"Isandra?"
Gadis itu menoleh saat namanya dipanggil."Apa kau penggantiku?"Kening Fani berkerut mendengar pertanyaannya, "A-apa maksudmu?"Gadis itu pun berdiri, mata biru terang itu menatap mata coklat Fani."Jiwa dan ragaku sudah mati" lirih gadis itu. Fani pun menatapnya bingung."Aku tau kalau ragamu juga sudah mati, tapi jiwamu belum" ucap gadis itu. Fani masih terdiam menyadari gadis itu belum selesai berbicara."Oleh sebab itu, jiwamu terpanggil untuk mengisi ragaku. Dan orang baik itu juga telah memutar kembali waktu. Agar kau bisa mengubah hidupku" ucapnya menatap Fani penuh harap.'Orang baik? Siapa? Memutar waktu? Mengisi raga? Menukar jiwa? Aaaakkhhh tolong kalau ingin menyuruhku melakukan sesuatu, berikan brieffing pembukaan dulu' racau Fani di dalam hati."Aku tau kau memiliki banyak pertanyaan di benakmu, tapi kita dikejar waktu. Yang pasti, mulai saat ini kau adalah aku, Isandra Valerie de Eleino"Belum sempat Fani membalas ucapan gadis itu, ia sudah menghilang menjadi butiran berkilauan. Dan tiba-tiba saja-SyuuuutttttKaki Fani sudah tidak lagi menapak, "Hah? Kyaaaaaa!!!""Agh!" Fani terbangun dengan nafas terengah-engah. Kamar yang sama, ia menatap bingung pada gadis yang berdiri di hadapannya, sedangkan gadis itu menatap Fani khawatir."Yang mulia, anda tidak apa-apa? Ah m-maaf, sa-saya lupa. Maaf Nona Isandra" gadis itu membungkuk minta maaf.Fani menatapnya bingung, "Lupa apa?" tanyaku lemas.Ia nampak ragu-ragu menatap Fani, "Bu-bukankah anda tidak suka dipanggil dengan sebutan 'yang mulia' atau 'tuan putri'?" tanyanya.'Putri? Aku?' batin Fani bingung.DEG"AKH!" Fani lagi-lagi mencengkram rambut pirangnya saat denyut menyakitkan itu menyerang."Nona, anda tidak apa-apa?!" gadis itu panik dan bergegas mendekat. Sekilas namun jelas Fani melihat tangan gadis iru ragu untuk menyentuhnya."MONSTER! PEMBUNUH! PEMBAWA SIAL! MATILAH!!!"Fani mendesis kesakitan saat mendengar suara-suara aneh di kepalanya."No-nona, saya akan panggil dokter. Saya mohon jangan tolak dokter kali ini" ucap gadis itu kemudian segera berlari keluar dari kamar itu.Fani nampak tidak sanggup membalas ucapannya, kepalanha terasa begitu sakit. Suara-suara dan bayangan-bayangan asing mulai bermunculan di kepalanya.'Kenapa ucapan mereka jahat sekali? Isandra tidak bersalah' batin Fani."PEMBUNUH!!!""Hentikan!" ucapnya karena mulai tak tahan mendengarnya."MONSTER!!!""Hentikan! Kumohon hentikan! Hiks kumohon!" Fani mulai terisak karena ia tak sanggup lagi menahan dengan rasa sakitnya."Lebih baik kau mati!""Pembawa sial!""Makhluk sepertimu tidak pantas hidup!""Pembunuh!""HENTIKAAAANNN!!!"Fani menjerit karena tidak tahan mendengar suara-suara makian itu. Isandra, apa begini hidupmu selama ini?BrukTubuh Fani ambruk di kasur queensize itu, "Isandra kasihan sekali hidupmu. Kematian mereka bukan salahmu, makhluk itu bukan keinginanmu" ucapnya menatap kosong langit-langit kamar dengan air mata yang sudah mengalir di pelipisnya.Sekian detik kemudian, tatapannya menajam. "Aku harus mengubah semuanya"Ceklek"Nona, dokternya sudah tiba"Fani menoleh, gadis tadi kembali bersama seorang pria berambut coklat terang, wajah dan ekspresinya terlihat lembut."Selamat siang, yang mu- ekhem, nona Isandra. Saya akan memeriksa keadaan anda" ucap dokter itu tersenyum ramah."Aku baik-baik saja" ucap Fani masih lemas.Gadis itu nampak menatapnya khawatir, "Nona, anda tadi mengerang kesakitan. Saya khawatir, jadi tolong biarkan dokter memeriksa anda" ucapnya.Fani pun menghela nafas, "Baiklah" ucapnya pasrah.Ia nampak tersenyum cerah bahagia, Fani pun tersenyum kecil