Home / Fantasi / Sang Putri Naga / The Abandoned Princess

Share

The Abandoned Princess

Author: Vallinwan
last update Last Updated: 2023-02-03 18:53:55

"Isandra?"

Gadis itu menoleh saat namanya dipanggil.

"Apa kau penggantiku?"

Kening Fani berkerut mendengar pertanyaannya, "A-apa maksudmu?"

Gadis itu pun berdiri, mata biru terang itu menatap mata coklat Fani.

"Jiwa dan ragaku sudah mati" lirih gadis itu. Fani pun menatapnya bingung.

"Aku tau kalau ragamu juga sudah mati, tapi jiwamu belum" ucap gadis itu. Fani masih terdiam menyadari gadis itu belum selesai berbicara.

"Oleh sebab itu, jiwamu terpanggil untuk mengisi ragaku. Dan orang baik itu juga telah memutar kembali waktu. Agar kau bisa mengubah hidupku" ucapnya menatap Fani penuh harap.

'Orang baik? Siapa? Memutar waktu? Mengisi raga? Menukar jiwa? Aaaakkhhh tolong kalau ingin menyuruhku melakukan sesuatu, berikan brieffing pembukaan dulu' racau Fani di dalam hati.

"Aku tau kau memiliki banyak pertanyaan di benakmu, tapi kita dikejar waktu. Yang pasti, mulai saat ini kau adalah aku, Isandra Valerie de Eleino"

Belum sempat Fani membalas ucapan gadis itu, ia sudah menghilang menjadi butiran berkilauan. Dan tiba-tiba saja-

Syuuuuttttt

Kaki Fani sudah tidak lagi menapak, "Hah? Kyaaaaaa!!!"

"Agh!" Fani terbangun dengan nafas terengah-engah. Kamar yang sama, ia menatap bingung pada gadis yang berdiri di hadapannya, sedangkan gadis itu menatap Fani khawatir.

"Yang mulia, anda tidak apa-apa? Ah m-maaf, sa-saya lupa. Maaf Nona Isandra" gadis itu membungkuk minta maaf.

Fani menatapnya bingung, "Lupa apa?" tanyaku lemas.

Ia nampak ragu-ragu menatap Fani, "Bu-bukankah anda tidak suka dipanggil dengan sebutan 'yang mulia' atau 'tuan putri'?" tanyanya.

'Putri? Aku?' batin Fani bingung.

DEG

"AKH!" Fani lagi-lagi mencengkram rambut pirangnya saat denyut menyakitkan itu menyerang.

"Nona, anda tidak apa-apa?!" gadis itu panik dan bergegas mendekat. Sekilas namun jelas Fani melihat tangan gadis iru ragu untuk menyentuhnya.

"MONSTER! PEMBUNUH! PEMBAWA SIAL! MATILAH!!!"

Fani mendesis kesakitan saat mendengar suara-suara aneh di kepalanya.

"No-nona, saya akan panggil dokter. Saya mohon jangan tolak dokter kali ini" ucap gadis itu kemudian segera berlari keluar dari kamar itu.

Fani nampak tidak sanggup membalas ucapannya, kepalanha terasa begitu sakit. Suara-suara dan bayangan-bayangan asing mulai bermunculan di kepalanya.

'Kenapa ucapan mereka jahat sekali? Isandra tidak bersalah' batin Fani.

"PEMBUNUH!!!"

"Hentikan!" ucapnya karena mulai tak tahan mendengarnya.

"MONSTER!!!"

"Hentikan! Kumohon hentikan! Hiks kumohon!" Fani mulai terisak karena ia tak sanggup lagi menahan dengan rasa sakitnya.

"Lebih baik kau mati!"

"Pembawa sial!"

"Makhluk sepertimu tidak pantas hidup!"

"Pembunuh!"

"HENTIKAAAANNN!!!"

Fani menjerit karena tidak tahan mendengar suara-suara makian itu. Isandra, apa begini hidupmu selama ini?

Bruk

Tubuh Fani ambruk di kasur queensize itu, "Isandra kasihan sekali hidupmu. Kematian mereka bukan salahmu, makhluk itu bukan keinginanmu" ucapnya menatap kosong langit-langit kamar dengan air mata yang sudah mengalir di pelipisnya.

Sekian detik kemudian, tatapannya menajam. "Aku harus mengubah semuanya"

Ceklek

"Nona, dokternya sudah tiba"

Fani menoleh, gadis tadi kembali bersama seorang pria berambut coklat terang, wajah dan ekspresinya terlihat lembut.

"Selamat siang, yang mu- ekhem, nona Isandra. Saya akan memeriksa keadaan anda" ucap dokter itu tersenyum ramah.

"Aku baik-baik saja" ucap Fani masih lemas.

Gadis itu nampak menatapnya khawatir, "Nona, anda tadi mengerang kesakitan. Saya khawatir, jadi tolong biarkan dokter memeriksa anda" ucapnya.

Fani pun menghela nafas, "Baiklah" ucapnya pasrah.

