Beranda / Thriller / Salah Kamar / 6. Kak Mira meminta pertanggungjawaban Julian?

Share

6. Kak Mira meminta pertanggungjawaban Julian?

last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-22 22:00:49

Rumah benar-benar sepi. Tak ada siapapun di rumah ini yang mengajakku bicara, selain Bik Darsih. Waktu sudah semakin larut dan aku tidak juga bisa memejamkan mata. Berulang kali aku mengintip halaman depan, berharap mobil Julian datang, tetapi hingga waktu tepat pukul dua belas malam, lelaki itu belum ada tanda-tanda pulang ke rumah.

Kak Mira juga tidak ada. Biasanya wanita itu selalu ada di rumah saat aku berkunjung ke sini. Benar-benar aku kesepian. Berbeda sekali dengan keadaan di rumahku yang banyak orang. Adik-adikku selalu saja ramai berdebat, atau meributkan hal yang tidak penting.

Kuputuskan untuk mematikan lampu kamar dan langsung tidur saja. Semoga besok pagi Julian sudah kembali dan kami bisa membicarakan hal ini dengan kepala dingin. Baru saja mulai memejamkan mata, tiba-tiba sekelebat bayangan lelaki asing yang menyentuhku dan mengambil keperawananku, lewat di kepalaku. 

Mataku terbuka lebar karena kaget sekaligus takut. Semua masih menjadi misteri dan aku harus mencari tahu, kenapa lelaki itu bisa ada di kamar hotel dengan keadaan setengah tidak sadar seperti diriku? Papa! Ya ampun, aku melupakan video rekaman CCTV yang belum lama beliau kirimkan. Dengan rasa tak sabar, aku langsung turun dari ranjang dan meraih ponselku yang berada di atas meja rias. 

Begitu tak sabarnya aku menunggu video itu ditayangkan oleh ponselku. Dengan cemas kugigit pelan ibu jari sambil mondar-mandir di dalam kamar. Video pun berputar dengan gerakan terputus-putus. Ya Tuhan, aku merasa begitu ketakutan saat ini. Nampak lelaki berseragam office boy memegang alat kebersihan masuk ke dsalam kamar yang sepertinya memang akan dia bersihkan. 

Terlihat juga dia sedikit sempoyongan saat melewati lorong, lalu masuk ke dalam kamar dan tak keluar lagi untuk beberapa lama. Saat itu aku yang juga sempoyongan malah masuk ke dalam kamar yang dimasuki office boy itu, tentu saja tidak tertutp rapat, karena memang dia mungkin sedang bersih-bersih. Berarti, ada yang menjebak kami? Tapi siapa? Kenal lelaki itu saja tidak. Bagaimana kami bisa dijebak dengan cara licik seperti ini? Kuremas rambut dengan kuat. 

Semua ini begitu rumit dan penuh tanda tanya. Jika aku tidak punya musuh, tetapi Julian aku tidak tahu. Apakah ini jebakan mereka untuk menghancurkan reputasi dua hotel mewah milik keluarga kami?

Kurasakan kepala ini kembali berputar. Aku memutuskan untuk membicarakan ini pada Julian besok. Semoga dengan bukti ini bisa membuka mata hatinya, bahwa aku sepenuhnya tidak bersalah. Aku dan lelaki tak kukenal itu dijebak. Kami adalah korban. 

Keesokan harinya, aku bangun pagi seperti biasa. Mandi dan langsung salat Subuh. Aku yakin rumah masih dalam keadaan sepi, sehingga aku memutuskan keluar dari kamar sampai langit pagi memunculkan sinar terangnya. Sambil menunggu terang, aku kembali memutar video rekaman CCTV.

Pesan masuk dari papaku yang mengatakan CCTV dapur OB sedang mati, jadi tidak bisa ditemukan bukti apa yang membuat lelaki yang bernama Taka bisa setengah tak sadar ada di dalam kamar. 

“Kamar baru ditinggal check out tamu dan lelaki itu yang berugas membersihkannya.” 

Pesan papa kali ini membuatku sedikit mersa terpojok. Benar saja, jika aku tidak sempoyongan dan masuk ke dalam kamar yang seharusnya, pastilah hal seperti ini tidak akan terjadi. Julian pasti akan menyalahkanku dan bisa saja dia semakin lama untuk memaafkanku. Lalu aku harus apa? Dengan rasa tak sabar, aku memencet nomor kontak papa.

[“Halo, Pa. Papa sudah bertanya pada lelaki sialan itu, bagaimana dia bisa bekerja dalam keadaan setengah tak sadar?”]