melihat reaksinya. Baiklah biar kuberi tahu apa yang sebenarnya terjadi sembari menunggu dokter ini selesai memeriksa Fani.Isandra adalah seorang putri yang terabaikan, atau lebih tepatnya dia yang mengabaikan dirinya sendiri. Tentu saja ada penyebabnya.Kematian permaisuri dan kaisar terdahulu, ibu dan kakeknya. Mereka menyegel mana seekor naga di dalam tubuh Isandra saat ayahnya tengah berperang.Karena semua tekanan dan mata yang menatap tajam Isandra, memandangnya seolah ia adalah monster pembunuh, membuat Isandra hidup dalam rasa bersalah sedari kecil.Isandra menyerah, ia termakan oleh ucapan mereka. Isandra juga ikut menyalahkan dirinya sendiri karena kematian ibu dan kakeknya. Ia menolak setiap pelayanan yang diberikan padanya karena menganggap bahwa dirinya tidak pantas.Isandra juga selalu mengurung diri di dalam kamarnya karena trauma oleh sindiran dan tatapan orang lain. Itu sebabnya kamar ini terlihat sangat kotor, baju tidurnya pun sudah sangat lusuh, Isandra juga begitu kurus.Dan lagi, saat gadis itu mengatakan 'Saya mohon jangan tolak dokter kali ini', menjadi bukti bahwa selama ini Isandra selalu menolak dirawat saat sakit.Mungkin kalian akan mengatakan bahwa ia bodoh, tapi Isandra hanya rapuh. Hatinya yang lemah itu butuh seseorang untuk memberinya kepastian.Isandra membutuhkan seseorang untuk mengatakan bahwa semua ini bukanlah salanya. Dan orang yang paling tepat untuk mengatakan itu adalah yang mulia kaisar, ayah Isandra.Ya, Isandra memang selalu menolak semua pelayanan itu. Yang ia harapkan adalah kasih sayang secara langsung dari ayahnya.Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ayahnya bahkan tidak pernah sekalipun mengunjunginya sejak ia lahir.Ayah Isandra bukanlah garis keturunan kekaisaran, melainkan seorang Grand Duke yang diangkat menjadi kaisar karena yang mulia putera mahkota meninggal dunia, dan tidak ada lagi garis keturunan laki-laki dari sang kaisar.Ditambah lagi, beliau memang sangat mencintai ibunya yang saat itu adalah putri dari kekaisaran ini. Jadi bisa dibilang kalau beliau dan ibunya adalah sahabat sejak kecil. Kaisar terdahulu bahkan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.Beliau sangat mencintai permaisuri, bahkan beliau rela mengambil nama Eleino saat mereka menikah. Dan itu artinya tidak ada lagi grand duke Aquillio di kekaisaran ini.Sekarang saat mereka sudah meninggal, ayah Isandra tidak pernah menjenguknya sedari ia bayi hingga saat ini ia telah remaja. Namun, mereka bertemu saat Isandra memasukki usia 16 tahun.Kaisar mengadakan acara debutante untuk puterinya. Dan Isandra, yang memang selalu menantikan cinta ayahnya, tentu saja senang karena ayahnya akhirnya memerhatikannya.Tapi siapa sangka semuanya malah menjadi kacau?Yaitu saat seluruh kekaisaran Eleino dibumihanguskan.TBCMalam itu, malam debutante Isandra. Malam yang begitu Isandra nantikan. Malam dimana ia akhirnya bertemu dengan sang ayah. Namu sayang, cinta sang ayah malah tak ia dapatkan.Isandra yang terbakar api cemburu saat melihat ayah dan kedua kakaknya malah mengabaikannha pun nekad bunuh diri di hadapan seluruh hadirin yang ada di sana. Tidak hanya itu, segel yang ada di dalam tubuh Isandra pun terbuka, Flammedra pun keluar dan mengamuk.Kekaisaran Eleino, habis terbakar.Kemudian, 'orang baik' yang waktu itu Isandra sebutkan membantunya untuk memutar balikkan waktu dan menukar jiwanya. Dan disinilah jiwa Fani berada."Nona Isandra baik-baik saja, tapi saya harap nona bisa makan lebih teratur dan bergizi kedepannya" ucap dokter yang memeriksa Isandra."Saya mengerti dokter, pesan anda akan saya lakukan" ucap gadis maid itu sopan."Kalau begitu, saya permisi" Dokter itu pun pergi meninggalkan Isandra dan gadis maid sendirian di dalam kamar. "Siapa namamu?" tanya Isandra saat pintu sudah tert
