bu.""Halah, bilang aja kalau udah nggak ada si Akbar kamu nggak mau berpura-pura manis di depanku. Ayo Mika, kita tinggalkan si menantu nggak tahu diri ini. Lebih baik kita pergi berdua saja." Ibu langsung menarik lengan putri pertamanya dan mengabaikanku yang masih berdiri, bahkan pertanyaanku diabaikan begitu saja olehnya.
Bab 19 Penjelasan Sebelum Kejutan"Semuanya akan aku simpan di atas meja! Dan ingat sebelum makan, selesaikan dulu fitnah Ibu ke tetangga. Kalau tidak, silakan pulang kembali ke tempat Mbak Mika. Karena aku tidak mau menampung Ibu lebih lama di tempat ini, jika hanya untuk membuat namaku jelek di lingkungan sini! Aku juga tidak akan perduli meskipun Ibu mengadu kepada kedua anak ibu itu. Karena aku juga bisa mengadukan perbuatan itu kepada Ayah dan kakakku. Ibu tak mau kan stok beras yang tiap bulan oleh ayahku kirim ke rumah Ibu, dipangkas begitu saja?!" ancamku di telinganya. Ibu tampak menelan ludah dan seperti mati kutu sekarang.Kutinggalkan wanita itu sambil masuk ke dalam kamar. Di tempat ini, aku menghabiskan waktu susah dan sedihku bersama dengan suamiku yang kini jauh di sana. Tiba-tiba saja mataku menghangat mengingat kepedihan pada orang yang membawa separuh hatiku.Semoga aku dan dia diberi kekuatan untuk bertahan dan saling setia hingga akhirnya pria itu kembali pulang
Bab 20Kejutan Yang Sebenarnya Kubuka pesan dari seseorang yang sekarang tengah berada di diperjalanan. Sengaja aku tidak menjemputnya di terminal, mengingat ini adalah kejutan yang pasti akan membuat seseorang terkejut. Aku berharap orang itu bisa sampai ke rumah dengan selamat. Setelah membalas pesannya, orang itu tampak setuju setelah kupesankan grabcar untuknya.Jan setengah sepuluh pagi, aku menutup warung dan segera melajukan kendaraan milik Mas Akbar ke toko kue terdekat. Sengaja hari ini memesan beberapa makanan cukup banyak, mengingat sebentar lagi akan ada ibu-ibu yang hadir di rumahku. Anggap saja ini sedekah dan syukuran atas pencapaianku selama ini. Juga memohon atas keselamatan suamiku, sekaligus demi untuk mengusir fitnah yang sebelumnya sudah disebarkan oleh ibu mertua.***"Wah ternyata sudah ramai saja," ujarku turun dari motor dengan dua tangan penuh dengan belanjaan. Mereka semua tampak antusias, sementara pintu depan masih tertutup rapat. Kemana sebenarnya I
Bab 21Nasehat Seperti Angin Ibu semakin menelan ludah dan melotot padaku. Saat baru saja selesai pembicaraan kami, tiba-tiba saja kamar yang ditempati oleh bapak mertua terbuka. Pria itu tampak keluar dengan wajah seriusnya. Sedikit mendengus kesal saat menatap pada istrinya. "Kenapa Bapak nggak tidur?" tanyaku. Antara senang dan bersyukur. Semoga dia mendengar kelakuan istrinya tadi."Mana mungkin bapak bisa tidur, saat menantu bapak difitnah sama mertuanya sendiri. Kamu itu ya Bu, untung saja bapak dengar semuanya. Bapak nggak nyangka Ibu memfitnah Dina di lingkungannya sendiri!!" "Halah Bapak, nggak usah ikut campur. Wong ini bukan urusan bapak, kok. Lagian bapak ngapain sih datang ke sini?! Bapak sengaja buat nyusul Ibu, iya?! Bapak nggak senang ya, liat Ibu hidup bebas jauh dari desa?! Asal bapak tahu ya, Ibu ke sini karena rumah tangga si Akbar itu nggak beres. Ibu nggak suka!! Bapak malah ganggu aja!!" "Bu, yang namanya rumah tangga itu mau ibu suka atau tidak, biarkan m