[“Lelaki itu mengatakan tidak tahu. Kamu tidak perlu khawatir, karena dia sudah dipenjara. Julian yang melaporkannya.”]

[“Pa, bagaimana kalau dia juga dijebak? Pa, bantu Anes. Anes bingung harus bagaimana?”] 

[“Sabar ya, Sayang. Papa sedang sudah minta tolong teman untuk menyelidiki ini semua. Semoga segera ada kabar baik.”]

[“Ya udah, kabari Anes secepatnya ya, Pa. Dah, Papa.”]

Sedikit ada rasa lega saat tahu lelaki yang tidur bersamaku sudah dipenjara. Ditambah lagi, Papa sudah menyuruh orang untuk menyelidiki kasus ini. Semoga segera ada titik terang dan hubunganku dengan Julian bisa kembali seperti sedia kala. Kulihat langit di luar sana sudah lebih terang. Kuputuskan untuk keluar kamar dan menikmati udara pagi dengan berkeliling di halaman rumah mertuaku sebelum sarapan.

Julian memelihara kura-kura raksasa dan juga ada kelinci jenis Lop dan English Spot. Jenis kelinci termahal yang dipelihara oleh Julian. 

Sambil bersenandung, aku menuruni anak tangga. Sepi, tak ada siapapun di sekitar rumah. Hanya terdengar sedikit keriuhan dari dapur utama. Sepertinya para pembantu keluarga Julian sedang menyiapkan sarapan.

“Sudah, Kak Mira jangan menangis. Saya akan pikirkan bagaimana caranya. Tenang ya? Secepatnya saya akan beritahu Anes.” Itu suara Julian sedang berbicara dengan Kak Mira. Aku tahu karena Julian yang memanggilnya Kak. Julian dan Kak Mira sangat dekat, walau mereka tidak sedarah.

Sehingga aku pun dekat juga dengan wanita yang lebih tua tiga tahun dari suamiku itu. 

Suara isakan terdengar dari ruang kerja Julian di lantai bawah. Tunggu, berarti suamiku sudah pulang? Lalu kenapa Kak Mira menangis? Dengan kaki telanjangku, pelan dan hati-hati aku mendekat pada ruangan itu. menempelkan telinga di daun pintu, berharap bisa menguping pembicaraan mereka.

“Semua ini karena Anes. Kakak tidak tahu harus bagaimana sekarang? Bagaimana jika Kakak hamil?”

“Saya akan tanggung jawab, Kak. Saya pasti akan mempertanggung jawabkan kesalahan saya. Kakak harus percaya.” 

Bersambung 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Salah Kamar   54. Bulan Madu yang Panas

    -Dewasa_ Tak perlu ada adegan melucuti pakaian pengantin wanita kali ini, seperti yang biasa ada di dalam novel-novel yang pernah dibaca oleh Anes, karena wanita itu keluar dari dari kamar mandi sudah dengan handuk kimononya. Wajahnya segar sehabis mandi. Yah, setelah puas buang hajat, Anes merasa perlu mandi agar tubuhnya segar dan siap tempur sebentar lagi. Disajikan tampilan istri yang begitu segar dan menggoda, tentu saja jakun Taka naik turun. Tentu saja naik dan turun, kalau naik saja tidak turun-turun itu tandanya Taka sudah tak bernyawa. He he he … Anes berjalan meliak-liuk begitu menggoda di depan suaminya. Sambil menarik ujung rambutnya yang basah dan memainkannya d

  • Salah Kamar   53. Ekstra part 2

    Ekstrapart 2 Salah kamar Penerbangan ke Thailand lumayan lama dan membosankan bagi Taka. Maklum saja, seumur hidupnya belum pernah naik pesawat secara benar-benar terbang di udara. Pernah merasakan naik pesawat saat SMA, saat kunjungan ke Anjungan Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah. Tentu pengalaman kali ini sungguh berbeda dan lebih seru baginya, karena ada sang istri tercinta yang sedari tadi menggandeng mesra tangannya, bahkan sesekali menggoda tangannya untuk berbuat mesum. Semoga pembaca memakluminya ya, namanya juga pengantin baru. Ketika pesawat sangat besar itu akhirnya mendarat, Taka berjalan seperti robot dengan kepala sedikit berkunang-kunang bersama dengan Anes ke dalam bandara untuk melewati bagian imigrasi