Galen dan Evan terkejut saat pintu ruang kerja kaisar dibuka secara paksa, kening Galen mengerenyit melihat Noah yang nampak panik dengan nafas terengah. Tidak biasanya asistennya itu panik begini, pasti ada hal besar."Noah? Ada apa?" tanya Galen."Tu-tuan putri..."Mata Galen dan Evan membelalak seketika, mereka langsung berlari keluar menuju istana Lily.'Tuan puteri mengamuk di istana Lily, mana naga itu keluar entah kenapa"Ucapan Noah terngiang-ngiang di kepala Galen, 'Isandra...' batinnya.Beberapa saat sebelumnya,"Ini ruangannya yang mulia" ucap Marrie saat mereka sudah sampai di ruang count Berrel.Isandra pun langsung membuka pintu itu tanpa memerintahkan kedua penjaga yang berdiri di sisi pintu, ia ragu kalau mereka itu akan menurutinya.KrieeettttPintu itu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya yang memiliki perut hamil sembilan bulan, tengah duduk menengak alkohol di sofa ruang kerjanya. Isandra melangkah masuk dengan Marrie di belakangnya, Marrie spontan menutup
"Kau sudah bangun?""Wagh!" Isandra terperanjat kaget saat tiba-tiba mendengar suara besar menyeramkan yang entah milik siapa. Saat ia menoleh, ada cahaya yang tadinya tidak ada di sana. "Kemarilah" ucap suara itu lagi. 'Kemari? Maksudnya kesana?' batin Isandra menelan ludahnya kasar, kemudian berjalan pelan menuju cahaya itu. Saat Isandra sampai di ujung lorong gelap itu, ia terperangah saat melihat makhluk yang ada di hadapannya. 'Tunggu, apa dia yang disegel di dalam tubuh Isandra? Kalau iya, berarti dia adalah...'"Aku tau kalau kau bukan Isandra yang asli, namaku Flammedra, naga emas terkuat yang mana-nya disegel di dalam tubuh Isandra" Isandra masih ternganga, 'Dia biacara padaku? Tunggu, makhluk ini bisa bicara?!'"Iya aku bisa bicara, jangan berpikir yang macam-macam saat kau sedang berada di alamku" ucapnya lagi.Isandra terperanjat seketika, 'Dia bisa membaca pikiran? Tunggu, 'alam'? Apa maksudnya?' batin Isandra bingung."Ini semacam 'rumah' yang kumiliki di dalam tubuh
Isandra terdiam, kondisinya belum cukup memungkinkan. Seluruh tubuhnya terasa nyeri dan pegal, namun ia merasa tidak enak jika menolak. "Sir Noah, tolong sampaikan ucapan maaf saya pada yang mulia. Karena sepertinya saya belum mampu untuk memenuhi undangan beliau hari ini. Jika beliau berkenan, bisakah acaranya diundur beberapa hari lagi?" ucapnya.."Baiklah, yang mulia, saya mengerti. Akan saya sampaikan. Kalau begitu saya undur diri" ucap Noah.Isandra pun hanya mengangguk, kemudian Noah menunduk hormat dan berjalan keluar dari kamar itu. CeklekPintu itu tertutup, meninggalkan Isandra dan Marrie sendirian di dalam sana. "Marrie tolong simpan perhiasan dan gaun ini dengan baik" ucapnha seraya memberikan perhiasan dan gaun itu."Baik, yang mulia" balas Marrie.Isandra pun melanjutkan makan siangku yang sempat tertunda, 'Astaga mengangkat sendok ini saja rasanya berat sekali' batin Isandra mengeluh."Marrie berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanyanya."Seminggu yang mulia" jawab M
