Home / Thriller / Salah Kamar / 7. Kenyataan Menyakitkan

Share

7. Kenyataan Menyakitkan

last update Last Updated: 2021-07-24 22:25:04

“Apa maksud pembicaraan ini? Apa yang terjadi dengan Kak Mira?” tanyaku dengan suara bergetar. Mati-matian aku menopang berat tubuh ini dengan berpegangan pada daun pintu, agar tidak jatuh pingsan. Bukannya menjawab, Kak Mira malah pergi meninggalkan kami begitu saja sambil terisak;entah disengaja atau tidak, tubuh kami saling bertabrakan dan dia terlihat masa bodoh. 

Julian menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Kakinya melangkah menuju meja kerja, lalu duduk di kursi kebesarannya. 

“Mas, ada apa dengan Kak Mira? Kenapa Mas harus tanggung jawab?!” tanyaku lagi dengan suara tinggi. Air mata sudah siap tumpah membanjiri lantai ruang kerja suamiku.

 Hatiku berkata, bahwa ada yang tidak baik sudah terjadi antara Kak Mira dan Julian. Namun, lelaki itu hanya membuang pandangan, serasa begitu jijik melihatku. Sengaja aku mendekat ke arahnya, lalu menatapnya dengan penuh air mata. 

“Katakan, Mas! Jujur saja. Aku akan menerima apapun itu,” kataku lagi. 

“Aku sudah merenggut kesucian Kak Mira.” 

“Apa?! Bagaimana bisa? Kamu jangan bercanda, Mas?” aku mengguncang tubuhnya dengan kuat. Sungguh keadaan ini semakin rumit dan membuatku tak sanggup berdiri. 

“Tidak mungkin aku berbohong untuk hal sepelik ini. Semua ini terjadi karena kamu, Nes. Kamu yang membuat semuanya menjadi runyam. Kamu biang kerok masalah rumah tangga kita!” lelaki yang masih sah menjadi suamiku itu, terus saja berteriak di depan wajahku. 

“Mas, jangan begini! Mas, aku mohon. Katakan ini tidak benar. Kamu adalah lelaki yang bersih dan buka tipe lelaki yang suka menanam benih dimana pun. Kenapa jadi seperti ini, Mas? Jangan siksa saya dengan hak buruk lagi!” 

“Terserah kamu mau percaya atau tidak. Semua sudah terjadi dan aku sudah memutuskan untuk menikahi Kak Mira juga. Dia akan menjadi istri keduaku. Jika kamu masih ingin bertahan dengan pernikahan ini, maka ikhlas dan terima saja keputusanku. Ya Tuhan, menikah dengan siapa, malah menikmati surga dunia dengan siapa. Nilai kita satu sama!” Julian bangun dari duduknya, lalu pergi begitu saja dari hadapanku. Kedua kaki ini benar-benar lunglai. 

Aku terduduk lemas sambil berpegangan erat pada ujung meja. Isak tangis kerasku mengisi ruang dimana kami pernah menikmati manisnya cinta. Berciuman, berpegangan tangan saat sama-sama mengerjakan tugas kantor. Makan mi ayam gerobak berdua saja di sini. Bahkan dengan manisnya, Julian menyelimutiku yang tertidur karena kelelahan menunggunya menyelesaikan pekerjaan kantor. 

Semua sudah berubah. Karena kesalahanku satu malam, aku membuat takdir hidupku berubah tiga ratus enam puluh derajat. Lelaki yang mencintaiku, kini berubah membenciku;bahkan membalas sakit hatinya dengan perlakuan yang sama. Baru menikah dan sudah harus punya madu? Tidak mungkin! Aku tidak mau, namun aku aku berbuat apa sekarang? Semua ini adalah salahku. Aku yang bersalah. Aku yang memulai semuanya menjadi rumit. 

Sekuat tenaga aku bangun dari simpuhanku, lalu berjalan keluar kamar. Menaiki anak tangga satu per satu, lalu sampai di depan kamar tamu;tempat aku akan menghabiskan malam-malam yang pastinya penuh luka. Sekilas aku menoleh ke lorong paling ujung, di sana adalah kamarku dan Julian seharusnya. Entah apa yang dilakukan lelaki itu saat ini? Apakah dia senang dengan semua ini? Apakah rasa cintanya padaku, sama besarnya seperti dirinya mengasihi Kak Mira? 

“Ya Allah, kenapa jadi seperti ini?” aku hanya bisa bergumam pedih, lalu menutup pintu kamar dan menguncinya. Ponselku bergetar beberapa kali. Masih dengan langkah lemas, aku melihat siapa yang menelepon. Papa. Tanpa terasa, air mata ini kembali tumpah.

