Share

Sang Putri Naga
Sang Putri Naga
Penulis: Vallinwan

Who?

"Aku adalah putrimu ayah! Ini debutanteku dan yang kalian perhatikan malah dirinya! Apa penderitaanku selama ini belum cukup untuk menghukumku?!"

Seorang pria berambut putih dan iris setajam belati emas dengan jubah kebesaran kaisar itu berjalan mendekati gadis pirang yang barusan memarahinya. "Isandra, tolong dengarkan dulu-"

"Tidak! Aku sudah muak dengan kalian semua! Kalian ingin aku mati, bukan? Baiklah dengan senang hati. Jika hal itu bisa membuat kalian bisa memaafkan kesalahan yang bahkan tidak aku perbuat, akan kulakukan!"

Gadis pirang itu menarik susuk yang ia gunakan di rambutnya. Ia mengangkat susuk itu tinggi-tinggi, kemudian memejamkan matanya. Air mata itu mengalir membasahi pipinya, "Semoga kau bisa memaafkan aku, ibu"

Jleb

"ISANDRA!!!"

BOOOOOOOOMMMMM

Cahaya oranye kemerahan itu keluar dari tubuh Isandra tepat setelah ia menusuk dirinya sendiri. Tidak, itu bukan cahaya melainkan kobaran api yang menyala. Tiba-tiba entah darimana muncul seekor naga emas. Naga itu mengamuk, membakar semua hal yang ada di hadapannya. Kecuali Isandra.

Orang-orang yang hadir di sana berlari ketakutan, mereka menjerit sembari berhamburan kabur menyelamatkan nyawa mereka. Namun naas, semua itu sia-sia.

"Kalian semua manusia rendahan, manusia biadab! Kalian tidak pantas hidup di dunia ini! MATILAH" seru naga itu di sela semburan apinya.

"Aku tidak pernah membencimu, putriku" lirih kaisar itu sebelum api sang naga juga melahapnya.

"AGH! Mimpi apa itu- eh? A-aku hidup?!" gadis cantik itu terbangun dari tidurnya dengan nafas terngah-engah, ia meraba seluruh tubuhnya yang nampak baik-baik saja walau terasa begitu kurus.

"T-tanganku, kenapa bisa seputih ini?" ucapnya tanpa sadar saat melihat tangan seputih susu itu.

Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk mengenali tempat itu. "Tempat apa ini?!" ucapnya saat melihat kamar megah bernuansakan emas dan kombinasi warna putih. Namun kamar itu nampak tidak terawat, dilihat dari banyaknya sarang laba-laba di setiap sudut ruangan.

Ia turun dari kasur queen-size itu, berjalan pelan seraya menelusuri ruangan yang begitu asing baginya. Hingga ia berhenti di depan sebuah cermin yang buram karena tertutup debu.

Ia membelalak melihat pantulan wajah di cermin, "Ini bukan wajahku!" serunya terkejut seraya meraba wajahnya sendiri. 'Siapa?' batinnya bertanya-tanya.

Surai pirang bagai kain sutera emas yang panjang, mata sebiru langit cerah di siang hari, hidung bangir dan dagu lancip, tubuh kurus bak model meski menurutnya ini terlalu kurus. Sungguh impian semua kaum hawa.

"Ini dimana... Halo? Apa ada orang? Siapapun tolong aku!" seru Fani berteriak meminta tolong. Namun tak seorang pun menjawab panggilannya. Fani duduk di pinggir kasurnya dengan wajah gusar, bagaimana ia bisa sampai disini? Dan kenapa tubuhnya berubah?

"Apa ini seperti di komik-komik transmigrasi itu?" gumamnya pada diri sendiri. "Apa itu artinya aku sudah mati?" ucap Fani termenung sejenak. Fakta bahwa ia sudah mati seolah menakutinya. Beribu pun pertanyaan menyerang pikirannya.

Dimana ini? Kenapa tubuhnya menjadi begini? Seingatnya ia sedang di jalan hendak pulang dari toko buku setelah membeli manga, dan karena tidak hati-hati saat menyebrang, sebuah truk yang melaju cepat pun menabrak Fani.

"Huaaa manga baruku, husbu-husbuku" Fani mulai meracau menangisi komik dan karakter-karakter tercintanya.

DEG

"Agh!" ia mengerang kesakitan saat denyut luar biasa itu menyerang kepalanya. Tangannya terangkat mencengkram rambutnya sendiri karena rasa sakit yang tak tertahankan.

Ceklek

Bruk

"Nona Isandra!"

Mata sayupnya perlahan menutup, namun ia masih mencoba untuk tetap terjaga walau akhirnya ia tak sanggup. Rasa sakit di kepalanya benar-benar membuatnya tak mampu barang mengeluarkan suara sedikitpun.

'Siapa...Isandra?''

~~//~~

"Pembawa sial!"

"Gara-gara dirimu permaisuri dan kaisar terdahulu meninggal!"

"Pembunuh!"

"Monster!"

"Seharusnya kau mati saja!"

"Aku heran kenapa Yang Mulia kaisar belum membunuhmu!"

"Kau tidak pernah dicintai!"

"Kau itu tidak diinginkan!"

"MONSTER!"

"PEMBAWA SIAL!"

"MATILAH!"

Suara-suara itu terdengar begitu mengecam di telinga Fani. 'Kenapa ucapan mereka kasar sekali? Siapa yang mereka sebut 'monster', 'pembawa sial', 'pembunuh'?' batinnya bertanya-tanya.

"Hiks hiks hiks"

'Eh? Siapa yang menangis?' batin Fani saat mendengar suara isakkan kecil. Ia menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari siapa pemilik suara itu. Sejauh mata memandang, hanya ruang hampa yang bisa ia lihat.

"Ibu, apa aku yang membunuhmu dan kakek? Aku hiks aku minta maaf ibu, Isandra minta maaf"

Fani menoleh ke kanan, mendapati seorang gadis yang duduk memebelakanginha. Surai pirang berkilau itu menyentuh tanah sangking panjangnya.

Fani pun memberanikan diri untuk mendekati gadis itu. Sungguh, melihat seseorang menangis tersedu-sedu seperti itu rasanya menyayat hati Fani.

"Eum Permisi" ucap Fani. Namun tidak digubris oleh gadis itu. "Kau tidak apa-apa? Kenapa kau menangis?" tanyanya lagi.

Gadis itu pun mendongak ke arah Fani, membuat Fani spontan tersenyum canggung.

'Tunggu kenapa wajahnya mirip dengan pantulan gadis cantik di cermin tadi? Apa dia...' batin Fani menyadari sesuatu.

"Isandra?"

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status