Ia nampak tersenyum cerah bahagia, Fani pun tersenyum kecil melihat reaksinya. Baiklah biar kuberi tahu apa yang sebenarnya terjadi sembari menunggu dokter ini selesai memeriksa Fani.

Isandra adalah seorang putri yang terabaikan, atau lebih tepatnya dia yang mengabaikan dirinya sendiri. Tentu saja ada penyebabnya.

Kematian permaisuri dan kaisar terdahulu, ibu dan kakeknya. Mereka menyegel mana seekor naga di dalam tubuh Isandra saat ayahnya tengah berperang.

Karena semua tekanan dan mata yang menatap tajam Isandra, memandangnya seolah ia adalah monster pembunuh, membuat Isandra hidup dalam rasa bersalah sedari kecil.

Isandra menyerah, ia termakan oleh ucapan mereka. Isandra juga ikut menyalahkan dirinya sendiri karena kematian ibu dan kakeknya. Ia menolak setiap pelayanan yang diberikan padanya karena menganggap bahwa dirinya tidak pantas.

Isandra juga selalu mengurung diri di dalam kamarnya karena trauma oleh sindiran dan tatapan orang lain. Itu sebabnya kamar ini terlihat sangat kotor, baju tidurnya pun sudah sangat lusuh, Isandra juga begitu kurus.

Dan lagi, saat gadis itu mengatakan 'Saya mohon jangan tolak dokter kali ini', menjadi bukti bahwa selama ini Isandra selalu menolak dirawat saat sakit.

Mungkin kalian akan mengatakan bahwa ia bodoh, tapi Isandra hanya rapuh. Hatinya yang lemah itu butuh seseorang untuk memberinya kepastian.

Isandra membutuhkan seseorang untuk mengatakan bahwa semua ini bukanlah salanya. Dan orang yang paling tepat untuk mengatakan itu adalah yang mulia kaisar, ayah Isandra.

Ya, Isandra memang selalu menolak semua pelayanan itu. Yang ia harapkan adalah kasih sayang secara langsung dari ayahnya.

Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ayahnya bahkan tidak pernah sekalipun mengunjunginya sejak ia lahir.

Ayah Isandra bukanlah garis keturunan kekaisaran, melainkan seorang Grand Duke yang diangkat menjadi kaisar karena yang mulia putera mahkota meninggal dunia, dan tidak ada lagi garis keturunan laki-laki dari sang kaisar.

Ditambah lagi, beliau memang sangat mencintai ibunya yang saat itu adalah putri dari kekaisaran ini. Jadi bisa dibilang kalau beliau dan ibunya adalah sahabat sejak kecil. Kaisar terdahulu bahkan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

Beliau sangat mencintai permaisuri, bahkan beliau rela mengambil nama Eleino saat mereka menikah. Dan itu artinya tidak ada lagi grand duke Aquillio di kekaisaran ini.

Sekarang saat mereka sudah meninggal, ayah Isandra tidak pernah menjenguknya sedari ia bayi hingga saat ini ia telah remaja. Namun, mereka bertemu saat Isandra memasukki usia 16 tahun.

Kaisar mengadakan acara debutante untuk puterinya. Dan Isandra, yang memang selalu menantikan cinta ayahnya, tentu saja senang karena ayahnya akhirnya memerhatikannya.

Tapi siapa sangka semuanya malah menjadi kacau?

Yaitu saat seluruh kekaisaran Eleino dibumihanguskan.

TBC

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Putri Naga   Exchap 3

    Chirp chirpSepasang iris zamrud itu menatap sepasang burung yang berterbangan melewati jendela kamarnya. Kenapa ada burung pipit di tempat dengan cuaca seperti ini? "Nona? Anda sudah bangun?"Dalia terkesiap dan berbalik saat suara familiar itu memasukki gendang telinganya, "Ah Bianca, iya aku sudah bangun sekitar dua jam yang lalu" ucap Dalia tersenyum ramah.Bianca pun membelalak, bukan karena fakta bahwa Dalia bangun begitu awal namun karena kondisi kamar yang sudah rapih dan bersih. "Nona anda membereskan ini semua sendiri?" tanya Bianca. Kemarin ia membersihkan kamar ini asal-asalan, asal bersih di kasur dan tempat yang sekiranya akan didudukki saja. Barang-barang lainnya sama sekali tidak Bianca sentuh."Ah itu, aku bosan jadi aku bersihkan saja. Hitung-hitung meringankan sedikit pekerjaanmu" ucap Dalia.Bianca menutup mulutnya tidak percaya, "N-nona, kenapa anda melakukannya?" tanya Bianca seolah ingin menangis.Dalia menatap gadis itu bingung, "Y-ya? Eum, karena aku mau" jaw

