"TUJUH PETIR..!!" seru Elang menggelegar lantang. Ya, Elang memang ingin menggunakan 'Cambuk Tujuh Petir'nya. Untuk melakukan pertarungan cepat, dengan dua musuh yang agak sulit dikalahkannya itu. Karena kerjasama Surapati dan Kebo Sena, yang memang sangat kompak dan saling mengisi itu. Blaatzzsk..!! Splaarrztsh..!! Sementara dua buah pukulan jarak jauh, yang tadi dilepaskan Surapati dan Kebo Sena meleset. Dua pukulan dahsyat itu malah meledak, dan menghantam kumpulan pasukkannya sendiri di bawah. Seketika bumi berdentam keras, dilanda dua pukulan nyasar dan meleset dari keduanya, yang berniat menghantam Elang. "AArrghksskkss ... sskkhh..!!" Kembali terdengar jerit kematian bersahutan, dari pasukkan Palapa. Akibat hantaman nyasar dari dua Panglima mereka sendiri itu. Sementara di langit. Awan hitam gelap diselimuti cahaya keemasan seketika muncul, dari langit yang terbelah di atas kotaraja Dhaka. Badai angin dan tujuh lidah halilintar berkeredepan, menggemuruh dahsyat tak t
"Aarrghks..!" Brughk..! Dengan teriakkan ngeri kesakitan, nyawa sang Resi pun akhirnya keluar dengan terpaksa dari tubuhnya. Sosok sang Resi Mahapala pun jatuh deras ke bumi, dengan nyawa sudah melayang dari raganya. Ya, Resi Mahapala telah menghembuskan nafas terakhirnya, di medan perang wilayah Dhaka..! Dan di lokasi pertarungan lainnya. Nampak Begawan Ekapaksi telah gugur, ditangan Ki Prabadewa. Sosok sang Begawan berhasil ditarik masuk ke dalam bumi, lalu dihujani 'Pukulan Inti Bumi' oleh Ki Prabadewa.Kini lawan Ki Prabadewa adalah Eyang Sepikul, yang juga telah berhasil menghabisi Panglima Datuk Nan Tabanam. Sementara perang terus berkecamuk dahsyat. Namun kalah jumlah dalam selisih yang teramat jauh, sungguh sangat berpengaruh bagi stamina para prajurit, serta para pendekar Tlatah Kalpataru. Walau nampak korban di pihak musuh, bahkan sudah sebanyak jumlah total pasukkan Kalpataru lebih. Ya, jumlah pasukkan musuh yang tewas, dalam perang hingga siang menjelang sore itu s
Blaammppshkk..!!! Blaarrghkss...!!! Terdengar dua kali dentuman dahsyat di bawah sana. Bagaikan bunyi mengelegar dua buah bom yang meledak. Grrghk... grghh.. grrgghk..!!! Ledakkan yang seketika menggetarkan, menembus, dan mengguncang bumi di kedalaman sana. "AArrggkksshhh ... rrghhsskkk...!!!" Tampak sebagian pasukkan Tlatah gabungan di bawah sana ambyar dan porak poranda. Akibat terhantam dua pukulan jarak jauh dari angkasa, yang dilepaskan Elang. "Awass..! Pukulan dari langit..!!" seru para Senopati pasukkan Tlatah Palapa memperingatkan. Nampak bumi amblas melesak, di tengah lokasi pasukkan Tlatah Palapa. Dua buah lubang besar cekung dengan diameter 10 meteran, terpampang jelas di depan mata mereka. Ratusan rekan prajurit pasukkan mereka juga terkapar berserakkan, dengan nyawa sudah meninggalkan jasadnya. Bahkan tak sedikit, bagian tubuh dari para prajurit yang tewas itu terpisah dari badannya. Sungguh dahsyat dan mengerikkan..! Poro Sepuh dan para pendekar Kalpataru, yang