Keesokkan harinya,"Yang mulia, anda ingin gaya rambut seperti apa?" ucap Marrie seraya menyisir rambut pirang keemasan itu.Sejak kejadian kemarin, banyak hal yang berubah. Para pekerja di istana Lily bertambah dan diganti, makanan yang mereka sajikan tidak lagi sup sayuran seperti biasanya. Kemarin juga para pekerja butik datang untuk mengukur Isandra. Sepertinya perlakuan count Berrel selama ini telah terungkap, namun belum ada satupun kabar mengenai hukumannya."Kepang saja ke samping Marrie, aku ingin menggunakan perhiasan dan gaun yang kaisar berikan" ucap Isandra.Marrie pun menurut dan mulai melakukan pekerjaannya, ia menyisir kemudian mengepang rambut pirang panjang Isandra ke samping.Menghasilkan kepangan yang cantik dan rapih, tak lupa sedikit anak rambut Isandra ia sisakan di bagian kanan dan kiri untuk menambah kesan indah.Isandra mengenakan gaun berwarna biru indah yang kemarin dihadiahkan kaisar, cocok dengan warna mata sekaligus perhiasannya."Oh astaga tuan putri c
BrukGalen dan Evan membelalak kaget saat Isandra berlutut di hadapannya, "Sa-saya minta maaf yang mulia. Bukan maksud saya untuk tidak menghargai pemberian anda, saya mohon izinkan saya menjelaskan semuanya" ucap Isandra.Dengan cepat Galen meraih pundak putrinya itu, "Berdirilah, nak. Tidak perlu sampai begini, jelaskan saja semuanya" ucap Galen.Isandra pun menjelaskan semuanya, tentang ia yang mengira bahwa kaisar membencinya, ia menyalahkan dirinya sendiri, ia dicaci dan dimaki oleh orang-orang, ia menanti kaisar datang untuk mengunjunginya dan masih banyak lagi.Galen membelalak saat mendengar fakta itu, ia tidak pernah mengetahui bahwa Isandra selama ini begitu tersiksa. Setiap kali Galen menanyakan kabar Isandra pada count Berrel, ia selalu menjawab bahwa Isandra baik-baik saja.GrepSegera Galen bawa Isandra ke dalam pelukkannya, "Maaf, maafkan aku. Maafkan ayahmu yang bodoh ini, bersediakah kau memaafkan ayahmu ini, nak?" ucap Galen lembut.Isandra menatap sendu, 'ayah' ya?
"Galen... Ja-ga putri... Kita" ucap wanita pirang itu terbata. Nampak jejak darah di sudut bibirnya, pandangannya sudah memburam menatap suaminya yang kini terisak memangkunya."Hiks Lucy aku hiks aku mohon, kita jaga dia hiks bersama. Aku mohon jangan tinggalkan aku hiks aku mohon" ucap pria bersurai putih seraya memeluk isterinya itu.Pria itu baru saja pulang dari medan perang, betapa terkejutnya ia saat sampai di kekaisarannya. Ibukota kacau balau, istana hampir hancur, dan ia merasa setengah nyawanya dicabut saat mendapati isteri dan ayah mertuanya yang tengah terkapar sekarat.Lucy tersenyum lembut, tangannya terangkat gemetar hendak meraih wajah suaminya. Galen dengan cepat meraih tangan Lucy dan mengecupnya penuh cinta. "Galen... Aku tidak per-nah... Pergi..." ucapnya lemah.Galen kembali terisak di dalam air matanya, "Aku selalu bersamamu... Disini" ucapnya seraya menurunkan tangannya menyentuh dada kiri Galen."Hiks jangan...kumohon jangan pergi" ucap Galen menunduk seraya m
Senja yang indah, gradasi warna oranye dan ungu yang menjadi tanda bahwa malam akan segera tiba pun menghiasi kanvas langit.Crackle crackleBunyi ranting pohon kering terbakar api mengisi suasana sore itu dengan kehangatan, nampak dua orang pria berambut hitam dan abu-abu tengah membereskan barang bawaan mereka. Sedangkan seorang pemuda bersurai putih nampak tengah memanggang ikan dengan api yang ia ciptakan menggunakan sihirnya."Ah akhirnya selesai juga" ucap pria bermbut hitam itu seraya merenggangkan punggungnya. "Ikannya sudah matang!" seru suara dari arah sana. Mereka pun segera berjalan mendekati sang pemilik suara."Wah baunya enak sekali. Pangeran tampan kita memang sangat pandai memasak" ucap pria berambut hitam itu. Sedang pria berambut abu-abu nampak sudah meneteskan air liurnya karena tidak tahan."Sudah, cepat dimakan sebelum dingin" ucap pria berambut putih itu dengan nada ketus. Padahal pipinya sudah b