 “Papa, bantu Anes,” lirihku dengan menahan tangis. Saat ini aku tidak sanggup untuk berbicara dengan lelaki terbaik dalam hidupku. Biarlah papa mengira aku sudah tidur. Itu lebih baik dari pada dia mendengar paraunya suaraku menahan tangis. 

Tidur dalam keadaan lelah menangis. Aku tidak sadar sudah pukul berapa, saat pintu kamarku diketuk. “Non, bangun! Ini sudah siang,” seru suara di balik pintu kamarku. Masih dengan kepala berat dan mata yang sulit dibuka, karena bengkak lama menangis. Aku berusaha turun dari ranjang untuk membukakan pintu kamar. 

“Ya, Bik,” jawabku lemah. 

“Ya Allah, Non. Matanya kenapa sampai bengkak gitu?” Bik Darsih kaget melihat wajah sembab dan mata bengkakku. 

“Gak papa, Bik. Sepertinya ada semut di ranjang. Saya terlalu manis, makanya digigit,” jawabku seraya memberikan senyum tipis. Wajah wanita paruh baya di depanku ini tampak tak nyaman. Sepeerti ada yang ingin dia katakana, tetapi masih ragu. Di tangan kanannya ada lipatan handuk bersih yang sepertinya akan dia berikan padaku, dan di tangan kanannya memegang sapu lantai. 

“Ada apa, Bik?” tanyaku sambil memperhatikan wajahnya dengan seksama. 

“Mm … anu, saya mau membersihkan kamar Non,” balasnya masih dengan keraguan. Tanpa menjawab, aku memberikan jalan pada Bik Darsih. Wanita setengah baya itu masuk ke dalam kamar, lalu menaruh handuk di atas nakas. 

“Non, saya mau kasih tahu sesuatu. Kalau bicara di luar, bisa tertangkap CCTV rumah. Terpaksa saya masuk ke kamar Non dengan cara seperti ini,” ujar Bik Darsih sambil berbisik. 

“Bik, jangan bikin saya deg-degan. Ada apa sebenarnya, Bik?” tanyaku lagi dengan rasa tak sabar. 

“Mm … ini, Non. Di bawah sedang ada acara pernikahan siri Tuan Julian dan Non Mira.” 

“A-apa?” 

Bersambung 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
h-d
dr awal kaka angkat julian ngasih teh dipesta aku sudah curiga dia yg merekayasa semuanya. dia dalangnya....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Salah Kamar   54. Bulan Madu yang Panas

    -Dewasa_ Tak perlu ada adegan melucuti pakaian pengantin wanita kali ini, seperti yang biasa ada di dalam novel-novel yang pernah dibaca oleh Anes, karena wanita itu keluar dari dari kamar mandi sudah dengan handuk kimononya. Wajahnya segar sehabis mandi. Yah, setelah puas buang hajat, Anes merasa perlu mandi agar tubuhnya segar dan siap tempur sebentar lagi. Disajikan tampilan istri yang begitu segar dan menggoda, tentu saja jakun Taka naik turun. Tentu saja naik dan turun, kalau naik saja tidak turun-turun itu tandanya Taka sudah tak bernyawa. He he he … Anes berjalan meliak-liuk begitu menggoda di depan suaminya. Sambil menarik ujung rambutnya yang basah dan memainkannya d

  • Salah Kamar   53. Ekstra part 2

    Ekstrapart 2 Salah kamar Penerbangan ke Thailand lumayan lama dan membosankan bagi Taka. Maklum saja, seumur hidupnya belum pernah naik pesawat secara benar-benar terbang di udara. Pernah merasakan naik pesawat saat SMA, saat kunjungan ke Anjungan Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah. Tentu pengalaman kali ini sungguh berbeda dan lebih seru baginya, karena ada sang istri tercinta yang sedari tadi menggandeng mesra tangannya, bahkan sesekali menggoda tangannya untuk berbuat mesum. Semoga pembaca memakluminya ya, namanya juga pengantin baru. Ketika pesawat sangat besar itu akhirnya mendarat, Taka berjalan seperti robot dengan kepala sedikit berkunang-kunang bersama dengan Anes ke dalam bandara untuk melewati bagian imigrasi