'Jelas sekali selisih energiku terpaut agak jauh di bawahnya..! Bedebah..!' maki marah bathin Surapati. Dia seperti tak terima atas kekalahan 'power' 300 tahunnya dengan Elang. Dan di bawah sana, hiruk pikuk suara peperangan di sekitar kotaraja Dhaka terhenti seketika. Ya, hampir semua mata kedua kubu di tengah peperangan itu menatap ke arah langit, yang tiba-tiba berubah warna menjadi keemasan. Dahsyat..! "Langit berubah warna..!!" "Gilaa..!!" "Siapa itu yang berkilau keemasan..!" "Sungguh menyilaukan..!" "Dewa langit datang..!" "SERANGG..!!!" seru lantang sang Maharaja Mahendra, memberi aba-aba menyerang bagi pasukkan Kalpataru, yang keluar dari belakang kotaraja tadi. Ya, sang Maharaja merasa itu adalah saat yang tepat untuk menyerang. Di tengah keterkejutan pasukkan musuhnya itu. Dan Maharaja juga telah melihat pasukkannya itu, yang telah berada di belakang pasukkan musuh. HUUOONKKK ... NNNKHHH..!! Suara terompet isyarat menyerang pun digaungkan, oleh Patih Kalagama y
Inilah yang menjadikan kejadian 'heboh' di dalam pasukkan musuh itu. Karena percikkan itu berhasil mengenai tangan, wajah, leher, dan bahkan mata mereka. Karuan saja hal itu mengakibatkan formasi pasukkan tlatah gabungan agak berantakkan, di beberapa lokasi. Hal yang sungguh merepotkan. Praths..! Sepercik cairan penggatal mengenai lengan Surapati. "Akhssghs..!" Byarrsh..! Surapati segera kerahkan energi hawa nerakanya. Seketika rasa gatal menyengat di lengannya pun lenyap terbakar. "Bedebah..!! Mereka mengikatkan anak panah dengan cairan penggatal..!" sentak Surapati Murka. "PASUKKAN PENGGEDOR GERBANG..!! MAJUUU..!!!" seru lantang Surapati. Dia memerintahkan pasukkan pembawa gelondongan batang pohon, untuk mendobrak pintu gerbang Kotaraja Dhaka. Ya, warna merah darah kini menyelimuti wilayah kotaraja Dhaka dan sekitarnya. Lokasi yang menjadi ajang medan perang besar, antara pasukkan Tlatah Kalpataru dan pasukkan gabungan Tiga Tlatah yang mengepungnya. Sungguh sebuah perang
"WAHAI KALIAN PASUKKAN KALPATARU..!! KALIAN MENYERAH SAJALAH BAIK-BAIK..! MAKA KAMI AKAN MENGAMPUNI NYAWA KALIAN..!! BIARKAN KAMI MENGUASAI ISTANA DHAKA DAN KALPATARU DENGAN DAMA..!! MAKA KALIAN SEMUA AKAN SELAMAT DARI KEMUSNAHAN, OLEH PASUKKAN BESAR KAMI..!!" seru Surapati lantang, suaranya sampai menembus benteng Kotaraja Dhaka. Dengan mengerahkan 'power' bathinnya, Elang pun menjawab seruan Surapati. "HAI PASUKKAN TAK DIUNDANG..!! SIAPA SURUH KALIAN DATANG MENANTANG..! KEDATANGAN KALIAN HANYA MENEBARKAN ANGKARA DAN KESERAKAHAN..!! MAKA KALIAN AKAN ROBOH SEMUANYA DISINI..!! ROBOHLAH..!!!" Suara lantang Elang ditujukan pada pasukkan musuh. Suara yang dilambari 'power sugesti bathinnya' itu, berhasil menggetarkan telinga pasukkan musuh. Gelombang getar sugesti Elang merasuk, dan menggedor dada serta nyali para pasukkan musuh. Terutama musuh yang berada di barisan terdepan, hingga beberapa baris di belakangnya. Dan tepat setelah Elang menyelesaikan seruan lantangnya. Brughk..