  • Sang Putri Naga   Exchap 2

    Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Dalia untuk sampai ke kediaman Aquillio di Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah tersebut terkenal akan musim dingin yang ekstrim, Dalia sudah siap dengan mantel bulu paling tebal yang ia miliki. Namun Dalia tidak merasakan dingin sama sekali, apa karena kereta kuda ini? Sreeekk Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion bernuansa suram berselimut salju, seorang pria yang mungkin hampir berusia 70an berdiri di depan pintu besarnya. Dalia menduga pria itu adalah butler kediaman ini. Ceklek Pintu kereta kuda itu terbuka, udara dingin seketika berhembus menusuk tubuhnya. Ternyata benar, kereta ini memiliki semacam teknologi penghangat, atau mungkin sihir? Ia baru ingat kalau keluarga kaisar memiliki sihir elemen api. "Salam lady, selamat datang di kediaman Aquillio. Mari, perjalanan anda pasti melelahkan" ucap Hugo menyambut Dalia. "Salam, terima kasih atas jemputan

  • Sang Putri Naga   Exchap 1

    Wilayah Utara Eleino, dimana hanya salju yang menghiasi tanahnya setiap hari. Dan wilayah inilah yang menjadi wilayah bagian Dukedom Aquillio, juga tempat bagi Percy menghabiskan waktunya. Dari dulu wilayah ini memang sudah menjadi jatah milik Aquillio, hanya saja jarang sekali para Grand Duke terdahulu untuk berkunjung ke Utara. Kecuali jika situasi sedang genting. Percy, yang menyukai ketenangan dan jauh dari kata 'bangsawan' pun merasa sangat cocok menghabiskan waktunya disini. Tahun demi tahun berlalu, surai seputih salju itu kini memanjang hingga ke pinggangnya. Hanya itu yang berubah dari Percy. Ia masih menikmati hidupnya dalam kesendirian, tidak memedulikan sang kakak yang tak kunjung berhenti mengirimkan tawaran pernikahan kepadanya. Entah apakah tidak memiliki pekerjaan lain sebagai kaisar, atau merasa tugas negara masih belum cukup merepotkan hingga ia masih sempat mengurusi hidup Percy? Namun Percy juga tidak me

  • Sang Putri Naga   The End

    HapSemua peserta yang ikut acara menangkap buket pun langsung melihat siapa yang menangkap buket hasil lemparan dari Pipi sebelumnya.Marrie.Isandra tersenyum jahil, syukurlah buket itu mendarat di Marrie. Itu artinya rencana mereka berhasil."Wahhh selamat ya Marrie, kau mendapatkan buketku. Itu artinya, setelah aku adalah kau~" ucap Isandra berjalan mendekati Marrie dengan Azel yang mengikutinya.Marrie pun tersenyum canggung, "Ah saya tidak tau Yang Mulia, saya sendiri tidak memiliki-"Isandra memegang kedua pundak Marrie dan memutar tubuhnya 180 derajat."-Calon suami..." suara Marrie memudar seraya sang empu menatap tidak percaya siapa yang tengah berlutut di hadapannya. "Marrie, aku, Estevan Arthur Warrick de Eleino, menyatakan cintaku padamu. Maukah kau menjalin kasih bersamaku di dalam sumpah pernikahan?" Marrie panik, bagaimana ia bisa menerima lamaran seorang putra mahkota, sedang dirinya

  • Sang Putri Naga   Let Go

    Keduanya pun melangkah pergi, menyisakan Isandra dan Arsen dalam keheningan. "Silahkan duduk, Duke" ucap Isandra."Ah, iya terima kasih" ucap Arsen mengambil posisi duduk di depan Isandra. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya canggung yang tercium di setiap sudut. "Jadi, anda akan menikah Yang Mulia?" tanya Arsen langsung pada intinya.Isandra tersenyum kecil seraya mengangguk, "Benar, Duke" jawabnya singkat."Saya ingin meminta maaf karena waktu itu tidak membela anda di pesta debutante" ucapnya.Isandra kembali mengangguk, "Tidak apa, Duke. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang terpenting sekarang semuanya sudah baik-baik saja" Arsen mendongak menatap Isandra, ia tersenyum manis namun nampak seperti ingin menangis. "Namun ada satu hal disini yang tidak baik-baik saja Yang Mulia" ucap Arsen sendu seraya menunjuk ke dada kirinya.Isandra tertegun, ia tahu betul apa yang Arsen maksud.

  • Sang Putri Naga   Nailed It

    Masih di pagi yang sama, setelah Azel menerima perintah untuk membantu pembangunan Eleino dari Galen, ia langsung menjalankan tugasnya dan turun ke lapangan bersama para pangeran.Berbeda dengan Galen yang kini tengah berjalan menelusuri koridor istana, koridor yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan sang isteri. Bahkan sejak mereka masih kecil.Dulu, Galen kecil yang sering disiksa oleh ibu tirinya kerap kali menyelinap kabur menuju hutan yang membatasi antara mansion Aquillio dan istana. Di hutan itulah pertama kali ia bertemu dengan Lucy, hutan Antex.Di saat itu, Lucy yang tidak mengetahui identitas Galen pun mengajaknya menemui sang ibu yang sedang piknik kecil bersama adiknya di dekat sana.Permaisuri terdahulu, yang tentu saja mengenali surai putih dan iris emas milik Galen pun langsung mengerti setelah melihat kondisi Galen yang tidak baik-baik saja.Pakaian kotor dan lusuh, lebam dan luka di tubuhnya, bahkan badannya begitu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status