  • Salah Kamar   53. Ekstrapart 1

    Taka memeluk istrinya dengan erat, lalu kembali menciumi pipi berisi itu sampai berkali-kali. Keduanya kembali berciuman seakan tiada waktu esok untuk mengulanginya. Hubungan yang sudah halal di mata Tuhan dan negara. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari semua ini selain bersama seseorang yang sangat mencintaimu.Tubuh Anes masih bergetar oleh sisa-sisa kenikmatan yang baru sepuluh menit ia lalui bersama Taka. Bukan hanya satu kali, dia menjerit bahkan sampai tiga kali. Hingga tenggorokannya terasa begitu kering saat ini. Taka pun merasakan hal yang sama. Mendayung menuju puncak memang tidak mudah, hingga suara dan tenaganya sampai terkuras habis. Dengan tubuh polosnya Taka turun dari ranjang, lalu menuangkan air ke dalam dua gelas yang memang sudah disediakan di kamarnya. Air putih itu terasa dingin menyentuh tenggorokan.Taka memberikan satu gelas penuh pada Anes dan memperhatikan sang istri minum dengan sangat rakus. Mata pemuda itu kembali berbinar cepat d

  • Salah Kamar   52. Pesta Pernikahan Anes dan Taka

    Khusus Dewasa dan setengah tua ya.+++++Hari ini di tangannya, Anes menerima akta cerai yang ia nantikan selama dua bulan. Beberapa lembar surat itu sangat berarti bagi masa depan yang akan ia bangun bersama Taka. Sudah tak sabar rasanya menjadi pengantin dan istri sesungguhnya dari pria yang mencintainya dengan sepenuh hati.Anes memotret beberapa lembar kertas itu, lalu mengirimkannya pada Taka. Ia tahu, pasti calon suaminya itu pasti akan sangat lega dengan hal ini. Ada banyak hal yang perlu disiapkan dengan cepat agar niatan mereka segera terlaksana dengan lancar.TokTok"Nes, boleh Bunda masuk," seru Laili dari balik pintu. Anes menoleh, lalu menjawab,"boleh, Bun, masuk saja." Anes merapikan kembali berkas itu untuk dimasukkan ke dalam amplop coklat besar."Surat dari siapa tadi?" tanya Laili yang kini sudah duduk di sampingnya."Ini, Bun, akta cerai dari pengadilan. Hhuuft ... Anes benar-benar lega," ujar Anes s

  • Salah Kamar   51. Salma

    "Mbak Salma, ini Heri;tehnisi yang kemarin Mbak tanyain," seru Fajar salah seorang staf yang bertugas di lantai yang sama dengannya. Salma yang sedang membawakan kopi hitam panas untuk Anes berhenti sejenak, lalu tersenyum untuk menyapa."Mari, Mas, ikuti saya." Salma berjalan terlebih dahulu. Ia lupa memberitahu Anes, bahwa akan ada tehnisi yang memperbaiki komputer dan juga CCTV di ruangan Anes. Di atas nampan ia membawakan dua cangkir teh, karena ia tahu Anes sedang bersama suaminya. Si tehnisi berdiri tidak jauh dari Salma, menunggu arahan kapan bisa memulai pekerjaannya.TokTok"Permisi, Bu." Karena pintu tidak tertutup rapat, Salma mendorong sedikit daun pintu dan matanya mendelik kaget melihat Anes tengah ditindih paksa oleh suaminya di atas karpet, tepat di depan meja kerja."Bajingan!" hardik Anes sambil meronta-ronta, membuat Salma terkesiap. Posisi Julian sedang memunggungi pintu masuk sehingga lelaki itu tidak tahu, jika ada seseorang ya

  • Salah Kamar   50. Pernikahan Doni dan Arum

    Ririn beserta suaminya, serta Arya dan juga Laili sudah berada di rumah Taka untuk menyaksikan pernikahan siri dari Doni dan Arum. Ada Bude dan beberapa perangkat lingkungan serta tetangga yang juga hadir di sana. Doni sudah siap melakukan ijab kabul dengan meminjam baju koko muslim milik Taka. Sedangkan Arum sudah dirias sederhana oleh ibu-ibu tetangga. Arum mengenakan kebaya yang dipinjam dari tetangga. Walau sedikit kebesaran, tetapi Arum tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin juga di menikah dengan baju daster batik'kan?"Bisa kita mulai?" tanya Pak Ustadz pada semua yang hadir di sana."Dicepatin aja, Pak. Saya sudah siap," balas Doni dengan penuh semangat. Tamu yang hadir di sana pun akhirnya tertawa. Semua wajah memandang Arum dengan penuh suka cita. Akhirnya, masa jandanya berakhir dengan mendapatkan jodoh dokter muda, perjaka pula.Banyak tetangga juga yang iri pada keberuntungan Arum. Termasuk Taka dan Anes yang duduk berdampingan sambil menahan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status