POV 3"Inilah salah satu alasan kenapa aku berselingkuh dengan wanita itu. Selain kau tidak ada sopan-sopannya kepada suami, kau juga wanita pembangkang, boros, dan pemarah juga. Makanya aku sudah nggak betah ada di rumah kalau bukan karena Kinanti!!" Suara Broto terdengar menggelegar.Setelahnya, pria itu melenggang meninggalkan rumah bahkan tanpa menyapa keduanya. Dina dan mertuanya saling berpandangan heran. Untunglah vas bunga itu jatuh di depannya, kalau tidak, mungkin kepala Bahar yang akan terkena pecahannya."Kalian mau berdiri saja dan nonton semuanya?"Mika masih diliputi amarah. Dia berkacak pinggang sambil mendengkus kesal, setelahnya masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.Dina sendiri berinisiatif untuk membersihkan tempat itu, sementara Bahar mengetuk pintu kamar putrinya untuk menasehati."Kamu tidak boleh seperti itu kepada suamimu, Mika. Dosa hukumnya melawan pada suami.""Arghh, bapak ini bagaimana sih?! Mas Broto itu udah selingkuh di belakangku. Kok bapak mala
Bab 23Melabrak "Tolong jangan salah paham, Mbak. Aku juga nggak tahu kenapa Mas Broto ada di sini, dan—"Ucapan Dina terhenti ketika melihat nasi box yang dipesan oleh Mita. Terkejut, dia melihat ke arah wanita itu yang jika dipikir lebih lanjut wajahnya mirip dengan Savika.Ya Tuhan … Dina benar-benar tahu jika mereka adalah tante dan keponakan."Kau masih mau mengelak, hah?! Rasakan ini!!" Mika melayangkan tamparan berkali-kali ke pipi adik iparnya hingga wanita itu merintih kesakitan dan terhunyung. Bahkan kerudungnya ditarik dengan paksa hingga akhirnya dia tersungkur tak berdaya. "Eh, kenapa ini. Hentikan?!" Mita yang tak mengerti segera melerai tapi tak digubris"Diam!" Mika menjerit."Ya Allah, apa yang wanita itu lakukan?""Jangan bertingkah barbar, Bu."Orang-orang yang melihatnya tidak tinggal diam. Mereka langsung mendekat dan menyelamatkan Dina lalu membawanya menjauh.Sementara Mika yang terlanjur marah besar langsung mendekat ke arah suaminya, yang juga tidak mend
Bab 24"Pak, Ibu, aku tidak habis pikir, bagaimana mungkin dia menyembunyikan fakta dari kakak iparnya sendiri demi untuk menyelamatkan perempuan selingkuhan suamiku!!" Mika melotot."Dan kamu juga Mas, tega kamu menikah lagi tanpa seijinku!""Apa itu bener, Dina? Jadi catering yang kau buat sejak tadi itu untuk acara nikahan Broto dengan selingkuhannya?!" Wanita itu menatap ke arah menantunya dengan nyalang. Tapi Dina tidak gentar. "Ini salah paham, Bu.""Salah paham apa? Kau jangan terus mengelak, buktinya juga sudah ada kok! Dasar!!" tukas Aminah pada menantunya. Dari dulu dia sangat benci sekali kepada Dina, ditambah lagi sekarang putrinya mengadu padanya, tentu saja itu membuatnya semakin menggeram marah."Dina tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini, Mika. Bisa nggak sih kamu percaya padaku?!" Broto langsung berdiri dan mengecam istrinya. Tapi Mika tidak peduli. Dia kadung marah dan kesal kepada keduanya."Aku tidak percaya, mana mungkin dia tidak mengetahui semuanya,