  • Salah Kamar   53. Ekstrapart 1

    Taka memeluk istrinya dengan erat, lalu kembali menciumi pipi berisi itu sampai berkali-kali. Keduanya kembali berciuman seakan tiada waktu esok untuk mengulanginya. Hubungan yang sudah halal di mata Tuhan dan negara. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari semua ini selain bersama seseorang yang sangat mencintaimu.Tubuh Anes masih bergetar oleh sisa-sisa kenikmatan yang baru sepuluh menit ia lalui bersama Taka. Bukan hanya satu kali, dia menjerit bahkan sampai tiga kali. Hingga tenggorokannya terasa begitu kering saat ini. Taka pun merasakan hal yang sama. Mendayung menuju puncak memang tidak mudah, hingga suara dan tenaganya sampai terkuras habis. Dengan tubuh polosnya Taka turun dari ranjang, lalu menuangkan air ke dalam dua gelas yang memang sudah disediakan di kamarnya. Air putih itu terasa dingin menyentuh tenggorokan.Taka memberikan satu gelas penuh pada Anes dan memperhatikan sang istri minum dengan sangat rakus. Mata pemuda itu kembali berbinar cepat d

  • Salah Kamar   52. Pesta Pernikahan Anes dan Taka

    Khusus Dewasa dan setengah tua ya.+++++Hari ini di tangannya, Anes menerima akta cerai yang ia nantikan selama dua bulan. Beberapa lembar surat itu sangat berarti bagi masa depan yang akan ia bangun bersama Taka. Sudah tak sabar rasanya menjadi pengantin dan istri sesungguhnya dari pria yang mencintainya dengan sepenuh hati.Anes memotret beberapa lembar kertas itu, lalu mengirimkannya pada Taka. Ia tahu, pasti calon suaminya itu pasti akan sangat lega dengan hal ini. Ada banyak hal yang perlu disiapkan dengan cepat agar niatan mereka segera terlaksana dengan lancar.TokTok"Nes, boleh Bunda masuk," seru Laili dari balik pintu. Anes menoleh, lalu menjawab,"boleh, Bun, masuk saja." Anes merapikan kembali berkas itu untuk dimasukkan ke dalam amplop coklat besar."Surat dari siapa tadi?" tanya Laili yang kini sudah duduk di sampingnya."Ini, Bun, akta cerai dari pengadilan. Hhuuft ... Anes benar-benar lega," ujar Anes s

  • Salah Kamar   51. Salma

    "Mbak Salma, ini Heri;tehnisi yang kemarin Mbak tanyain," seru Fajar salah seorang staf yang bertugas di lantai yang sama dengannya. Salma yang sedang membawakan kopi hitam panas untuk Anes berhenti sejenak, lalu tersenyum untuk menyapa."Mari, Mas, ikuti saya." Salma berjalan terlebih dahulu. Ia lupa memberitahu Anes, bahwa akan ada tehnisi yang memperbaiki komputer dan juga CCTV di ruangan Anes. Di atas nampan ia membawakan dua cangkir teh, karena ia tahu Anes sedang bersama suaminya. Si tehnisi berdiri tidak jauh dari Salma, menunggu arahan kapan bisa memulai pekerjaannya.TokTok"Permisi, Bu." Karena pintu tidak tertutup rapat, Salma mendorong sedikit daun pintu dan matanya mendelik kaget melihat Anes tengah ditindih paksa oleh suaminya di atas karpet, tepat di depan meja kerja."Bajingan!" hardik Anes sambil meronta-ronta, membuat Salma terkesiap. Posisi Julian sedang memunggungi pintu masuk sehingga lelaki itu tidak tahu, jika ada seseorang ya

  • Salah Kamar   50. Pernikahan Doni dan Arum

    Ririn beserta suaminya, serta Arya dan juga Laili sudah berada di rumah Taka untuk menyaksikan pernikahan siri dari Doni dan Arum. Ada Bude dan beberapa perangkat lingkungan serta tetangga yang juga hadir di sana. Doni sudah siap melakukan ijab kabul dengan meminjam baju koko muslim milik Taka. Sedangkan Arum sudah dirias sederhana oleh ibu-ibu tetangga. Arum mengenakan kebaya yang dipinjam dari tetangga. Walau sedikit kebesaran, tetapi Arum tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin juga di menikah dengan baju daster batik'kan?"Bisa kita mulai?" tanya Pak Ustadz pada semua yang hadir di sana."Dicepatin aja, Pak. Saya sudah siap," balas Doni dengan penuh semangat. Tamu yang hadir di sana pun akhirnya tertawa. Semua wajah memandang Arum dengan penuh suka cita. Akhirnya, masa jandanya berakhir dengan mendapatkan jodoh dokter muda, perjaka pula.Banyak tetangga juga yang iri pada keberuntungan Arum. Termasuk Taka dan Anes yang duduk berdampingan sambil menahan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status